Kini Khaibar sedang sibuk membuat jus untuk Kimberly, dia mengupas sirsaknya dengan lincah, setelah selesai mengambil sirsak dari lemari pendingin, memang sungguh khusus dalam rumah itu, lemari es bahkan ada 10 macam, ada khusus buat menyimpan buah, ada juga untuk menyimpan sayur, daging, ikan dan masih banyak lagi, semua sudah diatur dan tertata rapi, rasanya semua yang ada di mall sudah masuk ke dalam lemari itu.
Khaibar saja merasa heran saat membuka lemari satu persatu tadi saat mencari satu buah sirsak saja, ia kira lemarinya hanya 1 saja seperti pada umumnya, tapi ternyata sebanyak itu, untuk apa? Apa tidak pemborosan itu namanya, begitu pikir Khaibar yang bergejolak di dalam hatinya.
Ia sesekali menggeleng, bagaikan mimpi di dalam negeri dongeng, bahkan dapur saja sangat indah, terdapat kolam ikan di dekat tempat penggorengan, sungguh keanehan dan keunikan tersendiri. Khaibar mengira mungkin kalau kehabisan ikan tinggal diambil dan digoreng sepertinya begitu.
Saat Khaibar sudah menyelesaikan jusnya dan memasukkan jus sirsak ke dalam gelas kaca kristal. Ia tersenyum memandangi ikan itu, tangannya mengulur mencoba memainkan ikan itu dan mengambilnya, tapi bik Kaifa berdehem dengan sangat keras sehingga Khaibar mengurungkannya.
Khaibar kira bik Kaifa sudah pergi sedari tadi, karena tak ada suaranya sedikitpun, tapi ternyata masih ada didekat pintu dan sedari tadi memandangi Khaibar, mungkin Khaibar yang sungguh sangat fokus menikmati membuat jusnya sehingga dia cuek dan tak memperdulikan bik Kaifa lagi. Tangannya tak jadi mengarah ke ikan lagi, tapi menyentuh jus saja karena takut bik Kaifa mengomelinya.
"Eh ... Bibik, ada apa? Aku kira Bibik sudah pergi, kenapa Bibik berdehem seperti itu, apa Bibik sakit?" tanya Khaibar mencoba berbasa-basi dan penuh perhatian, mencoba agar bik Kaifa sedikit baik padanya, ia ingin menaklukkan bik Kaifa itu agar Khaibar tak mempunyai musuh.
"Tuan sedang ngapain tadi? Apa tertarik sama ikan itu? Kenapa tangannya seperti itu?" bik Kaifa malah balik bertanya. Dia sudah sedikit lembut suaranya sejak mendengar Khaibar memanggil panggilan khusus kepada Kimberly tadi. Tapi wajahnya masih tetap menyeramkan, mungkin memang sudah bawaan dari lahirnya.
Khaibar yang akhirnya penasaran dia langsung menunjuk ke arah ikan itu dengan gemas. "Bik, kenapa ikan itu ada di situ? Itu ikan buat digoreng ya? Apa aku boleh menangkap satu lalu menggorengnya?" tanya Khaibar yang sungguh sudah tertarik dengan ikan yang menurutnya sungguh gurih itu, apalagi kalau dilumuri dengan saos tomat bumbu barbeque pasti sangat enak, mulut Khaibar saja rasanya air liurnya sudah menetes sedikit karena sudah membayangkan ikan itu.
Ia melamun dengan tersenyum heboh sendiri, setelah itu menatapi bik Kaifa kembali untuk mendengar persetujuannya.
"Bagaimana, Bik, boleh tidak?" Bik Kaifa tidak menjawab, dia malah pergi dengan sendirinya setelah seseorang di belakangnya mencoleknya dan mengibaskan tangannya. Muncullah suara yang menggelegar hingga memekikkan telinga Khaibar.
"Apanya yang boleh? Mau makan ikan? Ambil saja di lemari es, banyak di sana ikan masih segar, kenapa kamu malah tertarik kepada ikan peliharaanku, hah! Menyebalkan! Dan oh ya, bukannya kamu aku suruh buatkan jus, mana? Lama sekali!"
Siapa lagi suara yang sudah khas di telinga Khaibar kalau tidak Kimberly. Khaibar membalikkan badannya dengan cepat dan terkekeh, tangannya membawa jus itu dan memberikannya kepada Kimberly.
"Ini baru selesai, Darling, kamu sungguh tidak sabaran sih ... kamu tahu, aku ke dapur sini melewati berbagai macam rintangan, hingga aku lapar jadi menginginkan ikan ini, kalau ikan masih hidup kan segar dan manis kalau digoreng dan disantap, lalu buat apa ikan didekat penggorengan kalau begitu?" Khaibar benar-benar penasaran. Dia sungguh tak habis pikir, perasaan di sudut ruangan mana pun banyak akuarium ada ikannya, bahkan ikannya juga besar-besar dan cocok untuk digoreng.
