Wajah Kimberly memerah dan memanas, dia yang sungguh sangat canggung langsung saja melepaskan dekapan Khaibar dan meninggalkan Khaibar begitu saja dengan berlari cepat. Dalam perjalanan masuk ke rumah. Kimberly memegangi kedua pipinya dengan gemas dan sungguh salah tingkah.
"Aduh ... bagaimana ini? Aku malu sekali! Tapi semua ini bukan salahku juga, salah si Khaibar itu, salah sendiri menciumku, akhirnya kamu tahu kan kalau aku begitu menawan, padahal aku tak menggodanya tadi, memang ya dasar lelaki pasti tak akan bisa lepas dari yang indah-indah," celoteh Kimberly tanpa menengok Khaibar sedikitpun.
Ia pun memegangi dadanya yang berbunyi sangat nyaring layaknya genderang perang. "Dadaku ... aku harus bergegas masuk mencari kotak P3K dan mencari obat sakit jantung, sepertinya mama punya obat jantungnya papa, mungkin jantungku bermasalah," lanjut Kimberly yang masih menyangkal kalau itu adalah cinta.
Berbeda halnya dengan Khaibar, ia malah duduk di gazebo dengan tersenyum senang, memegangi bibirnya dengan lembut seraya membayangkan ciuman yang memanas tadi, rambutnya langsung diacak dengan kedua tangannya karena ia benar-benar heboh dan tak pernah merasakan ini sebelumnya, jadi ini adalah ciuman yang pertama buat Khaibar.
"Ehhh kenapa bibirnya terasa manis? Lalu apa aku sudah ahli ya dalam ciuman tadi? Sepertinya masih kaku sih ... secara belum pengalaman, tapi entahlah, Kimberly juga menikmatinya dari yang aku lihat, aaaaa aku jadi ingin lagi, salah sendiri dia menggodaku dengan berpakaian tipis seperti itu, bahkan dadanya sangat besar bagaikan memanggil-manggil sanubariku dan ingin aku menggodanya, jadi jangan salahkan aku, aku juga laki-laki yang mempunyai nafsu, ops," oceh Khaibar yang bahagia hari ini.
Khaibar tersentak dari lamunannya saat bik Kaifa berdehem ke arahnya dan melipat kedua tangannya di dada, memandangi Khaibar dengan sangat lama, menunggu Khaibar untuk bertanya terlebih dahulu.
Khaibar melirik dan tersenyum dipaksakan. "Ada apa, Bik? Apa ada sesuatu? Katakan!" tanya Khaibar yang kali ini sok cuek, tak seperti biasanya yang penuh basa-basi, dia seperti itu agar tidak kentara kebahagiannya tentang ciuman yang penuh nafsu tadi.
"Itu Nona Kimberly menyuruh Tuan untuk bersiap, karena katanya MUA dari salon terkenal dan termahal sudah datang, segera katanya!" perintah bik Kaifa lalu pergi begitu saja setelah Khaibar mengibaskan kedua tangannya.
Bik Kaifa melongo karena tak percaya dengan yang ia lihat, Khaibar yang biasanya bawel dan cari muka kepadanya, kini menjadi orang yang sok, bagaikan juragan yang angkuh akan kesombongannya.
"Cih, belagunya sekarang, padahal sebelumnya mengemis kepadaku, tapi sekarang dia seperti itu, tapi ya sudahlah lagian dia juga sudah menjadi suami Nona, aku harus terima saja, dia beruntung sebenarnya karena dari yang aku dengar dia hanya gembel yang dipungut Nyonya dari tong sampah," lirih Kaifa yang sudah menjauh dari Khaibar.
Kaifa adalah pembantu yang garang dan juga terkenal kekejamannya, meskipun begitu ia dipertahankan dan bekerja sejak Kimberly masih bayi, kenapa selalu dipertahankan? Karena dia sangat disiplin dan apapun informasi selalu ia dapat dengan cepat, jadi tak heran informasi bahkan semua tak ada yang mendengarnya dia sudah mendengar terlebih dahulu. Menjadi tangan kanan apabila kekejaman dalam menggosip.
Khaibar yang patuh dia langsung pergi dari gazebo ke arah kamarnya, tapi sebelum dia masuk ke kamar dia melihat Kimberly yang sibuk memperhatikan dekor rumahnya yang sudah tersusun rapi dan megah.
Karena tak betul-betul memperhatikan jalannya gara-gara terus terpincut Kimberly yang sungguh menggoda dengan memakai baju merah dan memperlihatkan lekukan tubuhnya yang seperti gitar Spanyol itu, Khaibar tersandung dan terjungkir di tengah-tengah dekor yang belum sepenuhnya usai, akibatnya dekor itu semakin berantakan dan rusak.
