"Gimana tadi interviewnya sayang ?" Tanya mas Rega ketika di jalan.
"Alhamdulillah lancar yang. Katanya tiga hari lagi diumumin. Semoga aja keterima ya." Jawabku agak dekat ke telinganya. Takut kalau dia tidak mendengar jawabanku, karena posisi kita memang sedang berkendara di jalan raya.
"Iya berdoa supaya diterima ya. Oh iya kita mau kemana ini ? Apa makan dulu ? Kamu pasti belum makan kan ini ?" Ucap Mas Rega.
"Aku pengen bakso yang,ditempat biasanya aja ya." Jawabku sambil memeluk perutnya.
Mas Rega memacu motornya menuju warung bakso langganan kita yang letaknya tidak terlalu jauh dari alun-alun. Sepanjang perjalanan aku terus memeluknya, karena aku sangat menyukai bau parfum Mas Rega yang seperti candu bagiku. Entahlah aku sudah tergila-gila dengannya. Mungkin aku akan beneran gila kalau nanti sampe putus dari dia.
Tidak lama kita berdua sudah sampai di warung baksonya. Lumayan rame sih tapi sepertinya masih ada tempat duduk. Aku pun turun dari motor dan melepas helm ku. Mas Rega juga melakukan hal yang sama. Kami berdua kemudian masuk ke warung bakso dan Mas Rega memesan dua bakso, satu bakso tangkar lengkap untukku dan satu lagi bakso tetalan untuknya. Setelah memesan kita menuju tempat duduk yang lesehan,agar lebih nyaman memang untuk kita kalau duduk di lesehan. Sambil menunggu pesenan baksonya Mas Rega bertanya padaku.
"Kamu gimana sama bu Rina ? Udah mulai bisa menerima keberadaan bu Rina ?"
Aku cukup terkejut dengan pertanyaan Mas Rega yang tiba-tiba ini. Namun aku tak ingin memperlihatkannya. Sebisa mungkin aku tersenyum dan menjawabnya.
"Hmm pelan-pelan sih yang. Kamu tau sendiri aku susah buat nerima orang baru di hidup aku. Aku nggak bisa langsung welcome sama bu Rina. Tapi ak selalu berusaha buat bisa nerima keberadaan bu Rina."
Mas Rega tahu itu, kalau aku memang agak susah buat percaya dan nerima orang baru di hidup aku. Tapi dia selalu mengajarkan aku untuk bisa menerima apa yang sudah ditakdirkan di hidup aku. Pelan-pelan dengan caranya dia, dia bisa membuat aku sedikit terbuka. Dia selalu bilang ke aku untuk jangan semuanya aku pendam sendirian,karena itu tidak baik. Kasihan akunya. Dia juga bilang kalau dia akan selalu ada disamping aku untuk meringankan semua beban yang aku punya. Sebersyukur ini aku punya dia Tuhan.
Bakso pesanan kita sudah datang, termasuk dengan dua es teh manis yang kita pesan juga. Aku memulai asyik memakan baksonya. Mas Rega sangat senang ketika melihat aku makan. Katanya melihatku makan sudah membuatnya kenyang. Aku memang sedikit bar-bar kalau makan, apalagi kalau makanan kesukaan aku ini. Sudah tidak memikirkan apa-apa lagi kecuali menikmati kelezatan bakso satu ini.
"Pelan-pelan sayang makannya. Aku ngga bakal minta kok." Ucap Mas Rega sambil senyum dan geleng-geleng.
"Hehe iya sayang." Jawabku dengan sedikit malu.
"Habis ini kita mau kemana sayang ?" Tanya Mas Rega lagi
"Hmm mas ke hotel Haris aja." Kataku tanpa malu.
"Kamu ini lho hmm.."
"Ayok mas aku kangen sama kamu. Aku juga punya sesuatu buat kamu." Ujarku lagi.
"Kamu itu ya selalu saja bikin kejutan. Habiskan dulu baksonya." Jawab mas Rega.
Aku sudah menyelesaikan ritual makan baksoku. Begitu juga mas Rega. Lalu kita menuju kasir dan mas rega membayar pesanan bakso yang sudah kami berdua makan. Setelahnya Mas Rega menggandengku menuju tempat parkir.
Tiba-tiba Mas Rega memakaikan helm untukku.
"Tumben sweet begini mas."tanyaku
"Emang gak boleh sweet sama pacar sendiri hmm.." ucap Mas Rega sambil mencubit pipiku.
"Ihhh sakit tauu." Rutukku sebal dengannya.
"Sudah ayo naik. Katanya mau kasih kejutan buat aku." Kata Mas Rega kemudian.
Dalam hati aku bersorak gembira karena itu artinya Mas Rega mengiyakan ajakanku ke hotel. Aku segera naik ke motornya dan tersenyum lebar sekali. Mas Rega hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahku ini. Mas Rega kemudian mulai menyalakan motor dan membawaku ke sana, ke tempat yang aku inginkan.