Chereads / Suami Pungutan Mama / Chapter 27 - Bak Pahlawan

Chapter 27 - Bak Pahlawan

Tujuh hari sudah Khaibar berada di rumah Kimberly, dia sudah agak terbiasa dan paham dengan peraturan rumah, yang tidak boleh ini, tidak boleh itu, sudah sangat dihafal oleh Khaibar, dan juga tibalah merayakan pernikahan mereka yang akan dirayakan nanti malam.

Semua bibik sibuk menyiapkan persiapan pesta yang sangat megah itu, katanya dirayakan dalam kurun waktu tujuh hari tujuh malam. Karena itu permintaan Kimberly untuk memamerkan kekayaannya, apa kata orang kalau tidak dirayakan dan lagi pula kalau tidak dirayakan secepatnya mau kapan lagi, keburu terlihat membesar perut Kimberly dan bisa gawat apabila semua tahu kalau Kimberly hamil di luar nikah.

Khaibar mondar-mandir dan gelisah di dalam kamar. Dia memangku tangannya seraya memandangi jam yang berdetak dan menempel di dinding, pikirannya kalut dan sungguh kacau, dia takut akan memalukan kalau diadakan pesta segala, dalam hatinya kenapa ada pesta kalau semua hanya sandiwara dan akan selesai apabila surat kontrak masa habis? Semua pertanyaan mencekik sanubarinya.

Akhirnya Kimberly yang tiba-tiba datang ke kamar pun ditanya oleh Khaibar agar semakin jelas. "Kim, kenapa pakai pesta segala sih? Bukankah semua ini tidak benar-benar menikah? Hanya sebatas surat kontrak? Lalu kenapa begitu? Nanti aku harus jawab apa dong kalau ditanya sama orang-orang?" jelas Khaibar panjang lebar.

Kimberly hanya berdecak kesal dan keluarlah jurus andalannya yaitu mengomel. "Sudah diam saja! Itu urusanku! Lagian kamu bawel sekali sih, masak aku tak mengumumkan pernikahan ini, apa kata orang? Lagian mengadakan pesta juga uang ini gak akan habis, jangan berpikiran secara jauh, masalah kontrak enggaknya gampang, gitu saja repot." Setelah menjelaskan itu Kimberly langsung pergi meninggalkan Khaibar sendiri di kamar, memang rencana Kimberly kembali ke kamar bukan untuk menghampiri Khaibar, tapi dia mengambil jaket yang ada digantungan bajunya, karena dia berencana berbelanja bersama mamanya.

"Kim, mau ke mana?" teriak Khaibar saat melihat Kimberly sudah menuruni tangga dengan cepat. Kimberly hanya melambai tanpa melihat Khaibar, tapi dia menjawabnya. "Mall, bye!"

Nafas Khaibar memburu cepat, dia benar-benar bingung harus apa di rumah itu, tak ada teman di dalam rumah itu, dia sungguh bosan, ingin jalan rasanya tapi takut tersesat, akhirnya dia yang sungguh tak tahan lagi, ikut menuruni tangga dan bertekad untuk mengikuti Kimberly.

Dia berpapasan dengan bibik yang baik yaitu bibik Khofi yang pendiam tapi ramah. Khaibar tersenyum dan menyapanya dengan sangat ramah.

"Bibik ... kerja yang semangat ya, Khaibar pergi dulu!" pamit Khaibar yang diangguki oleh bik Khofi. Bik Khofi sungguh senang bisa mengenal Khaibar. Padahal waktu itu hanya kebetulan saja dan tak berniat untuk saling mengenal, tapi keramahan Khaibar dan gampang akrabnya bisa menjadi kenal sampai sejauh ini.

'Tuan Khaibar benar-benar baik, alhamdulillah setidaknya di rumah ini ada orang waras, soalnya semua majikan di rumah ini sifatnya berubah-ubah kadang waras kadang enggak.' Batin bik Khofi. Setelah itu dia pergi setelah memandangi Khaibar yang dengan lucunya melangkah dengan mengendap-endap karena takut ketahuan oleh Kimberly.

Bahkan baju Khaibar saja simple, hanya memakai kaos oblong yang buat santai tadi, sama celana pendek selutut dengan menyambar jaket yang siap untuk membalut merangkapi kaosnya, tak lupa dengan topi koboy yang ia punya, meskipun lucu dan kelihatan norak tapi masih tak mengurangi ketampanannya sedikitpun.