Semua pembantu bahkan perenovasi memandangi Khaibar dengan mata yang terbelalak sempurna, berbeda dengan Kimberly dan juga Keysa mereka hanya menggeleng kesal, merasa Khaibar sangat ceroboh dan merusak segalanya.
"Khaibaaaaaar! Kamu ini! Bukannya membantu malah merusak! Masuk kamar!" sentak Keysa dengan menunjuk ke arah Khaibar dan ke arah kamarnya agar tak semakin memalukannya. Tapi diurungkannya karena terdengar suara kaki mendekat ke arah Khaibar dan menendang kakinya dengan sangat keras. Sehingga Khaibar mendesis merasakan sakitnya, sementara Kimberly dan Keysa menyengir, tak kuasa karena tak bisa membantu Khaibar.
"Ciiiih, beginikah penampilan menantuku? Sungguh kuno! Bahkan belum apa-apa sudah memalukan! Ini kah yang kamu pilih Kim? Jawab!" Bahkan Kimberly juga tersentak dan mundur ke belakang mamanya karena takut dengan bentakan papa Kendrick.
Biasanya papa Kendrick tak pernah ikut campur masalah rumah seperti ini, tapi entah kenapa tumben sekarang ini dia pulang cepat, sehingga bisa menyaksikan sedemikian rupa.
"Maafkan aku, Pa, aku tak sengaja, karena aku ... aku ... terpana dengan kecantikan istriku itu," ucap Khaibar dengan jujur, ia mengucap itu barangkali Kendrick bisa memakluminya, bahkan Kimberly saja bersemu merah dan merasa bangga dengan ucapan Khaibar kali ini.
"Benarkah begitu?" tanya Kimberly yang memberanikan dirinya bertanya. Dia mencoba melindungi Khaibar dan berjalan ke arah papanya, hatinya tersentuh dengan ucapan Khaibar jadi dia akan melindunginya dari papanya.
Kendrick yang sudah tahu maksud Kimberly yang berjalan ke arahnya dia langsung memundurkan langkahnya dan berdecak keras.
"Ckckckck, dasar zaman sekarang, makan itu cinta! Ya sudah segera diselesaikan! Dan ingat kalau nanti membuat keluarga Kendrick malu akan aku gantung kamu!" ancam Kendrick yang diangguki oleh Khaibar.
Kendrick pergi dengan kekesalannya yang disusul oleh Keysa dengan memicingkan matanya ke arah Kimberly, itu artinya Kimberly harus cepat mengurus Khaibar dan jangan membantah lagi.
Kimberly menurut dan mengulurkan tangannya untuk Khaibar. Mencoba membantu Khaibar agar segera berdiri. Khaibar hanya mendongak dan terbengong, tak membalas uluran tangan Kimberly, dia benar-benar malu dan takut Kimberly mengerjainya.
Dengan cepat Kimberly langsung meraih tangan Khaibar dan menariknya. "Hey lama sekali! Sudah ayo ke kamar! Jangan lupa, jangan memalukan lagi nanti, kamu tahu aku membantumu tadi karena kamu memujiku, kalau kamu banyak memujiku aku akan baik kepadamu," seru Kimberly dan berjalan terlebih dahulu, setelah itu Khaibar menyusulnya.
'Jadi ... apa intinya aku harus sering memuji bahkan merayunya agar dia baik kepadaku? Begitukah? Jadi dia sungguh suka dipuji? Tak sulit kalau begitu.' Batin Khaibar.
Menaiki tangga selangkah demi selangkah Khaibar terus membatin dengan senyumannya. Kimberly spontan langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Khaibar kembali. Kini mereka saling menempel gara-gara Kimberly yang berhenti mendadak tanpa pemberitahuan.
"Ehhh ke—kenapa? A—ada apa?" tanya Khaibar terbata karena ia benar-benar takut tak bisa menjaga hawa nafsunya lagi. Kimberly hanya tersenyum menyeringai, malah ia menghembuskan nafas kasarnya ke telinga Khaibar yang membuatnya geli dan merinding.
"Kamu mau itu? Pikiran kamu mau kan? Iya kan?" desah Kimberly yang terus bergantian di telinga Khaibar yang kanan dan kiri. Membuat Khaibar menahan hasratnya dengan gelisah.
"Aku tidak tahu maksud, Nona, intinya aku akan memuji Nona terus dengan tulus, itu saja! Saya permisi!" Khaibar menaiki tangga duluan dengan cepat, berlari kencang dan masuk ke dalam kamar, Kimberly tertawa melihat ketakutan suaminya itu.
"Khai, Khai! Haha."