Chereads / Suami Pungutan Mama / Chapter 28 - Ciuman Itu

Chapter 28 - Ciuman Itu

Kimberly menutupi kedua matanya dengan kedua tangannya, dia benar-benar tidak yakin kalau Khaibar bisa melawan penjahat itu, apalagi ketiga penjahat itu wajahnya sungguh menyeramkan, salah satunya berbadan kekar dengan otot yang sungguh membuat bulu kuduk berdiri.

Seketika Khaibar mendekat ke arah Kimberly dan memakaikan jaketnya untuk membalut baju Kimberly yang terbuka dan sangat tipis itu, setelah Khaibar menyelesaikan pertarungannya.

'Ehhh, kenapa aku merasakan ada aroma maskulin dari Khaibar dan suara pertarungan kenapa begitu santainya dan hening? Apa mereka semua sudah kalah? Ataukah Khaibar yang kalah? Jangan-jangan—' Batin Kimberly yang berfikiran tidak-tidak.

Kimberly sungguh tak merasakan jaket yang sudah membungkus tubuhnya, karena dia benar-benar panik jadi pikirannya melayang ke mana-mana. Ia akhirnya membuka tangannya dengan cepat dan menatap ke depan dengan ragu karena rasa penasarannya. Menatap ke arah di mana para penjahat yang menghalanginya tadi. Dan ternyata mereka sudah terkapar dan saling mendesis memegangi bekas pukulan yang diberikan oleh Khaibar.

Kimberly yang tak percaya menunjuk ke arah penjahat itu lalu menunjuk ke arah Khaibar dengan wajah yang tegang, dia pun berbicara dengan terbata. "I—ini apa kamu yang memukuli mereka? Ma—masak?" Khaibar hanya mengangguk, lalu Kimberly menatapi mamanya dan ternyata mama Keysa juga mengangguk mengagumi Khaibar juga, karena dia benar-benar melihatnya dan membelalakkan matanya, berbeda dengan Kimberly yang malah menutupi matanya, karena Kimberly takut Khaibar yang akan kalah dan memalukannya.

"Semua ini di luar nalar, masak sih seorang Khaibar bisa membuat mereka babak belur, cihhh," ejek Kimberly dengan melipat kedua tangannya di dada sampai-sampai Khaibar yang mendengarnya hanya tersenyum tipis. "Ya sudah kalau begitu ayo kita pulang saja!" lanjut Kimberly mengajak mamanya setelah Khaibar selesai menelepon polisi dan polisi datang untuk menangkap para penjahat. Karena kebetulan kantor polisi berada dekat dengan mall itu sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk kedatangannya.

Kimberly yang akhirnya menyerah dan percaya begitu saja karena rasanya begitu capek, tangannya mencolek Keysa yang sedari tadi memandangi Khaibar dengan tatapan takjub.

"Ma, jangan membuatku malu," bisik Kimberly di telinga mamanya. Keysa lalu mengerjap dan terkekeh, dia pun balik berbisik di telinga anaknya. "Kamu tidak tahu sih dia sangat keren, nanti Mama perlihatkan kamu, kebetulan Mama tadi merekam aksi Khaibar tadi." Ucapan Keysa membuat Kimberly syok hingga menghentikan langkahnya.

"Apa Mama bilang? Me—" Tapi Keysa langsung membungkam mulut Kimberly hingga Kimberly tak dapat menyelesaikan ucapannya, karena menurut Keysa bisa gawat dan GR nanti Khaibar kalau dengar Keysa merekamnya. Setelah dirasa Kimberly tenang Keysa pun melepaskan bungkaman tangannya.

Sorotan mata Kimberly benar-benar tajam karena menurutnya mama Keysa kali ini benar-benar lebay, padahal biasanya dia sangat cuek, tapi entah kenapa aurahnya begitu berbeda dari biasanya, gara-gara melihat keahlian Khaibar tadi. Membuat Kimberly mendengus kesal dan langkahnya dibuat kasar.

Ia berjalan saja menuju ke arah tempat parkir seraya beriringan dengan Khaibar dan juga mamanya, lalu mencoba melepaskan jaket Khaibar dan mengembalikan kepadanya karena merasa gengsi dan tak enak, tapi Khaibar langsung menolaknya dengan cepat.

"Pakai saja! Bukankah aku sudah bilang kalau keluar dari rumah pakaian jangan terbuka seperti ini! Itu akibatnya kalau kamu memakai seperti ini, ini semua bisa mengundang para penjahat, coba kalau tidak ada aku, bisa-bisa kamu habis dinodai mereka," omel Khaibar yang membuat mereka terdiam. Mereka sadar kalau perbuatannya salah, mengundang bahaya makanya tak berani menyangkal atau bahkan melawan Khaibar.

