"STAR!"
Starly meletakan kasar pulpen di tangannya, bibi mungilnya mengeluarkan helaan nafas panjang sebelum sedetik kemudian tersenyum penuh ancaman melihat sang ketua kelas yg berdiri di meja guru depan kelas.
Entah sudah berapa puluh kali lelaki itu mencoba menganggu starly yg tentu saja mendapat dukungan dari anak lainnya, karna perdebatan starly dan sang ketua kelas itu hiburan sendiri buat mereka.
Adiro dengan puluhan gombalan mautnya dan starly dengan ratusan tolakan pedasnya, sungguh paduan yg sempurna.
"Jangan yg basi dong al gombalannya! Starly pasti udah dapet ratusan gombalan basi dari buaya modelan lo"
"Alceo aja di tolak apalagi lo ro, muka lo sama telapak kaki alceo aja gantengan telapak kaki alceo!"
"Sialan!"
Sahutan anak lainnya dengan adiro si ketua kelas itu lagi-lagi membuat starly berdecak pelan.
Alceo
Alceo
Alceo!
Padahal lelaki gila itu sudah 2 minggu membiarkan starly bernafas lega, tetapi semua tentang starly sampai sekarang selalu di sangkut kan dengan alceo, dan starly sangat muak.
Gaisa yg mengerti perubahan sepupu di sampingnya menepuk pelan pundak starly "awas muak bisa jadi cinta loh"
"Makasih banyak! Tapi buat lo aja ya gue alergi" sarkas starly sebelum bangun dari duduknya melangkah keluar kelas memilih mencari udara segar, mungkin taman belakang saat ini solusi terbaik.
"Yahh tar mau kemana?" Tanya adrio membuat anak kelas lain yg semula sibuk berdebat dengan adrio memusatkan perhatian ke starly "DUKUN!" Jawab starly asal.
"Star gue nitip susuk ya yg bisa bikin liona kelepek - klepek"
"Ly air jampe satu buat gue biar bisa jinakin gaisa!"
"Star nitip mantra buat bikin pak jono absen kelas!"
Dan sahutan lainnya yg tentu saja diabaikan perempuan mungil itu.
Sebulannya di centralion membuat starly lebih mengenal macam - macam sifat kegilaan teman - teman kelasnya, semua biasa buat starly, kecuali ketika teman kelasnya membahas tentang alceo, entah starly sangat sensitif dengan nama alceo.
Entah wajahnya, mobil yg hari ini dipakai, jam yg setiap hari ganti, bahkan sepatunya alceo selalu menjadi pembicaraan di setiap sudut centralion, dan itu membuat starly muak.
"Loh starly kan?"
Starly menghentikan langkahnya mengerut bingung melihat 2 perempuan yg baru menuruni anak tangga di depannya "iya?"
"Gue liona" ujar liona menjulurkan tangannya yg dibalas jabatan tangan kikuk starly "starly"
"Gue jila" ujar jila yg ikut memperkenalkan diri yg dibalas dengan respon yg sama dengan starly
"LIONA! JILA! BURUAN DI TUNGGU PAK JONO!"
3 perempuan yg baru saja saling memperkenalkan diri menoleh melihat Jacen yg lengkap dengan bola di tangannya.
Starly yg sudah sangat familiar dengan wajah jacen dan juga sudah tau jacen merupakan salah satu teman dekat alceo buru - buru membalikan badan berjalan cepat menghindari salah satu liat anggota ACERGA yg harus di hindaringa.
Demi kerang ajaib musuh besar Squidward dia tidak mau hari tenang 2 minggunya hilang.
"Bentar galiat gue lagi ngobrol sama sta— eh loh ko ilang?!" Tanya jila yg baru menyadari starly di sampingnya sudah berjalan menjauh hilang di belokan tembok.
"Sta? Sta siapa?"
"Tadi starly di sini! Lo sih nongol gapake salam, ngilang kan anaknya!" Omel liona berdecak kesal.
"Starly bidadari?"
"YA IYALAH YG NAMANYA STARLY DI CENTRALION YA CUMA STARLY ITU!" Semprot jila yg ikut emosi, berbeda dengan jacen yg mendapat ide cermelang langsung membalikan badannya dengan isi kepala yg sudah tersusun rapih.
* * *
Di kursi bawah pohon besar samping gudang starly merebahkan badan mungilnya, iris coklatnya melihat datar daun - daun yg menempel di ranting pohon di atasnya.
Salah satu tempat favorit starly yg sangat jarang di lewati murid centralion, tempat dimana telinga starly bernafas lega dari nama alceo, juga tempat ternyaman starly menjelajahi alam mimpinya.
Tiupan angin pelan yg melawati wajahnya membuat perempuan itu memilih memejamkan matanya bersiap menjelajahi ruang mimpinya.
