Chereads / Suami Pungutan Mama / Chapter 33 - Menceritakan

Chapter 33 - Menceritakan

Kimberly masih memperhatikan lelaki itu dengan seksama. Memandangnya dengan cermat dan teliti, dari arah samping kanan, lalu ke samping kiri, hingga membuat Khaibar merasa heran karena Kimberly menutupi laptopnya dengan badannya hingga Khaibar sedikit pun tak dapat melihatnya. Padahal berniat menonton CCTV itu bersama, tapi kenapa seperti Kimberly tak rela kalau Khaibar melihatnya.

"Kim, kamu geser dikit dong! Aku mau melihatnya, sebenarnya dia itu siapa? Apa dia adalah mantan kamu?" Ucapan Khaibar benar-benar membuat jantung Kimberly berdegup kencang. Kimberly yang tak seberapa yakin karena hampir tak percaya malah Khaibar berani menggodanya.

Kimberly pun tersenyum kecut. Di zoom kan video itu dan benar ternyata dia adalah mantan Kimberly. Kimberly menunjuk-nunjuk video itu dengan syoknya. Menoleh ke arah Khaibar dengan wajah yang pucat lalu berbicara dengan terbata.

"Da—dari mana kamu ta—tahu kalau dia ma—mantanku?"

Khaibar langsung melotot, padahal dia hanya menebaknya saja. "Jadi apa benar?" Kimberly mematung dan mengangguk dengan ketakutan. Ia tiba-tiba langsung tak sadarkan diri, beruntung Khaibar berdiri di belakangnya sehingga langsung didekap oleh Khaibar.

Khaibar yang takut terjadi apa-apa oleh Kimberly dia langsung menggendongnya seraya memanggil-manggil namanya dan menepuk pipinya pelan.

"Kim, Kim, bangunlah!" Khaibar pun langsung berjalan dengan masih menggendong istrinya itu ke arah kamar, dia berjumpa dengan papa Kendrick dan mama Keysa yang juga sibuk merundingkan pelaku itu di ruang keluarga. Karena kebetulan kamar Kim melewati banyak ruangan penting di rumah itu.

Keduanya langsung menghampiri Khaibar dan bertanya. "Khai, ada apa dengan Kimberly? Kamu apakan dia!" sentak Kendrick dengan kesal, menurut Kendrick Khaibar selalu salah di matanya, meskipun benar tak pernah dianggapnya karena sudah sedari awal salah dan tak suka dengan Khaibar jadi seterusnya akan begitu, untung saja Khaibar hatinya polos dan se-tegar baja jadi dia santai saja meskipun dimarahin sudah kebal baginya.

"Entahlah, Pa, aku kurang paham kenapa begini, nanti dulu ya penjelasannya, Khai mau bawa Kim dulu ke kamar, dia sungguh berat," ucap Khaibar yang langsung ceplas-ceplos tanpa memperhatikan Keysa yang sudah melototinya.

Khaibar dengan cepat membawa Kimberly, dia bahkan menaiki tangga demi tangga dengan ngos-ngosan, karena beratnya Kimberly yang ditambah juga dia hamil. "Uhh berat sekali Kim ini ternyata, aku kira enggak karena dilihat tubuhnya kayak gitar spanyol, tapi dia menggiurkan juga sih," keluh Khaibar.

Dan sampailah Khaibar di dalam kamarnya. Dia menaruh Kimberly dengan pelan. Berhamburan ke arah kamar mandi untuk mengambil air hangat di dalam kran. Dimasukkan Khaibar ke dalam ember kecil, tak lupa sapu tangan ia ambil dari laci kecil yang dekat dengan meja.

Khaibar menyapukan sapu tangan yang sudah dibasahi dengan air hangat ke dahi Kimberly. Dibasuhnya berulang kali seraya ditepuk-tepuk pipinya.

"Kim, bangunlah! Ayo bangun, Sayangku ..." rayu Khaibar dengan berbisik di telinga Kimberly dengan sedikit menyembulkan nafas yang berat. Selain capek dia juga berniat untuk menggodanya agar Kimberly segera sadar. Kimberly yang merasakan nafas Khaibar seperti itu, dia akhirnya sadar dan melirik ke arah Khaibar dengan sedikit malu seraya memegangi kepalanya yang memang agak pening.

"Uhhh kepalaku sungguh sakit, aku kenapa?" tanya Kimberly yang masih belum tersadar sepenuhnya tentang kejadian itu. Kimberly semakin tersentak saat Khaibar bibirnya semakin mendekat ke arah telinganya, seperti ingin mencicipi telinganya, membuat ia salah tingkah dan mendorong Khaibar agar menjauh darinya.

"Kamu ngapain? Sana menjauh dariku!" usir Kimberly. Khaibar akhirnya menjauh dan duduk di kursi plastik yang ada didekat meja. Dia hanya diam tak membalas ucapan Kimberly karena mendengar derap langkah kaki yang begitu riuh datang mendekat.