Kepala Kimberly dan Keysa menunduk mendengarkan siraman rohani terus dan terus dari Khaibar hingga sampai di parkiran mobilnya.

Khaibar pun berbalik setelah Kimberly dan Keysa masuk ke dalam mobil. Kimberly langsung berteriak menghentikan kepergian Khaibar.

"Khaaaai, kamu mau ke mana?" tanya Kimberly yang membuat Khaibar berbalik ke arahnya kembali.

"Mau pulang, memang mau ke mana lagi?" Khaibar balik bertanya dengan polosnya hingga membuat Kimberly dahinya berkerut.

"Lalu? Mau jalan kaki? Dasar payah! Pikiran kamu kenapa bodoh sekali! Cepat masuk!" Kimberly langsung saja menyergah Khaibar tanpa mendengar penjelasannya terlebih dahulu. Karena menurut Khaibar dia tak mau merepotkan Kimberly jadi dia berniat untuk pulang sendiri saja dengan naik ojek atau bahkan taksi online.

Di dalam mobil itu semuanya hening dan terdiam, hanya ada suara musik beriringan dengan nyanyian syahdu yang diputar oleh Kimberly, sesekali Kimberly melirik ke arah Khaibar yang memainkan ponselnya dengan asyik tanpa melirik Kimberly yang sibuk mengemudi.

'Hais, seharusnya dia cowok yang mengemudikan mobilnya, kenapa harus aku? Menyebalkan! Tak peka sama sekali, kalau tak ada Mama pastinya sudah aku suruh dia, tapi kan ada Mama, bisa-bisa Mama berfikiran yang tidak-tidak.' Batin Kimberly.

Lama dan tiba saatnya mereka di rumah dengan waktu satu jam, memang mall dengan jarak rumah Kimberly sekitar waktu satu jam, jadi tak heran Khaibar pun terbuai di dalam mobil yang nyaman itu dan tertidur dengan nyenyaknya.

Kimberly langsung membunyikan klaksonnya dengan keras. Membuat Khaibar langsung tersentak kaget dan terbangun dengan cepat.

"Eh, eh, eh ... apa, kenapa! Apa sudah sampai?" Kimberly tak menjawab pertanyaan Khaibar, malah dia langsung keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah bersama mamanya, setelah mobil sudah berada di depan halaman rumahnya.

Khaibar hanya mendengus kesal dan tak heran jika selalu diperlakukan seperti itu, dia sudah terbiasa dengan takdirnya, setelah itu Khaibar keluar dari mobil itu dan menghampiri Kimberly dengan cepat.

"Kenapa kamu membuntutiku?" tanya Kimberly dengan sewotnya.

"Kapan? Tadi apa sekarang?" balas Khaibar.

"Dua-duanya." Keduanya terus berceloteh sambil berjalan, sementara Keysa sudah masuk ke dalam kamarnya, dengan kesempatan ini dimanfaatkan oleh Kimberly dan Khaibar digandeng dan berjalan ke arah taman. Mereka pun duduk di gazebo menikmati sejuknya alam.

"Kamu mau tahu alasannya?" Diamnya Kimberly membuat Khaibar langsung melanjutkan kalimatnya.

"Alasannya karena aku sungguh bosan di rumah saja, dan aku juga mengkhawatirkanmu, takut kamu dijahati dengan pakaian yang tipis seperti itu, dan terbukti kan itu semua." Penjelasan Khaibar mendebarkan hati Kimberly. Kimberly rasanya seperti terbang ke awan dan sejenak ia melamun dengan cengengesan.

Khaibar menatapi Kimberly dan merasa aneh dengan sikapnya. "Kamu kenapa? Heeeey kamu kenapa Kim?" Kimberly yang terjingkat dia spontan akan terjatuh, lalu Khaibar menangkapnya dengan cepat.

Keduanya saling bertukar pandangan lama dan saling tersenyum indah, bergetar rasa ini semakin menyala di dalam hati. Khaibar yang spontan dia langsung menunduk dan mencium bibir merah Kimberly dengan sangat lama. Menghayati hingga saling bertukar saliva dan saling berbalas lama ciuman itu dengan keheningan tak terbatas.

'Aduh jantungku ... bagaimana dengan malam pernikahan nanti malam, apa Khaibar akan melakukan malam panjang? Benarkah?'