"Kenichi-kun! Kenichi-kun! Bangunlah! ini sudah pagi." Sebuah suara terdengar di telinga Kenichi. Ia mendengus sebal saat suara itu memasuki alam mimpinya.
Kenichi berusaha membuka mata. Ia masih linglung. Diedarkan pandangannya ke seluruh penjuru. Ia mengenal tempat ini. Ini adalahnya kamarnya yang berada di Kyoto dulu.
"Apa barusan itu hanya mimpi?" gumamnya.
"Kenichi-kun! Bangunlah!" Suara teriakan pagi-pagi itu kembali terdengar. Kenichi mengenali suara itu. Ia tersentak memikirkan peristiwa yang tak mungkin ini.
'Apa mungkin itu suara ....' batinnya.
"KAKAK!" Kenichi berteriak sambil berlari keluar kamar. Kenichi melihat kakak perempuannya selesai memandikan Takumi saat ini.
Kenichi mengembuskan napas lega. Ia sangat bersyukur melihat kakaknya masih berada di sisinya. Rasanya sudah lama sekali Kenichi tak melihat senyum kakaknya itu. Wanita itu masih sangat cantik seperti biasa. Dia adalah Zenkyo, kakak angkat Kenichi.
"Taku-chan, lihatlah! Pamanmu baru bangun jam segini. Kalau kau sudah besar jangan tiru dia, ya? Kyaa, putraku sudah tampan saat ini," ucap Zenkyo sambil menghadapkan Takumi ke arah pamannya.
Kenichi menyandarkan tubuhnya di dinding, rasanya ia masih sangat mengantuk. Ia ingin tidur lagi, sungguh malas melakukan apapun saat ini.
"Sampai kapan kau mau bermalas-malasan seperti itu, huh? Cepat mandi! Aku harus segera berangkat bekerja!" ucap Zenkyo sambil memakaikan baju pada Takumi, keponakan Kenichi.
Bayi itu baru berusia 5 bulan saat ini. Tapi, ibunya sudah meninggalkannya bersama Kenichi saat dia bekerja, sejak putranya masih berusia 3 bulan. Dan kakaknya melarang Kenichi untuk mencari pekerjaan. Lebih baik menjaga Taku saja, perintah kakaknya.
Kenichi pun akan menuruti apa pun perkataan kakak tersayangnya itu, karena selain sebagai kakaknya, wanita itu juga sudah seperti orang tua bagi Kenichi.
Wanita itu yang telah menyelamatkan Kenichi dari tindakan bodohnya dulu.
Saat berusia 14 tahun, Kenichi sempat ingin bunuh diri karena kelainan yang ia miliki. Walaupun menyukai sesama jenis diperbolehkan di Jepang, tapi Kenichi sadar bahwa dirinya adalah seorang pecundang yang tidak normal. Kenichi selalu merutuki kebodohannya jika mengingat hal itu.
Sejak saat itu, Kenichi dijadikan sebagai adik oleh wanita yang menyelamatkannya itu. Wanita itu sangat menyayangi Kenichi lebih dari apapun. Mungkin karena mereka sama-sama sebatang kara, jadi mereka merasa dapat saling bergantung. Dan Kenichi sungguh bersyukur memiliki kakak sebaik Zenkyo dalam hidupnya.
"Hei, kenapa kau malah melamun, huh? Cepat gendong Takumi! Kakak sudah telat ini," perintah wanita cantik itu pada Kenichi.
"Tapi aku belum mandi, Kakak!" Kenichi mengeluh. Ia mengerucutkan bibirnya.
"Halah, nanti saja mandinya kalau Taku sudah tidur. Ah iya, kangan lupa ganti diapers Taku 3 jam sekali. Buatkan ia susu formula 2 jam sekali!" perintah kakak angkat dari Kenichi itu, Zenkyo namanya.
"Iya, iya! Dasar kakak cerewet!" gerutu Kenichi.
"Ini bukan cerewet, Ken. Kau tahu kan Takumi satu-satunya alasan kakak bertahan selama ini selain dirimu, eum?" ungkap Zenkyo. Ada kesedihan terlihat dari sorot matanya.
"Iya, aku mengerti kakakku yang cantik." Kenichi segera mengambil Takumi dari gendongan kakaknya sebelum ia diomeli lebih lama.
"Ingat, Ken! Kalau kau tak mampu menjaganya, kakak akan membawanya bersama kakak kemana pun kakak pergi!"
Kata-kata kakak saat ini terdengar begitu mengerikan di telinga Kenichi.
Dan ia melihat senyuman kakaknya tiba-tiba mengabur. Ada apa ini sebenarnya? tanya Kenichi dalam hati.
"Kalau kau tak mampu menjaga Takumi, kakak akan membawanya, Ken!" ucap Zenkyo.
"Kakak akan membawa Takumi, Kenichi!" racau Zenkyo kembali.
"Kenapa, Kak? Aku sungguh berjanji akan menjaganya, bahkan jika harus mempertaruhkan nyawa sekalipun." Kenichi mencoba meyakinkan.
"Takumi akan bersama kakak dimana pun kakak berada, Ken Ingatlah itu!" lirih Zenkyo kembali.
Kenichi benar-benar tak mengerti maksud ucapan kakaknya itu. Ia merasa kata-kata kakak saat ini begitu menyakitka.
'Apa maksud perkatan kakak barusan? Ia selalu menyinggung 'membawa Takumi'. Memang, mau kemana mereka?' batin Kenichi.
Dan sesaat setelah merancau seperti tadi, Zenkyo menghilang bersamaan dengan ....
