Jaya tak akan pernah melupakan saat itu. Saat Joon mereka menghancurkan kencan Kevin dengan kekasihnya.
Saat itu usia Joon masih 5 tahun. Jaya dan Kenichi sengaja mengajak Joon untuk mengikuti Kakak Kevi mereka yang tengah berkencan dengan kekasihnya.
Mereka sebenarnya tak bermaksud mengacau, mereka hanya penasaran bagaimana wajah perempuan yang mampu memikat hati kakak angkat mereka.
Mereka juga menyamar saat itu. Jaya dengan hoodie warna ungu dengan kepala yang tertutupi oleh penutup kepala hoodie. Sedangkan, Kenichi dengan wig panjang seperti biasa. Joon juga mereka dandani seperti bocah perempuan. Rambut Joon mereka kuncir dua, memakai hotpants dipadukan stocking transparan. Baju ketat warna pink dan sepatu boots warna hitam seperti personil girlband SNSD saja, namun versi kecil.
Sungguh terkutuk kelakuan Jaya dan Kenichi saat itu. Bisa-bisanya dia mendandani Joon seperti anak perempuan. Joon yang tak begitu mengerti pun akhirnya menurut saja.
Mereka berdua memperlakukan Joon seperti boneka saat itu. Mereka pun membuntuti Kevin hingga sampai ke sebuah restoran.
Saat berada di restoran, awalnya mereka hanya ingin mengawasinya saja. Tapi, saat mereka tengah menikmati makanan pembuka, tanpa mereka sadari Joon telah berlari ke arah Kevin.
"Papa!" pekik Joon sambil berlari ke arah Kevin.
"Kenapa kau tak pegang Joon, Ken?" bisik Jaya pada Kenichi. Ia bersembunyi di balik buku menu.
"Kenapa harus aku yang memegang Joon, heh? Kan Joon berada di dekatmu dari tadi, Jay!" elak Kenichi, tak mau disalahkan.
"Bisa habis kita dihajar oleh Kak Kevin setelah ini. Sembunyi!" perintah Jaya, mutlak. Mereka akhirnya bersembunyi di bawah meja.
Meski bersembunyi di bawah meja, tapi mereka masih dapat mendengar jelas perbincangan Kevin dan kekasihnya. Restoran ini memang eksklusif, hanya ada beberapa orang yang makan siang di sini. Mungkin karena harganya yang fantastis juga.
"Joon-chan? Kau bersama siapa ke sini? Astaga apa-apaan ini? Siapa yang mendandanimu seperti ini, eum?" tanya Kevin tersentak saat mengetahui bocah menggemaskan yang berlari ke arahnya itu memang benar Joon, putranya.
Joon melihat ke arah meja tempat ia makan bersama ayah dan daddy-nya tadi. Joon mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru, tapi tak mendapati keberadaan ayah dan Daddy-nya. Ia masih tolah-toleh kebingungan.
"Bocah ini siapa, Kakak? Lucunya!"
Ini suara perempuan yang bersama Kevin sejak tadi.
"Dia lotusku, Yessi. Siapa namamu, Nak? Beri salam pada Bibi Yessi," perintah Kevin sembari mengusap lembut pucuk kepala Joon.
"Namaku Aljuna, biasa dipanggil Joon, anak dali Papa Kevin," ucap Joon dengan nada cadelnya.
"Ah manisnya. Aku tak menyangka Kakak mengadopsi anak semanis ini."
Meski coba bertingkah baik, tapi terasa hawa kecemburuan di sana. Sepertinya wanita itu hanya pura-pura baik pada Joon.
Di tempat persembunyian Jaya dan Kenichi, mereka dapat melihat dari bawah meja kalau pesanan Kevin dan perempuan itu sudah datang.
"Mari kita makan, Yessi!" Terdengar suara Kevin.
Jaya dan Kenichi masih mencuri dengar percakapan mereka sejak tadi. Jaya mendengar mereka mulai memakan makan siangnya sepertinya.
"Papa?" panggil Joon dengan suara lirih.
"Kenapa, Joon?" Kevin menghentikan makannya sejenak. Ia fokus ke putranya.
Hening.
"Apa Joon tadi belum makan?" tanya Kevin. Ia berniat untuk menyuapi Joon setelah ini.
"Sebenalnya, Joon pup di celana hehehehe," aku Joon pada akhirnya dengan senyum menggemaskan.
Prakk!
Terdengar meja digebrak, keras.
"Kyaaa! Itu menjijikkan! Mulai saat ini kita PUTUS, Kakak!" putus perempuan yang bersama Kevin tadi.
"Tu-tunggu dulu, Yessi!" Kevin mencoba menahan lengan kekasihnya agar tidak pergi.
Plak!!
Suara tamparan terdengar setelahnya.
