Chapter 2 - Bagian 2

Joy tidak serta merta menerima koran tersebut. Otaknya boikot kerja.

"Joy? Joy!" panggil Baron Cunningham sedikit mengeraskan suaranya lantaran gadis kesayangannya belum juga menerima koran yang disodorkannya.

Joy menerima Koran tersebut, mengamati Dengan saksama bajingan pemaksa kehendak mana yang berani-beraninya menghancurkan kehidupan mulus nan indah yang direncanakannya. Dengan raut cemberut yang berusaha ia sembunyikan dengan menelan sepotong steak lagi.

Judul utama di koran tersebut berbunyi 'Hall's sang perebut hati ratu jutawan era baru. Joy mengangguk-angguk penuh arti mencemooh.

Judul utama di koran tersebut berbunyi 'James Michael Hall sang perebut hati ratu, jutawan era baru' Joy mengangguk-angguk penuh arti mencemooh. Ternyata gigolo penjilat ratu. Tapi pemahamannya detik berikutnya berubah. Mau tak mau membuatnya mengumpati si pembuat artikel. Isi dan judul sama sekali tidak berkaitan.

Nama sang jutawan kaya James Hall terus menerus disebutkan lantaran produk bedak racikannya disebutkan mendapat rekomendasi baik dari ratu. Di ujung kanan berita gosip tersebut terdapat potret lukisan seorang lelaki muda dalam bentuk hitam putih yang mana cukup tampan bagi Joy.

Namu bukan itu fokus utama Joy, melainkan ia mengenal jelas wajah itu. Bagaimana mungkin tidak? Wajahnya terpantul di layar iklan latar sejarah berdirinya Hera di dalam toko tas branded Hera. Tas dengan nilai investasi tertinggi saat itu, barang siapa wanita yang memiliki salah satu koleksi tasnya, pantas disebut berselera tinggi. Bahkan Joy juga sempat mengoleksi beberapa dengan menghabiskan seluruh gajinya dalam setahun.

Joy terbelalak, berarti lelaki yang akan dijodohkan dengannya adalah pendiri Hera! Ya Tuhan, kenapa begini! Tidak mungkin kan? Seingatnya iklan besar seukuran tinggi badan Joy di depan toko Hera menjelaskan pada Joy, istri pendiri pabrik tas Hera merupakan anak konglomerat kaya Amerika yang Membantu James Hall mencentuskan ide mendirikan perusahaan tas wanita daripada bedak wajah saja.

Tak ada dalam iklannya menjelaskan perjodohan ini seperti sekarang. Jika sampai dirinya berakhir menikahi James Hall, percuma saja Joy bersusah-susah mengantri membeli tas diskon Hera maupun hanya memakan roti tawar berbulan-bulan demi menabung membeli tas-tas itu. Tidak, ini tak bisa ia biarkan mengingat nilai salah satu tasnya yang kian cuan setiap bulan. Joy harus dan sanggup dengan cara apapun membuat perjodohan ini gagal, dan mengembalikan sejarah pendirian tersebut sebagaimana meskinya.

"Papa, kurasa gentleman ini tidak ditakdirkan untukku." kata Joy berusaha terdengar sedih dan takut.

Baron menurunkan cangkir kopinya, bola mata birunya menatap lurus pada Joy. "Menurut papa, mr. Hall pria yang santun dan sopan, orang yang baik." nada bicaranya melembut membujuk. "Cobalah bertemu dengan lelaki itu dulu, kau juga pasti akan sangat menyukainya."

Joy mengerjab-ngerjabkan matanya tak memercayai pendengarannya. Bukankah di situasi seperti ini, seorang ayah yang mendengar nada kurang percaya diri anaknya seharusnya melanjutkan dengan pembatalan perjodohan. Sang Baron begitu yakin Joy akan nyaman menghadapi lelaki itu setelah pertemuan hari ini. Dengan kata lain, Baron Cunningham bermaksud SEGERA menikahkan putri perawan tuanya yang telah berusia 22 tahun.

Ini buruk sekali! Tidak bisa Joy biarkan begitu saja. Ia perlu mengerahkan segenap tenaga menggagalkan perjodohan ini sendiri.

+++

"Bagaimana menurutmu gaun ini, miss?" tanya Eireen bersemangat. Saking semangatnya senyuman kegirangan tak pernah luput dari wajah gadis itu selama sejam Joy berada di kamar. Seperti emoji senyum cera dalam ponsel. Joy heran apa wanita itu tak sakit otot sekitar bibirnya.

Joy meraih tanpa minat pada salah satu gaun tanpa melihatnya. Pilih asal-asalan saja, biar kesan pertama lelaki itu buruk padanya. Apa dirinya juga perlu meminta Eireen tidak perlu mendandaninya saja? Biarkan opurtunis mata duitan itu melihat monster. Tapi gadis pelayan itu pasti tidak menyetujui idenya. Malah lebih buruk lagi, masalah tersebut akan sampai ke telinga kedua orang tuanya.

"Apa miss ingin rambut digerai bergelombang ataukah dikepang saja?" tanya Eireen mengambil majalah fashion terbaru entah darimana.

Dapatkan dirinya memilih tidak untuk keduanya. Joy mendesah, ia menunjuk gambar sketsa rambut gerai bergelombang dari majalah tersebut. Ia menatap Eireen yang bersemangat memanaskan alat pengeriting dalam ember besi berisi arang. Gerakannya begitu lugas nan agung, mengingatkan Joy akan lady-lady dalam novel. Tetiba benaknya menjadi tercerahkan. Seulas senyuman tersungging sumringah di wajahnya dalam cermin. Ia telah menemukan solusi permasalahannya.

"Eireen," panggil Joy. "Bolehkan aku meminta bantuan mu?" ia memasang wajah tidak tenang.

To be continue . . .