Reine tidak menyangka putranya saat ini bisa menjadi seseorang yang sangat kejam, bahkan dirinya merasa tidak mengenali sosok putranya yang berdiri di hadapannya.ย
"Hallo, Pa. Apa kabar?" tanya Arga.
"Arga, ini ponsel mamamu, mama kamu ke mana?" tanya Roman panik di seberang sana.
"kenapa, Pa? Papa kangen banget sama mama? Bentar lagi mama bakal ke surga loh," kata Arga dengan senyum mengerikan.
"Kamu jangan durhaka pada orang tua, Arga. Biarkan mamamu pergi, kalau mau marah sama Papa marahnya!" teriak Roman.
"Hahaha, Papa masih memikirkan kuliahku hmm? Terus kalau Sienna menikah sekarang apa aku akan menjadi pria yang ditinggal oleh kekasihnya?" tanya Arga berdecak.
"Arga, dia belum menikah saat ini, jangan bertingkah bodoh. Papa sudah memikirkan semuanya," balas Roman.
"Aku mau dengar apa ide Papa sekarang. Sepertinya menarik atau lebih menarik Papa kehilangan belahan jiwa Papa selamanya?" tanya Arga dengan nada sinis.
"Arga, Papa akan menjelaskan ide Papa. Sekarang kamu lihat ponsel kamu sendiri dan baca pesan papa baik-baik, di sana ada semua rencana Papa," pinta Roman.
Arga mengambil ponselnya lalu ia membaca ide papanya yang agak gila menurutnya tapi ia akan mencobanya, dengan smirk miringnya Arga yang masih belum mematikan ponsel mamanya berkata kepada papanya.
"Ide Papa bagus juga, walaupun agak ekstrem tapi mari kita coba," kata Arga.
"Ya sudah, sekarang minta maaf pada mamamu, jangan melukainya," pinta Roman.
"Aku tidak melukainya kok, hanya sedikit mengajak mama bermain," balas Arga terkikik membuat Reine mengernyitkan dahinya.
"Apa ide suamiku dan putraku? Jangan sampai dia menghancurkan nasib anak gadis orang. ku tidak mau keluargaku terkena karma," gumam Reine.
Arga yang sudah selesai menelepon papanya mengembalikan ponsel mamanya, lalu ia membantu mamanya untuk bangun dan duduk di sofa.
"Kaki Mama sakit, Arga," kata Reine.
"Yang mana yang sakit, Ma?" tanya Arga panik.
"Ini tadi mama kelamaan duduk mojok gara-gara kamu," rengek Reine terhadap putranya.
Arga mengambil salep di laci meja kerjanya lalu ia berjalan mendekati mamanya. Arga menunduk, kemudian ia mulai mengoleskan salep ke kaki mamanya secara perlahan dan memijat-mijatnya.
Reine menatap nanar ke arah putranya yang sebenarnya sangat menyayangi orang tuanya, tapi Arga tega berbuat kasar hanya demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Memang dari Kecil Arga selalu dimanjakan oleh Reine dan suaminya sehingga Arga menjadi orang yang begitu obsesi pada sesuatu yang dia inginkan.
"Ma, masih sakit?" tanya Arga.
Reine menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tidak, Nak. Terima kasih. Arga, bangunlah dan duduk di samping Mama, Mama kangen banget sama Arga," balas Reine lembut lalu mengecup pipi dan jidat putranya.
Arga duduk di samping mamanya dan memeluk mamanya tidak kalah erat.
"Sayang, Mama yakin jika kamu memang berjodoh dengan Sienna Reagan maka kamu dan dia akan bersama selamanya," kata Reine lembut sambil membelai puncak kepala Arga.
"Ma, aku mohon restui aku dan Sienna ya. Tolong jauhkan wanita iblis bernama Tasya dariku," bisik Arga di telinga Reine dengan nada yang lirih.
Reine melepaskan pelukannya pada Arga dan menatap tajam putranya.
"Kamu ini sudah tahu Tasya celaka gara-gara kamu, Mama jadi pusing memikirkan nasib wajahnya itu, pasti orang tuanya sangat marah sama kita," balas Reine.
