Starly mengumpat keras dalam hati melihat ratusan notif panggilan tidak terjawab dan notiff chat di ponselnya.
Membayangkan muka menyeramkan agilan, hilo, genta, oji ditambah gaisa membutnya semakin ingin menenggelamkan diri saja di kolam renang rumah alceo tadi.
Alceo yg melihat starly gelisah belum lagi helaan nafasnya, berdeham pelan membuat starly menoleh.
"Masih sakit?"
Starly menggelengkan kepala cepat menjawab pertanyaan alceo.
Alceo kembali memfokuskan pandangannya ke jalan di depannya, enggan bertanya lagi.
Setelah acara pingsan yg membuat starly nyasar ke rumah keluarga Gaelan, dan terjebak obrolan seru dengan lalia sampai starly lupa ponselnya yg pasti tidak berhenti berbunyi di tasnya.
Untung saja ponselnya dalam mode hening, kalo sampai berdering bisa-bisa alceo yg mengangkat telfon anak TENZER.
"Al"
"Hmm"
"Gue turun di halte aja ya"
"Ga"
Starly menelan ludahnya kasar mendengar jawaban singkat, padat, jelas, cepat manusia yg berubah jadi batu kutub lagi di sampingnya.
Rasanya baru beberapa menit yg lalu dia melihat alceo yg bawel ribut tanpa jeda dengan gaelan, sekarang lelaki ituberubah lagi menjadi alceo dengan aura seramnya.
"Ada yg mau gue beli di mini market"
"Gue anter"
Starly berdecak pasrah, susah memang menipu orang yg suka nipu.
"Al"
Alceo memilih memberhentikan mobilnya di tepi jalan menoleh melihat starly yg semakin gugup.
"Kenapa hm?"
Starly enggan melihat iris hitam alceo, dia benci aura alceo yg terlalu mendominan!
"Gue mau turun di halte aja"
"Iya"
Starly menoleh cepat mendengar jawaban alceo "bener?"
Alceo mengangguk singkat "tapi gue juga turun nganter lo sampe rumah"
Sialan!
Starly hampir lupa alceo manusia batu yg selalu bikin emosi naik.
"YA SAMA AJA TOMAT!"
"Yang penting lo turun kan?" Jawab Alceo mengedikan bahu tidak peduli sebelum memilih meluruskan badannya mulai menyetir lagi, mengabaikan starly yg mengumpat pelan di sampingnya.
"Ngomong sana sama trotoar!"
Alceo tersenyum tipis melirik starly yg masih sibuk mengumpat pelan.
Setelah obrolan panjang starly dan lalia, lalia memaksa starly agar pulang di antar alceo, tentu saja di terima alceo dengan senang hati lahir batin, berbeda terbalik dengan starly yg memberikan puluhan alasan.
"Al"
"Apa starly" jawab alceo merendahkan suaranya lembut membuat bulu leher starly berdiri seketika.
Starly bergidik ngeri "jangan gitu al serem, muka lo gapantes ngomong lembut gitu"
Alceo terkekeh pelan "masa?"
"Bodo"
Starly menegangkan duduknya melihat mobil putih alceo yg di naikinya melewati belokan akhir
Alceo memarkirkan mobilnya di depan rumah minimalis nuansa hitam dengan puluhan motor berjejer di balik pagar kayu starly
Iris hitamnya melihat tajam puluhan motor yg berjejer di depan rumaah starly, motor yg sangat tidak asing buat alceo, tapi sayang platnya terhalang pagar kayu.
"Ko rame?"
Starly mengumpat keras dalam hati "hmm.. itu temen abang, IYAA TEMEN ABANG"
Alceo mengangguk singkat.
Kepanikan starly bertambah melihat alceo yg melepas safety belt "ehhh lo mau ngapain?!"
"Turun, salam sama abang"
Mampus!
"GAUSAHHH"
Alceo melihat datar starly membuat perempuan itu memutar keras otaknya agar tidak membuat alceo di depannya curiga "maksud gue gaenakan tuh lagi rame banget, gue salamin aja lo gausah turun, ribet nanti"
"Gue yg bawa lo gue yg harus izin"
"Gausahh alceooo, nanti aja deh salamannya kapan-kapan, gue undang deh pas nikahan abang gue biar lo bisa salaman sepuasnya" jawab starly asal, otaknya sudah buntu+ kepentok mencari alasan.
Alceo bukan orang yg gampang di begoin.
Alceo yg melihat wajah memohon starly menghela nafas pasrah "turun"
"Oke makasih banyak ya alceo, bilang ke bunda lalia juga sama ayah gaelan" ucap starly buru- buru sebelum harimau ganteng itu berubah pikiran.
Alceo melihat diam starly yg berlari ke membuka pagar sampai masuk ke dalam rumah sebelum berjalan meninggal rumah minimalis itu.
* * *
Starly melihat datar Agilan, hilo, genta, oji dan gisa di sofa yg langsung berhadapan dengan pintu utama, siapa lagi kalo bukan mereka yg berani masuk seenaknya ke rumah starly?
