Mo Yanchen menarik sebuah kursi dan duduk dengan anggun sambil memperhatikan Shen Chengjing di atas ranjang.
Setelah Shen Chengjing meminum air yang diberikan Mo Yanchen, ia tidak bertanya tentang masalah apapun lagi. Setelah tersadar, pikirannya seakan membuka lembaran baru dan yakin tidak akan bersikap lembut saat menghadapi masalah lain.
"Apa ada rencana lain?" Tanya Mo Yanchen pelan dengan tatapan yang aneh.
Sejak awal, Mo Yanchen tentu sudah mengetahui perlakuan keluarga Shen yang seperti ini. Akan tetapi, apakah ia ingin mencampuri urusan Shen Chengjing? Hal itu tentu perlu mendapat persetujuan dari Shen Chengjing. Dengan kata lain, Mo Yanchen tidak akan semudah itu memberikan pertolongan.
"Aku hanya bekerja dengan baik." Jawab Shen Chengjing dengan tegas dan mengerutkan keningnya.
Shen Chengjing menggosok tangan kecilnya dengan tidak tenang, "Aku berharap kamu tidak mencampuri urusanku."
"Baik." Jawab Mo Yanchen singkat.
Shen Chengjing mengira pria ini akan marah, tetapi tidak disangka ternyata begitu mudah berdiskusi dengannya.
"Sudah lapar?" Tanya Mo Yanchen.
Shen Chengjing ingin mengatakan tidak, tetapi perutnya yang kelaparan sudah berteriak ingin makan. Mo Yanchen menyadari hal itu dan berjalan keluar.
"Setengah jam lagi, ayo ke lantai bawah untuk makan!" Mo Yanchen tersenyum lalu menutup pintu untuk meninggalkannya sebentar.
Di dalam kamar pasien ini sangat tenang. Ia samar-samar mencium aroma di dalam ruangan ini dan menyadari sisa aroma maskulin dari pria itu. Aromanya sangat wangi dan manis.
Setelah turun dari ranjang, ia membuka jendela dan melihat pemandangan di luar. Pemandangan tersebut memperlihatkan sebuah gunung dan bunga di musim dingin juga sudah bermekaran. Bunga-bunga itu mengeluarkan aroma manis yang sangat nyaman di hidung.
Saat menikmati suasana yang nyaman ini, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Shen Chengjing pun menjawab, "Halo."
"Shen Chengjing, apa yang terjadi denganmu? Kamu lama tidak menjawab panggilanku. Apa kamu tidak tahu jika aku sangat khawatir denganmu?" Tanya Liu Sijie.
"Aku bertemu dengannya." Shen Chengjing menjawab pertanyaan itu sambil berdiri di depan jendela dan menikmati angin yang sepoi-sepoi ini. Ia pun menceritakan semua kejadian yang terjadi hari ini kepada Liu Sijie.
Liu Sijie sebenarnya sedang duduk dan menikmati secangkir kopi. Setelah mendengar cerita dari Shen Chengjing, ia langsung berdiri dan berkata, "Kamu bilang sutradara ingin memperkosamu? Dan dia dibayar oleh orang untuk melakukannya?"
"Sialan, siapa yang bertindak sejahat ini kepadamu? Tetapi syukurlah, ada pria idaman kita yang sangat hebat!" Lanjut Liu Sijie.
"Aku tahu apa yang harus dilakukan." Shen Chengjing menanggapi komentar temannya sambil menatap dengan tajam. Ia juga tidak menyangka ada orang yang akan mencelakainya sampai seperti itu.
Shen Chengjing bukan orang bodoh. Ia sudah menaruh kecurigaan kepada beberapa pelaku selama melihat kejadian buruk yang menimpanya akhir-akhir ini. Shen Chengjing sungguh sudah bisa menebaknya!
"Oh iya, pagi tadi aku membuat Nyonya Mo marah dan meminta uang satu juta yuan darinya. Lain waktu, bagaimana kalo kita makan bersama? Jangan lupa ajak suamimu datang juga." Tatapan Liu Sijie langsung berbinar saat mengingat Mo Yanchen.
"Ingat, kamu harus baik-baik dengan suamimu, ya! Jangan sampai direbut oleh orang lain." Tambah Liu Sijie.
"Sudah, ya. Aku tutup." Shen Chengjing seketika mencium aroma wangi itu lagi. Ia pun ingat bahwa Mo Yanchen mengajaknya makan setengah jam lagi. Pria itu sepertinya sudah kembali untuk mengajaknya makan.
Setelah Shen Chengjing berganti baju dan turun ke bawah, ia melihat Mo Yanchen sedang mengambil piring makanan dan wajahnya terlihat begitu indah ketika dilihat dari jendela transparan yang membatasi dapur dengan ruang makan itu.
Wow, Mo Yanchen memasak sendiri makanannya? Shen Chengjing merasa sangat terkejut dan berjalan lebih cepat untuk mendekatinya.
"Barang di dalam lemari es tidak banyak. Jadi makan yang seadanya saja, ya!" Melihat Shen Chengjing yang tampak bingung, Mo Yanchen menarik tangan putih Shen Chengjing ke sebuah kursi dan mengambilkannya sepasang sumpit.
"Terima kasih." Shen Chengjing berkata dengan lembut sembari menengok ke belakang, lalu menunduk untuk makan.
Shen Chengjing berhenti sejenak dan mengangkat kepala untuk melihat Mo Yanchen.
"Rasanya tidak sesuai?" Mo Yanchen menatap wajah cantik Shen Chengjing, ia tidak berani bertanya karena sudah lama tidak masak. Mo Yanchen pun merasa khawatir masakannya sudah tidak terlalu enak.
"Ini enak, Paman hebat sekali." Shen Chengjing memberikan dua jempol kepada Mo Yanchen. Ia pun menundukkan kepala dengan cepat untuk menghabiskan nasi di mangkoknya, "Apakah boleh tambah lagi?"
Melihat wajah yang imut itu, Mo Yanchen ikut merasa senang.
"Setelah makan makanan ini, maka kamu telah menjadi salah satu anggota dari Keluarga Mo." Mo Yanchen tiba-tiba tersenyum dan mengambilkan nasi lagi.
"Ada yang mengatakan kalau bukan orang yang sama tidak mungkin bisa menjadi suami-istri, kamu terlalu licik! Bisa-bisanya menggunakan rasa laparku untuk menjebakku seperti ini!" Jawab Shen Chengjing.
"Tetapi kamu telah menolong nyawaku, maka aku akan mengakuinya." Tambah Shen Chengjing.
Walau keras kepala, Shen Chengjing juga bukan orang yang manja. Meski Mo Yanchen tidak mengakui bahwa dirinya yang menolongnya, namun Shen Chengjing tetap sadar untuk berterima kasih kepadanya.
Mencari seorang pria yang tidak manja dan rendah diri atas segala perbuatannya memang sulit didapatkan. Apalagi, lelaki ini memiliki kemampuan memasak yang hebat.