"TAKU-CHAN! JANGAN PERGI!" Kenichi berteriak sekuat tenaga.
Ia bangun gelagapan dan melihat sekeliling. "Hosh! Hosh! Apa yang terjadi barusan?" racaunya.
Kenichi menghela napas dalam-dalam untuk menstabilkannya. Ia kembali melihat sekeliling. Ia berada di ruang rawat rumah sakit.
Kenichi mengernyit lalu bergumam, "Bagaimana bisa?
Sebentar, jadi yang mimpi yang mana sebenarnya? Aku begitu bingung. Kepalaku juga masih sedikit pusing," keluhnya sembari mencengkeram kepalanya.
Kenichi mencoba mengingat semua yang terjadi. Ah, yang baru saja itu hanya mimpi. Ah iya, ia baru menyadari sesuatu. Ia bangkit dan berlari ke arah pintu sembari meneriakkan, "Di mana Takumiku? Di mana dia saat ini?"
Cklek!
Pintu terbuka dari luar sebelum Kenichi sampai di ambang pintu. Dari arah pintu, berdiri Kevin yang terlihat terkejut juga.
"Ken, kau sudah sadar?" Kevin menutup pintu kembali dan masuk ke ruangan ini.
Kenichi menarik lengan Kevin dengan keras, meminta penjelasan.
"Apa yang terjadi, Kak?" tanyanya, tidak sabaran.
"Tenanglah, semua baik-baik saja. Kau berteriak histeris tadi saat melihat Joon kritis, jadi suster memberimu obat penenang. Tapi semuanya sudah baik-baik saja saat ini." Kevin menepuk pundak Kenichi, mencoba menenangkan.
Meskipun Kevin berkata seperti itu, Kenichi dapat melihat kekhawatiran yang teramat sangat pada sorot mata Kevin.
"Jangan membohongiku, Kak! Kau berkata 'baik-baik saja' pasti itu artinya ada sesuatu, kan? Jangan menyembunyikan apapun dariku, Kak Kevin!" tuntut Kenichi. Ia masih mencengkeram kedua lengan Kevin, tak sabar.
Kevin terlihat terdiam beberapa saat. Jejak air mata pun masih terlihat jelas di pipi Kevin, dan Kenichi dapat melihat itu. Perasaan khawatir kembali menguasainya.
"Katakan yang sebenarnya, Kak!"
bentak Kenichi setelahnya.
Kevin kembali menepuk-nepuk bahu Kenichi sebanyak tiga kali. Ia terlihat mendongak beberapa kali. Mungkin untuk menahan air matanya agar tak lolos. "Baiklah, dokter akan menjelaskannya sendiri padamu, Ken," putus Kevin.
***
Kevin dan Kenichi berada di ruangan dokter saat ini.
"Kenapa kondisi Joon tiba-tiba memburuk seperti ini, Dok? Kemarin malam dia baik-baik saja. Sungguh!" ungkap Kenichi. Ia mengingat jelas keponakannya semalam baik-baik saja. Bahkan, mereka sempat mempertontonkan adegan yang mendramatisir kemarin.
Dokter itu terlihat memeriksa beberapa catatan kesehatan. Ia kemudian berucap, "Ini yang dinamakan near drowning atau Secondary Drowning. Dalam waktu satu sampai dua puluh empat jam, pasien akan baik-baik saja setelah diselamatkan dari air. Namun, seiring waktu air yang tersisa di paru-paru bisa menyebabkan endema atau pembengkakan. Nah, ketika Alveoli paru-paru terisi air, maka tidak bisa terjadi pertukaran oksigen dari dan ke darah." Dokter menjeda kalimatnya.
"Akibatnya, jantung bisa memperlambat pertukaran oksigen. Gejala secondary drowning muncul 1-24 jam setelah kejadian. Seseorang bisa batuk terus-menerus, sesak napas, nyeri dada, lesu, demam, dan mengalami perubahan suasana hati," sambung dokter.
Seketika itu juga tubuh Kenichi kembali gemetaran. Pikiran-pikiran buruk kian menguasai dirinya. Ia menggeleng cepat untuk mengenyahkan prasangka buruk itu. Ia menasihati dirinya sendiri bahwa keponakannya itu pasti dapat melewati ini semua.
"Lalu, apa Joon akan baik-baik saja, Dok?" tanya Kevin, sesaat kemudian
"Kita tunggu saja sampai tubuhnya bereaksi. Seharusnya dia dirawat saja dari semalam, sehingga pembengkakan dapat didiagnosa sejak awal, kami bisa mengatur kadar oksigen dan mencoba mengeluarkan cairan dari paru-paru dengan diuretik atau tekanan udara positif. Diuretik ialah obat untuk dapat meningkatkan pembentukan urin.
Semoga pengobatan kami tadi tidak terlambat. Karena kalau telat mengobatinya akan terjadi komplikasi berupa perkembangan edema (pembengkakan) paru yang ditandai keluarnya cairan berbusa pink dari hidung dan mulut Joon, hipoksia, gangguan pernapasan dan serangan jantung, bahkan kematian," ungkap dokter itu kembali.
Tatapan Kenichi kini berubah kosong, entah apa yang ia pikirkan.
Meski Kevin juga merasa sangat sedih, ia berusaha untuk tetap tenang. Jaya dan Kenichi sudah sangat terpuruk. Ia satu-satunya yang dapat menenangkan mereka di situasi seperti ini.
Kevin kembali menepuk bahu Kenichi, pelan.
"Tenanglah, Joon akan baik-baik saja! Aku yakin itu," ungkap Kevin.
Bersambung ....