"Orang tua Tasya tinggal Mama suap duit saja pasti akan menjilat Mama seperti anjing kelaparan," kata Arga dengan wajah bengisnya.
"Arga, cukup kamu dan papamu saja yang sama. Kamu pikir manusia itu seperti debu, bisa kamu sakiti dengan mudah bahkan membuangnya," balas Reine sedih.
"Sudah, Mama. Jangan terlalu banyak pikiran, lebih baik mama pulang ke penthouse Arga. Tadi kata papa, papa akan menyusul ke sini nanti malam. Nanti dari bandara Papa akan dijemput supir Arga, Ma," kata Arga lembut. Dia tidak ingin menyakiti mamanya, lebih baik dia segera menyuruh mamanya menunggu di penthouse.
Di sebuah butik ternama di London. di sebuah butik ternama Sienna bersama keluarganya dan juga keluarga Samuel calon suaminya sedang melakukan fitting baju untuk baju pengantin mereka. Sienna keluar dengan gaun pengantin berbahan sutra Taffeta dengan panjang 5 meter yang ia coba. Selain itu, untuk bahan tudungnya dibuat dari kain tulle dengan panjang 20 meter. Samuel juga sudah selesai mencoba tuxedonya yang berwarna hitam dengan dalaman berwarna putih serta memakai dasi kupu-kupu membuat kharisma dari seorang Samuel menguar.
"Wahh, kalian ini serasi sekali, yang satu ganteng yang satu cantik banget," puji Vina sambil memegang wajah putranya dan calon menantunya bergantian.
"Semoga saat hari bahagia kalian, tidak ada yang menghalangi," kata Jenny sambil memeluk putrinya dan calon menantunya.
"Kalian cepat menikah biar kita bisa cepat gendong cucu," kata Victor terkikik geli.
"Hahaha, sudah mau jadi kakek aja, Bro," balas Pedro.
"Anak kita kan sudah pada besar, saatnya kita manjain cucu kita," kata Victor.
"Mama bisa jadi nenek muda dong kalau gitu, Pa," balas Vina.
"Iya, Jeng. Jadi enggak sabar punya cucu yang banyak ya," kata Jenny dengan senyum lebarnya.
"Hahaha, bisa saja sih, Ma," kata Samuel dengan wajah memerah.
"Memang ada-ada aja nih, nikah aja belum sudah mikirin cucu," balas Vina.
"Ya, enggak apa-apa dong, Ma. Bro, lu mau punya cucu berapa?" tanya Pedro.
"Gue mau punya cucu sepuluh sih kalau bisa, hahaha," jawab Victor.
"Udah, Pa, sadar umur. Jangan kayak anak gaul gitu pake gue, lu pula sama Pedro, enggak cocok," kata Vina dengan nada mengejek.
"Papa kan mau jadi anak gaul, malah diejek," balas Victor.
"Biasa, masa mudanya kurang main," kata Pedro.
"Udah, Pa. Lihat anak kita cantik kan pakai gaun gini seksi lagi?" tanya Jenny membuat Sienna mukanya memerah.
"Sayang, coba berputar," pinta Vina.
Sienna memutar perlahan. Gaun tersebut menampilkan punggung putih mulus Sienna yang begitu menggoda.
"Kamu cantik sekali, Sayang," puji Samuel.
"Terima kasih, Sayang. Aku kan calon istri kamu, pastinya cantik dong," balas Sienna dengan percaya diri.
"Iya, anakku selalu cantik. Awas saja kamu melukai hati anakku dan tidak bisa menjaganya. Jika itu terjadi, aku sendiri akan memukul Victor papamu," kata Pedro dengan mata tajamnya.
"Belum kawin sudah diancam, calon mertua yang kejam, Nak," kata Victor.
"Papa, bukan kawin tapi nikah. Kawin mah jangan ngundang-ngundang kita," balas Vina.
Jenny terkekeh melihat calon besannya yang sangat lucu.
Vina memanggil pelayan butik untuk memesan gaun dan tuxedo yang sangat bagus dipakai untuk calon menantu dan putranya. Sedangkan Sienna masuk ke dalam fitting room dibantu oleh salah satu pelayan butik bernama Nina untuk mengganti pakaiannya.