"Jangan coba mendekatiku lagi setelah ini, Kak!" bentak perempuan itu pada Kevin.
Sesaat kemudian, perempuan itu melangkahkan kakinya menjauh. Bahunya terlihat naik turun karena menahan emosi.
Kevin menggosok-gosok pipinya yang memerah bekas tamparan perempuan tadi. Ia melihat ke arah Joon menunjuk tadi.
"Jaya! Ken! Keluar dari persembunyian kalian! Sekarang!" teriak Kevin, penuh penekanan.
Jaya dan Kenichi pun keluar dari bawah meja.
"Hehehe, kami tak menyangka bertemu dengan Kak Kevin di sini," ucap Kenichi tanpa rasa berdosa.
Jaya diam saja tak berkomentar. Ia dapat melihat wajah Kevin memerah karena menahan amarah. Kevin berjalan mendekat ke arah mereka.
Hingga akhirnya ...
Plak!
Plak!
Kevin menampar mereka dengan kejamnya.
"Dasar duo kunyuk! Untuk apa kalian mengikutiku sampai sini, hah? Sebagai hukumannya, kalian harus bersihkan pup Joon dan mencuci celananya. Mengerti?!" bentak Kevin pada dua pemuda itu.
Dan sejak saat itu, mereka akan selalu membawa Joon jika ada di antara mereka yang berkencan secara diam-diam. Akhirnya, mereka pun memutuskan untuk fokus mengurus Joon, dan melupakan kisah asmara mereka. Maka dari itu, hingga saat ini mereka bertiga tetap setia menjomblo.
Jaya tersenyum mengingat kejadian itu. Ia tak menyangka bocah yang suka ngompol itu telah remaja saat ini.
"Ngg ... Gilang, jangan main game suram seperti itu! Ngg ... kuaduhin pada abang-mu lho!" Baru beberapa menit terlelap, Joon terdengar sudah mengigau.
Jaya melihat kagum ke arah Joon. Diusapnya lembut rambut lebat Joon itu. Ia sangat suka melihat putranya saat terlelap seperti ini. Ia menarik sedikit bibir Joon seolah membentuk sebuah senyuman. Senyuman yang begitu hangat dan indah seperti bunga lotus yang bersinar. Sama persis dengan senyuman milik ibunya, batin Jaya. Senyuman manis Zenkyo berkelebatan dalam imajinasi Jaya.
Dan saat seperti ini yang selalu membuat Jaya bahagia. Joon tidur menyamping, menghadap ke arah Jaya. Jaya sering melihat alis Joon bertaut saat tertidur, itu menunjukkan bahwa Joon sedang bermimpi buruk. Dan saat itu, Jaya akan mengangkat kepala Joon dan menidurkannya di lengan Jaya, seperti saat ini. Ia melingkarkan tangannya di perut Joon, lalu diusap lembut punggung Joon agar putranya itu merasa nyaman dan kembali tertidur pulas.
Jaya benar-benar tidak mengerti, menjadi sebagai apa mereka di kehidupan sebelumnya. Sejak pertama kali ia bertemu dengan Joon, ia seakan memiliki ikatan batin dengan bocah itu. Mungkin benar jika orang mengatakan, 'Tak perlu ada ikatan darah untuk menjadi keluarga'.
Terkadang jika sifat egois Jaya muncul, ia ingin sekali membawa Joon pergi menjauh dari Kevin dan Kenichi, kemudian hidup hanya berdua dengan putranya. Tapi niat itu selalu ia urangkan, karena Jaya tahu bahwa Joon akan terluka jika hidup jauh dari salah satu dari mereka.
***
Kevin dan Jaya sedang berada di pinggir jalanan sepi saat ini. Mobil mereka mengalami mogok tepat di jalanan sepi rute 45, 100 meter dari sebuah area pemancingan.
BRUAK!!
BYUURR!!
Tiba-tiba terdengar benda besar bertabrakan, lalu sesuatu yang terjatuh ke air.
"Kak, sepertinya ada kecelakaan di sana!" seru Jaya.
Setelah berlari menempuh jarak kira-kira 100 meter dari mobil mereka mogok, mereka melihat sisa-sisa dari kecelakan.
Serpihan kaca berserakan di mana-mana. Bekas ban mobil yang membentuk lingkaran tak beraturan pun masih terlihat jelas. Pembatas jembatan yang rusak juga menambah dramatis kecelakaan tadi, sayangnya mereka tak melihat mobil yang satunya.
"Jay, ada sebuah taksi yang masuk kolam pemancingan," seru Kevin yang berdiri di sisi jembatan.
Mereka dapat melihat jelas taksi itu terbalik. Seluruh badan mobil masuk ke dalam air, hanya empat bannya yang dapat terlihat dari permukaan.
Bersambung ....