Khaibar melakukan itu karena dia benar-benar ingin tahu bagaimana seorang Kimberly kalau di luar sana, setelah itu dia memesan ojek online saja, karena dia sungguh irit dalam uangnya, dia memang seperti itu, tak matre dan tak mau meminta Kimberly, baginya uang pembiayaan ibunya yang masih lebih itu masih cukup untuk kebutuhan hidupnya, meskipun setengahnya sudah dibuat mahar untuk Kimberly.

Kimberly yang mengendarai mobilnya, rasanya seperti ada orang yang mengikutinya, tapi dia yang orangnya sungguh cuek akhirnya mengabaikan itu semua.

"Kenapa, Kim?" tanya Keysa yang melihat tingkah aneh Kimberly yang melirik ke belakang dengan bimbang.

"Enggak ada apa-apa, Ma, sepertinya tukang ojek itu mengikuti kita, apa cuma firasatku saja ya? Hmmm mungkin hanya firasatku saja, Ma, ya sudah biarkan saja! Kayaknya memang lagi ramai jalanan hari ini," balas Kimberly. Keysa hanya mengangguk karena membenarkan juga ucapan Kimberly.

Keduanya memang tak pernah teliti dalam hal apapun, padahal Khaibar benar-benar mengikuti mereka, tapi sangat aman dan tak ketahuan sama sekali oleh mereka.

Sampailah mereka di mall kota K tersebut, yang mewah dan sungguh elegant untuk kalangan orang kaya raya. Kimberly memarkirkan mobilnya di tempat VIP, karena mobilnya itu sungguh sangat silau dan bermerek sangat mahal hingga hampir mencapai milyaran rupiah.

Ia turun dan bergandengan tangan dengan mamanya. Mereka berdua benar-benar pasangan hot, ibu dan anak yang sungguh gemulai, cantik dan imut, juga bajunya sangat terbuka, membuat semua yang melewatinya tak berkedip, tertarik dengan ibu dan anak itu. Matanya penuh nafsu dan siap memburu dengan menghadang Kimberly juga Keysa.

"Halo, anak manis, tante cantik, boleh lah kalau kita temani, kita pasti akan memuaskan kalian, yakin deh," rayu cowok yang kurus dan matanya sipit, ketua dari geng penjahat yang juga melewati Kimberly dan juga mamanya. Senyuman mereka sungguh menggambarkan kebuasan dan siap memangsa. Sementara kedua pemuda yang lain sudah mulai mencolek bahu Kimberly yang terbuka itu.

Kimberly yang sedikit takut dia gemetaran, tapi dengan gaya sok cool-nya dia mencoba untuk memberanikan dirinya dengan mengangkat tangannya ke udara dengan sangat ganas.

"Heeey mau apa kalian! Mau macam-macam? Akan aku hajar kalian! Atau mau uang? Berapa kalian minta akan aku kasih, setelah itu pergilah! Atau aku akan berteriak, bagaimana? Mau berapa!" bentak Kimberly dengan sangat kesal dan buas hingga urat lehernya sangat kentara, sedangkan Keysa dia sesekali memegangi bahu Kimberly dengan ketakutan yang sungguh sangat terlihat.

Para penjahat itu pun tertawa dengan kerasnya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya, karena mereka melihat Kimberly sok tegar padahal dilihat dari sudut tubuh lainnya dia terlihat bergetar, jadi mereka sungguh sangat menyukai sikap Kimberly yang sok kuat itu.

Tangan mereka semakin mengulur ke arah Kimberly lagi dan mencoba menarik tali bra coklat yang ia pakai, tapi diurungkannya saat Khaibar berteriak dengan keras.

"Heeey kaliaaaaan! Jangan macam-macam kepada istriku! Atau aku akan mematahkan tangan-tangan kalian!" Wajah Khaibar terlihat garang dari arah kejauhan. Kimberly menoleh dan terbelalak melihat suaminya datang bak pahlawan di negeri dongeng.

Gagahnya Khaibar tak seperti biasanya. Tangannya dikekarkan, dagunya diangkat dengan sombong agar penjahat merasa Khaibar sangat keren dan tak terkalahkan, topinya juga dilempar ke atas dan digoyangkan seperti artis yang memainkan sinetronnya.

Mereka saling menelan salivannya melihat kejantanan yang dipamerkan Khaibar, tapi setelah itu langsung tertawa terbahak-bahak tak mau kalah dengan Khaibar.

"Kau berani menantang kita bertiga? Ayo maju! Dan rasakan pukulanku!" ajak bos penjahat itu dengan seringainya.

Khaibar pun dengan segan maju dan berteriak. "Hiaaaaaaj."

"Aaaaa apa benar Khaibar bisa menolong? Tidaaaaak."