* * *
"Itungan 3 kita lari bareng - bareng ya"
"Lari kemana?! Mereka banyak banget hel!" Bisik perempuan itu melihat puluhan lelaki yg berdatangan mengepungnya.
"Arah jam 5, lari jangan nengok ke kebelakang oke"
"hel lo ga bakal ngelakuin yg gue pikirin kan?" Tanya perempuan itu lagi melihat tajam iris hitam pekat lelaki di depannya yg menatapnya teduh dengan senyuman khasnya, "lo percaya sama gue kan?"
"Janji sama gue lo bakal ikut lari sama gue!" Ujar perempuan itu lagi melihat dalam iris hitam pekat lelaki di depannya yg dibalas anggkukan singkat "satu"
Perempuan itu masih menatap ragu lekat iris hitam pekat di depannya "trust me" bisik lelaki itu dengan senyum yg selalu memuat candu perempuan di depannya, memegang lembut kedua sisi pipi perempuan itu dan mengarahkannya menghadap arah yg sudah mereka rencanakan.
"Dua"
"Hel janj—
"TIG—
Brak!
Starly bangun dari dari tidurnya dengan nafas tidak beraturan, air mata yg sudah membanjiri kedua pipinya dan rasa pening kepalanya yg terus memutar kata demi kata yg berusaha dia lupakan selama beberapa bulan ini.
Kata yg masih tercetak jelas di ingatannya yg selalu mengisi mimpinya setiap malam.
Starly menutup kencang kedua telinganya berusaha menghentikan rekaman suara yg selalu sama di kepalanya, airmatanya terus berlomba menghiasi kedua pipinya, bibir mungilnya terus mengeluarkan isakan.
Gaisa yg semula berniat makan bekal bersama dengan sepupunya, berubah panik melihat starly yg sudah tidak terkendali di depannya
"LY!"
Semua suara yg bergantian mengisi kepalanya berhenti terganti dengan teriakan panik dan guncangan keras gaisa di depannya, tangan yg menutup keras kedua telinganya berubah hilang tenaga dalam beberapa detik
"STARLY LIAT GUE!"
Iris coklat teduh starly yg berubah kosong dibanjari air mata, melihat sayu gaisa yg berjongkok panik di depannya, "kita lari sa, jangan liat belakang, lari ke arah jam 5, tapi janji jangan ngorbanin diri, kita harus selamat bareng - bareng"
Racauan lemah starly membuat gaisa langsung memeluk lembut perempuan di depannya "iya kita lari bareng ya, kejadian apa yg bakal terjadi nantinya bukan salah lo ly, itu takdir, percaya kan tuhan selalu kasih takdir yg baik"
Ucapan penenang gaisa berhasil menghilangan rekaman suara mengerikan di kepala starly bersamaan dengan hilangnya kesadaran starly.
Gaisa menggumamkan kata semangat untuk dirinya sendiri berkali-kali menghalangi airmata yg siap jatuh melihat kondisi sepupunya yg sangat dia benci.
Perempuan manis itu mengumpat keras mengingat dirinya yg selalu lupa membawa ponsel, "Shit!" Umpatnya untuk kesekian kali ketika mengetahui starly juga tidak membawa ponselnya.
Gaisa memijat pangkal hidungnya pasrah pelan - pelan merubah posisi starly di pelukannya menjadi berbaring di rumput, berencana memangil bantuan.
Belum sempat perempuan itu menyamankan posisi starly ucapan lantang lelaki di belakangnya membuat gaisa menoleh cepat "LOH STARLY KENAPA?"
Gaisa yg melihat jacen dan alceo yg berdiri menjulang di arah masuk taman menghela nafas lega "bisa tolong ban—
Ucapan gaisa terpotong dengan alceo yg tanpa basa basi bahkan sepatah kata pun melepaskan kemeja putih nya menyisakan kaos hitam polosnya, lalu meletakan kemejanya menutupi paha starly, berjaga - jaga takut rok perempuan itu terangkat, sedetik kemudian menyelipkan tangannya dibawah lutut dan tengkuk starly, mengangkatnya ala bridal style, mengabaikan jacen dan gaisa yg masih dalam mode speechlesnya.
Berusaha menyamankan posisi perempempuan mungil di gendongannya sebelum membalikan badan berjalan cepat keluar dari taman belakang.
Gaisa yg sadar lebih dulu dari mode speechlessnya ikut berjalan cepat menyusul alceo yg berbeda beberapa langkah di depannya.
Lelaki datar itu melewati koridor dengan wajah datarnya mengabaikan keterkejutan murid centralion yg mendadak menjadi patung.
Karna menurut alceo sekarang, starly nya lebih penting alceo tidak mau mengulang kebodohan yg sama buat kedua kalinya.
Cukup dia yg menjadi korban egonya, starlynya jangan.