Apa kekayaan ini didapat dari pesugihan ikan? Atau menyembah ikan semua orang di dalam rumah ini? Karena ikan ada di mana-mana, sifatnya juga aneh, bahkan sangat mencolok, bagaimana tidak berfikiran yang macam-macam untuk seorang Khaibar.
Setelah meminum jus yang diberikan Khaibar sampai habis, kini Kimberly sudah mempunyai kekuatan lagi untuk mengomel, karena sedari tadi dia haus menunggui suaminya itu, jadi dia yang sudah tak sabar akhirnya menyusul Khaibar dan kini Kimberly akan menjelaskan semuanya secara detail.
"Dengarkan aku baik-baik! Ingat jangan dilanggar atau dibantah di rumah ini." Khaibar melipat kedua tangannya di dada. Ia hanya mengangguk pelan dan siap mendengar ucapan Kimberly.
"Yang pertama, jangan menyentuh apapun kalau tidak aku suruh, apalagi ikan itu, kamu tahu aku sungguh menyukai ikan jadi aku mempunyai ikan di mana-mana, bukan karena pesugihan bukan! Aku sungguh tahu apa yang ada di pikiranmu yang jelek itu," lanjut Kimberly yang membuat Khaibar terkekeh, karena ternyata Kimberly tahu saja apa yang ada di dalam pikiran Khaibar.
"Baiklah, lanjutkan!" balas Khaibar dengan semangatnya, tangannya mengepal ke atas, setelah itu meraih gelas kosong bekas jus Kimberly yang sudah diletakkan Kimberly di dekatnya dan dicuci oleh Khaibar dengan cepat.
Kimberly mengangguk dan menghembuskan nafas dengan kasar. "Yang kedua, patuh dengan apa yang aku ucapkan jangan membantah, yang terakhir intinya semua kembali kepadaku, oke!" Kimberly menyudahi ucapannya. Khaibar selalu ingat kata terakhir, dia hanya mencebikkan tanda tak terima, merasa berat dengan ucapan yang terakhir dan selalu terngiang di telinganya itu.
Ia pun melangkah ke luar saat Kimberly sudah ke luar terlebih dahulu, Khaibar hanya mengekori Kimberly dan tak mau bersanding dengannya, karena takut akan disemprot olehnya, tapi ternyata mengekor pun salah, dia juga masih dibentak oleh Kimberly.
"Apa kamu mau jadi satpamku? Atau body guardku?" Khaibar menggeleng saat Kimberly menengok dan menatapinya. "Lalu? Kenapa masih bengong, cepat ke sampingku!" Khaibar mengangguk setelah Kimberly menghadap ke depan kembali dan kini berada di samping Kimberly. Dia yang kesal benar-benar membatin dan mengumpat.
'Widih, bilang saja kalau mau dekat denganku, gitu saja jaga image sekali, kamu jelasnya sudah mulai tertarik dengan ketampananku kan? Emang dasar! Benar-benar menjengkelkan! Aku do'akan kamu segera mencintaiku dan mengemis cintaku, haha.'
Waktu sore ini benar-benar dingin. Sampai-sampai Kimberly yang berpakaian tipis mengusap-usap bahunya dengan kedua tangannya. Mengusap lembut dan mendesis karena kedinginan. Khaibar yang benar-benar peka, dia langsung memeluk Kimberly dengan spontan.
Kimberly yang awalnya merasa canggung, malah sekarang dia menikmati dan tersenyum saja, ia memanfaatkan kesempatan ini dan terus berjalan ke arah luar untuk melihat pemandangan di luar karena sumpek yang sedari tadi di kamar, lagian Kimberly juga ingin memperkenalkan rumahnya kepada Khaibar dan mengajak Khaibar untuk keliling.
Khaibar juga tersenyum karena tumben dia memeluk Kimberly tak diomelinnya, jadi dia juga menikmatinya juga. Setelah itu Khaibar pun bertanya untuk menghilangkan kesunyian.
"Kita mau ke mana? Apa jauh? Rumah kamu besar banget, aku sampai kebingungan rasanya, apa tidak ada mobil antar jemput misalnya, ke ruang ini ke ruang itu gitu biar semakin keren," usul Khaibar mencoba mencandai Kimberly, malah Kimberly menanggapi dengan serius.
"Oh iya juga ya, ide bagus, baiklah besok aku pertimbangkan!" balasan Kimberly membuat Khaibar menepuk jidatnya karena merasa tak percaya. Tapi ya sudahlah malah itu membuat dia semakin enak agar tidak kecapekan apabila nanti diperintahkan oleh Kimberly.