Starly melempar pelan tasnya ke sofa samping pintu yg bersebrangan dengan 5 orang yg sudah bersiap menyemprotnya dengan berbagai pertanyaan.
Alceo sialan!
"Nengok orang sakit gaada yg bawa makanan?"
"Orang sakit mana yg tiba-tiba ngilang terus pulang malem jam 11?"
Sarkasan oji membuat starly menunjukan deretan giginya "suruh siapa lo kalah cepet sama alceo, jadi aja gue di culik itu or—
Ocehan starly terpotong dengan gaisa yg tiba - tiba memeluknya membuat starly kelabakan.
Bukan! Bukan karna pelukan gaisa tapi karna gaisa yg menangis kencang sambil memeluknya "heh kenapa nangis?! Lo diapain sama oji?"
Buk!
Bantal sofa hitam starly melayang indah memantul di kening starly, sang empu yg melempar memasang wajah lebih galak dari orang yg di timpuk.
"Mulut lo!" Omel oji yg diabaikan starly, starly sibuk mengelus punggung gaisa yg sesegukan memeluknya "heh kenapa?"
"MASIH NANYA KENAPA? GACAPE LO JADI ORANG BEGO MULU?! LO PINGSAN TERUS NGILANG, DI TELFON GA DIANGKAT, CHAT GA DIBALES, GPS DI MATIIN, MANA PERGI SAMA ORANG SEREM! MASIH NANYA GUE KENAPA?! TAKUT LO TIBA-TIBA NONGOL BESOK PAGI DI BERITA NGAPUNG DI KALI BEGO!!"
Omelan gaisa yg sukses memenuhi rumah starly membuat starly memejamkan mata erat sambil menutup telinganya, luar biasa sekali teriakan manusia satu ini.
"Gue juga gatau sa bangun-bangun di rumah alceo, gaboleh pulang dulu sama bunda ayahnya"
Hilo terkekeh pelan sebelum bangun dari duduknya dan memilih berjalan keluar rumah "bagus zer kita nunggu panik setengah mati, lo enjoy di sana"
Starly mendongak, iris coklatnya menyorot hilo yg berjalan keluar dari rumahnya.
"Sengganya kabarin kita zer" tambah agilan memejit pangkal hidungnya.
"Ya mana gue tau lan? Gue baruliat pas balik tadi hp gue"
"Terus kenapa ga bales?" Kali ini genta yg bersuara langsung membuat starly kicep "sampe 10 detik tadi pas mobil alceo sampe depan rumah hilo masih nelfon lo kan?"
Starly kehabisan alasan "sorry gue—
Genta si sumbu otak TENZER ikut bangun dari duduknya "gapapa zer gausah di pikirin, istirahat aja kita cuma takut lo kenapa-kenapa"
Genta menyunggingkan senyum manisya, untuk pertama kali starly benci senyum genta, padahal dulu senyum genta yg paling bisa merubah moodnya.
Agilan ikut bangun dari duduknya yg disusul oji "putri kecil udah pulang, kita pulang"
Ucapan menggema agilan membuat puluhan anak TENZER yg sedari tadi diruangan berbeda keluar
"Sorry ya zer kita ga ngacak-ngacak ko sumpah!" Ucap salah satu anggota yg baru menampakan wujudnya.
"Itu kulkas lo udah kita sulap zer" tambah anggota lainnya membuat starly semakin kehilangan kata merasa bersalah.
Oji mengusap pelan kepala gaisa "yu pulang, biar dia istirahat"
Satu persatu anggota TENZER berjalan keluar, menyalakan motornya bersiap meninggalkan rumah yg mendadak hening itu.
Starly menyandarkan punggungnya ke sofa, memijat keningnya yg terasa berat bahkan air matanya entah dari kapan sudah berjalan deras di pipinya
"Salah lagi gue hel" lirih starly pelan yg mungkin hanya bisa di dengar dengan dirinya sendiri.
Starly terkekeh miris, menyebut namanya saja membuat sesak di dadanya kembali lagi.
Ternyata luka itu masih terlalu utuh bahkan untuk sekedar di sentuh.
Starly bangun dari sofa berjalan ke dapur mencari benda yg mungkin bisa menyamarkan sakit di dadanya.
Tangan mungilnya menggenggam erat benda yg sempat dia jauhkan selama beberapa bulan karna janjinya dengan seseorang.
"Sorry ji, tapi gue butuh" lirih starly pelan sebelum memberi sayatan indah yg bisa membuatnya lupa sejenak dengan sakit dan heningnya.
Satu-satunya rasa sakit yg bisa ngalahin sakit di dadanya, membuatnya setidaknya bertemu dengan seseorang yg di tunggunya walaupun hanya menampakan wajah marah dengan mata tajamnya.
Helfin.
"MORIZER LO GILA YA?!"
Suara yg sangat dia kenal menjadi suara pengiringnya menjemput kegelapan.
Dia berharap kali ini tuhan marah dan tidak memberinya lagi kesempatan.