Rumah Besar Keluarga Mo, rumah yang sangat mewah ini seperti sebuah kuil dewa yang membuat orang mudah mengaguminya dari jauh.
Sekarang, Mo Yanchen berdiri di depan jendela untuk menatap pemandangan di luar. Wajahnya terlihat sangat indah dan tampan, tetapi terlihat sangat dingin seolah bisa melukai siapapun yang mendekatinya.
Akan tetapi, Mo Yanchen seketika berbalik dan mengarahkan kedua mata hitamnya ke tubuh seorang gadis yang tertidur di atas ranjang.
"Periksa semua luka yang baru saja dideritanya!" Perintah Mo Yanchen kepada Wu Hao lewat telepon.
Pada saat ini, Mu Qiu melepaskan mantelnya, tangannya dimasukkan ke dalam saku baju putihnya dan melangkah ke arah Mo Yanchen.
Sambil menatap Mo Yanchen, Mu Qiu berkata, "Darahnya sudah berhenti keluar. Namun, aku merasa gadis ini sangat keras kepala. Dia rela melukai dirinya dengan sangat sadis sampai membuat lukanya jauh lebih dalam. Dia perlu istirahat dan seharusnya tidak ada masalah lain sekarang."
"Hanya saja, tubuhnya tampak bereaksi karena suatu obat yang aneh. Obat ini sangat jarang ditemukan, sepertinya obat ini berasal dari Brazil dan mampu membuat orang berhalusinasi setelah menghirupnya. Kabarnya, banyak orang kelas bawah yang menggunakannya."
"Untungnya gadis itu pingsan karena kekurangan terlalu banyak darah. Ditambah, dia juga tidak terlalu banyak menghirup obat itu. Jadi, dia masih bisa menahan reaksi dari obat itu, kalau tidak…."
Mu Qiu menjelaskan latar belakang obat itu serta kuatnya pengaruh obat terhadap keadaan tubuh Shen Chengjing yang sekarang.
"Cukup, kau boleh pergi sekarang."
"Kamu tidak menganggapku sebagai teman? Katakan sejujurnya, siapa gadis itu? Kamu berani membawanya berobat ke rumah sakitku ini, apakah kamu telah jatuh cinta dengannya?" Mu Qiu tersenyum sambil mendekat untuk mencari bahan gosip.
Mu Qiu dan Mu Wen adalah dua asisten Mo Yanchen yang sangat berbakat. Mu Wen adalah asisten bagian urusan tentara dan Mu Qiu adalah seorang dokter yang sangat cerdas! Mereka berdua adalah tangan kanan dan kiri Mo Yanchen.
"Belakangan ini di Eropa muncul sekelompok binatang liar dari hutan, aku berpikir…."
"Wow, aku pergi sekarang. Sampai jumpa." Wajah Mu Qiu langsung berubah begitu menyadari maksud Mo Yanchen. Tanpa menunggu Mo Yanchen menyelesaikan kalimatnya, ia langsung kabur.
Mo Yanchen kelihatannya serius. Setiap kali bercanda, Mu Qiu selalu menjadi korban yang terluka karena peluru. Mu Qiu sudah memahami karakter Mo Yanchen yang seperti itu, jadi saat melihat tingkah lakunya sudah berbeda, maka ia sebaiknya kabur sejauh mungkin agar tidak mendapat masalah.
Hanya saja, Mo Yanchen begitu memperhatikan gadis ini dan itu sangat jarang sekali terjadi. Saat menyadari bahan gosip sebagus ini, mana mungkin Mu Qiu tidak ingin mencari tahu, kan?
"Ketua." Tidak lama setelah itu ada sebuah bayangan muncul dari belakang Mo Yanchen.
Mo Yanchen tidak bersuara, ia menyalakan sebatang rokok dan menunggu data darinya.
"Aku sudah mendapat kabar mengenai senjata tentara itu! Semua bukti sudah terkumpul dengan lengkap dan semua anggota kelompok kita sangat ingin mengetahui orang yang sebenarnya ingin menjebak kelompok kita." Ucap Mu Wen dengan ekspresi wajah yang serius.
"Masalah ini ditunda dulu, aku masih ada satu hal yang perlu kamu lakukan." Ucap Mo Yanchen dengan suara yang dalam dan wajah yang suram.
Mo Yanchen pun melangkah maju ke arah Mu Wen dan berkata, "Kalau keluarga Mo sangat menginginkan tanah di kota bagian barat itu, maka beri tahu kepada orang di kantor untuk mencari tahu tujuan mereka."
"Baik." Walaupun Mu Wen tidak mengerti alasan Mo Yanchen melakukan ini, namun Mo Yanchen tidak pernah mencampurkan urusan bisnis dengan hal lainnya. Selain itu, beberapa saudara dari keluarga Mo sama sekali bukan tandingan dari Mo Yanchen.
Sekarang hanya mendengar kabar dari pergerakan bisnis keluarga Mo, Mo Yanchen merasa perlu untuk ikut campur terkait hal itu?
Setelah Mu Wen pergi, Shen Chengjing yang berbaring di ranjang tidak berhenti bergerak seolah masih bermimpi terkait kejadian sebelumnya.
"Pergi, jangan mendekat!" Teriak Shen Chengjing sambil melambaikan tangannya. Ia ingin tersadar dan kabur dari mimpi buruk itu.
"Ini aku." Mo Yanchen mendekatinya dan menggenggam tangan kecilnya.
Shen Chengjing membuka matanya dan melihat di depannya ada wajah yang sangat tampan dan indah. Namun, ia juga bingung dengan tatapan pria ini, "Aku, aku kenapa bisa ada di sini?"
Shen Chengjing menundukkan kepala dan melihat baju yang dipakainya.
"Tubuhmu tidak apa-apa." Jawab Mo Yanchen.
"Terima kasih." Shen Chengjing menghela napas lega dan menarik tangan kecilnya.
"Aku berharap tidak akan mendengarkan dua kata ini lagi darimu." Ucap Mo Yanchen sambil mengambilkan secangkir air minum. "Kamu adalah istriku. Dengan hubungan suami-istri ini, kita tidak perlu lagi bersikap sungkan."