Chereads / 100 Puisi / Chapter 2 - Chapter 1 : Memori

Chapter 2 - Chapter 1 : Memori

"Start" Suara pluit terdengar jelas memenuhi Stadium renang nasional yang dipenuhi para atlet yang hendak latihan. Stadium Renang nasional yang cukup besar dan menjadi arena latihan tim nasional renang Jepang.

Karena jadwal bertanding tidak terlalu padat dan dibatasi karena pandemi covid 19. Dunia ini memaksa untuk hidup normal baru demi terus berjalannya roda kehidupan.

Di arena khusus perempuan dengan kolom renang sepanjang 50 meter, Hiromi Sakii salah seorang gadis usia 22 tahun, memulai latihannya dengan teman teman angkatannya.

"Mihii, tanding gaya bebas 100 meter denganku, kau mau tidak?" Tanya Sakii pada sahabatnya yang tengah sibuk memakai topi renang miliknya.

"Kau yakin Sakii?, kau itu spesialis gaya kupu-kupu mau tanding gaya bebas yang menjadi makananku, hahaha kalau kalah ntar traktir aku makan yakiniku bagaimana?" ucap Mihii dengan wajah menjengkelkannya itu.

Mihii memang menyebalkan, cerewet dan kalau soal makan nomor satu. Tapi, terlepas dari itu banyak yang senang berteman dengannya, dia anak yang ceria, baik, cantik dan selalu jujur terhadap perasaannya. Bisa dibilang Mihii kebalikan dari Sakii, Sakii sendiri memang bisa ceria terhadap yang lain tapi tidak bisa untuk jujur terhadap perasaannya.

"gimana, kok bengong begitu ?" Tanya kembali Mihii yang sudah sangat percaya diri itu.

"iya,,,baiklah" ucap Sakii dengan rasa malas, dalam hati Sakii mengutuki dirinya, jadi menyesal mengajaknya tadi.

Mereka pun bersiap siap, ini hanya pertandingan biasa lawan teman kita sendiri, jadi Sakii merasa tidak perlu begitu serius.

Memilih latihan bertanding dengan teman seperti ini bisa menghilangkan rasa merasa bosan. Tidak terlalu banyak hal yang bisa dilakukan di rumah karena pandemi dan juga banyak turnamen yang tertunda jadi ini adalah jalan untuk melepaskan kebosanan. Walaupun sekarang sudah mulai kembali seperti semula setelah status darurat dicabut dan orang-orang sudah diperbolehkan beraktivitas kembali seperti biasa. Tetapi tetap saja harus bisa menjaga diri sebaik mungkin. Apalagi untuk seorang atlet dimana kesehatan, fleksibilitas, dn kebugaran tubuh adalah hal utama dan terpenting.

"Ngomong ngomong Sakii, apa kau baik baik saja" Tanya Mihii sambil bersiap ke posisi start., nada bicaranya sudah mulai serius.

"Mm? Maksudnya?" Sakii mulai mengikuti Mihii ke garis Start sambil memasang wajah bingung.

"Aku berasa kau sekarang sering murung, atau tidak begitu ceria lagi. Apa kau ada masalah" Jawab Mihii sambil menghentikan langkahnya sejenak.

"atau jangan-jangan kau sudah ditembak cowok ya, jadi sekarang ceritanya Sakii ku yang manis ini lagi Galau?"..lanjut Mihii, wajah serius nya tadi seketika hilang dan berubah menjadi wajah yang begitu menjengkelkan.

"Haaaaa mana mungkin,,,,aku baik baik saja kok,,,memangnya aku terlihat begitu?,,tidak kok" Jawabku Sakii sambil berjalan melewati Mihii, tidak terima dengan pernyataan menyebalkan sahabatnya ini.

"kalau begitu Syukurlah..hhhh" ucap santai Mihii

"oke.. ayo mulai…." Sahut Sakii

"Aku sendiri tidak begitu mengerti dengan keadaan ini. Aku punya hal yang di inginkan dan sudah berusaha, tapi aku sendiri masih merasa berada ditempat yang sama, perkembanganku seperti kura-kura, lambat. Aku selalu bisa menyimpan perasaan dengan baik tapi malah tidak bisa mengungkapkannya dengan baik pula, malah berpura-pura menjadi orang lain, bisa tersenyum dibalik diriku yang sebenarnya. Ada hal ingin ku katakan padanya, satu kata begitu susah bagiku. Aku seperti terlahir sebagai pengecut." Pikir Sakii dalam hati, sambil menatap pantulan birunya air kolam renang di depannya.

"satu…dua …tiga…." Mereka pun melompat menuju kolom renang dengan irama yang sama.

Berenang dengan gaya yang bukan kemampuan andalan Sakii menjadi tantangan tersendiri, tapi tentunya sebagai pemain go internasional semua gaya harus bisa. Berenang, menikmati Rasa dingin air yang sudah akrab sedari dulu.

Berenang gaya bebas 100 meter memiliki ritme permainan yang lebih cepat di banding gaya lain. Meningkatkan kecepatan disaat tubuh sudah mulai lelah adalah hal yang harus dilakukan dengan baik. 100 meter, berarti harus berbalik dan akan kembali ke tempat semula.

"Semuanya tentang disini, mengapa aku disini, mengapa aku jadi begini, mengapa aku harus hidup disini. Itu adalah pertanyaan dibalik alasan ku sesungguhnya, pertanyaan yang ingin kujawab sendiri tetapi diriku kaku mengungkapkan kenyataannya." Sambil terus berenang, Pikiran dan perasaan Sakii belum sepenuhnya fokus untuk pertandingan ini.

Sakii tersadar kalau sudah setengah jalan, 50 meter sudah ditempuh, Sakii tidak tahu Mihii mengejarnya atau tidak atau bahkan dia sudah mendahului.

Seketika mata Sakii menjadi kabur, harus berbalik tapi malah melakukan kesalahan, Sakii malah merasakan sakit di bagian kaki kanannya. Ketika ia mencoba berbalik dan memutar badannya di dalam air, kakinya menyentuh tepi batas atas kolam, timingnya tidak tepat ketika berputar untuk berbalik arah.

"aku terlambat..." pikir Sakii seketika sadar dia melakukan kesalahan dengan pandangannya yang kabur oleh air matanya sendiri. Gerakannya menjadi terhenti karena nyeri di kakinya.

"aku menangis, Tapi Kenapa" pikirnya .

"Kenapa,,,,,,, aku telah banyak melupakan sesuatu yang sebenarnya ingin ku ungkapkan bukan untuk kulupakan. Kenapa hilang begitu saja, kenapa berubah begitu saja" Dengan kesadaran yang mulai menipis dan Kaki yang terasa sakit, Sakii tenggelam dan tak bergerak melanjutkan pertandingannya ke garis finish.