Handle pintu pun berbunyi karena ada yang membuka pintu dari luar. Mereka adalah kedua orang tua Kimberly yang khawatir kepada anaknya.

Kendrick mengusap-usap puncak kepala Kimberly, sementara Keysa memijat tangannya. "Kamu kenapa Kim? Apa sakit? Mana yang sakit? Apakah kehamilan kamu?" tanya Keysa dengan memberondong pertanyaannya. Kimberly yang teringat CCTV itu. Tubuhnya kaku kembali. Ia melirik ke arah Khaibar agar Khaibar saja yang menjelaskannya, karena ia masih syok dan malas untuk menceritakan itu.

Kendrick yang paham gerak-gerik Kimberly dia langsung mendekat ke arah Khaibar dan mencengkeram kerah bajunya. 'Hmmm kenapa Papa Kim selalu begini ya sama aku, aku bagaikan tidak berguna sama sekali, akan aku buktikan Pap, suatu hari nanti akan menjadi orang yang sangat berguna dan membanggakan, tunggu dan lihat saja.' Batin Khaibar menatapi Kendrick yang mencengkeramnya.

Khaibar lalu berpura-pura terbatuk agar Kendrick melepaskan cengkeramannya. "Jelaskan!" perintah Kendrick saat sudah melepaskan cengkeramannya.

Khaibar mengangguk. "Begini Pa, tadi kita melihat CCTV itu, dan sepertinya Kim mengenalinya, dia sangat syok lalu pingsan, dari yang aku duga dia adalah mantan Kimberly sepertinya, Pa," jelas Khaibar.

Keysa yang juga sangat syok dia menatap Kimberly dengan tatapan tajam. Ia menggeleng agar Kimberly berpura-pura tak tahu saja, supaya tak gawat kalau papanya mencari tahu kebenarannya, bisa-bisa dia akan tahu semuanya dan matilah riwayat Kimberly tentang pencoretan harta.

"Mantan? Mantan siapa!" sentak Kendrick yang benar-benar tidak tahu apapun, karena Kimberly tak pernah cerita kepada papanya sedikitpun. Kendrick lalu membalikkan badannya dan menatap Kimberly dengan mata yang dimicingkan.

"Kim? Apa benar ucapan Khaibar? Mantan siapa! Jelaskan!" Kimberly tersentak dan mulai menangis karena ketakutan. Kini Keysa yang angkat bicara dengan suara yang dibuat segenit mungkin untuk merayu suaminya.

"Pa, jangan membuat Kim kaget dong kamu, Sayangku, mungkin itu hanya dugaan Pap, Kimberly juga belum yakin, iya kan Kim?" Keysa membela Kimberly dengan berpura-pura tanya kepada Kimberly untuk meyakinkan, Kimberly hanya mengangguk dengan ragu-ragu lalu menghentikan tangisnya dengan cepat, takut masalah semakin runyam dan tak dipercaya oleh papanya.

"Apa benar begitu?" tanya Kendrick meyakinkan diri sendiri lagi. Karena dia sungguh mengganjal dan sedikit tak percaya dengan ucapan istrinya, Keysa selalu memanjakan Kimberly jadi kali ini dia sedikit tak percaya, apalagi keduanya pandai bersilat lidah.

"Iya, Pa, sekilas seperti mirip mantanku yang bernama Koko Pa, tapi mungkin dugaan saja, karena aku sudah lama tak berhubungan dengannya, banyak yang berubah darinya jelasnya," balas Kimberly mencoba berani dan setegas mungkin.

Kini Kendrick duduk di tepi ranjang Kimberly. Menepuk Kimberly agar ikut duduk di samping papanya, lalu agar Kimberly menceritakan siapa itu Koko. Akhirnya Kimberly menceritakan semuanya dengan jelas, kecuali tentang kehamilannya yang dengan Koko itu, dia hanya bercerita tentang Koko yang selalu memerasnya, mungkin karena Kimberly sudah memutus hubungan dengannya dan mengganti nomor ponsel serta pernah melaporkan Koko ke kantor polisi atas tuduhan pemerasan, jadinya dia datang untuk balas dendam.

"Jadi, dia mempermainkanmu?" tanya Kendrick singkat, tapi tangannya sudah mengepal di bawah ranjangnya.

"Iya, Pa, dia memeras terus untuk berpacaran dengan yang lainnya, padahal aku sangat baik dan mencintainya."

Kendrick pun berdiri dan menggebrak meja yang ada di sampingnya dengan kepalan tangan tadi hingga berbunyi sangat keras dan semua tersentak. "Brengsek! Berani dia macam-macam dengan keluarga Kendrick!" Semua tersentak hingga melongo.

Kendrick pun pergi tanpa berkata apa-apa. "Pa, Papa!" teriak Kimberly dan diabaikannya. Keysa hanya melambai ke arah Kimberly dan menyusul suaminya.

'Gawat! Apa Papa marah?'