Chereads / Schicksal / Chapter 14 - Malam yang sial

Chapter 14 - Malam yang sial

🕊Mencoba sesuatu yang belum di coba sama saja seperti terpaksa memakan sesuatu yang tidak pernah kamu suka dalam hidup🕊

Batam sudah menunjukkan hampir tengah malam yakni pukul dua belas malam dan akhirnya acara pun selesai kini menyisakan dua orang insan yang kini di landa kegugupan dengan wajah datar masing-masingnya karena enggan untuk berekspresi. Dua insan masih dengan balutan pakaian pengantin di tubuh mereka masing-masing membuat mereka menatap satu sama lain karena hanya terdapat satu kamar mandi satu tempat tidur sudah begitu kamar mandinya transparan tanpa pintu. Shit.

Mereka merutuki siapapun yang memesan kamar seperti ini, di tambah di depan kamar mereka terekpos pemandangan langsung berwarna bening namun beberapa pelayan sudah mengatakan bahwa hanya dari dalam aja terlihat namun jika orang itu dari luar tidak akan terlihat.

"Kenapa kamarnya harus kayak gini sih. Bapak sengaja ya."

Laki-laki yang tengah terdiam memandang gazebo depan kamarnya menajamkan pandangannya lalu manik matanya menatap tajam lewat ekor mata nya yang bulat dengan di hiasi bulu mata yang lentik dan legam membuat seorang perempuan yang tengah menatap sekeliling kamar hotelnya terdiam namun masih kesel karena tidak ada jawaban sama sekali yang keluar dari sosok di hadapannya.

"Kalau punya mulut itu di jawab."

"Ga."

"Nggak apa, giliran ngajar atau bahas tentang apalah itu medis seneng banget giliran di tanya penting menurut saya malah diem."

"Saya nggak tau."

"Tapi kan pake uang bapak udah pasti yang mesen bapak masa saya!"

"Saya hanya mengeluarkan duit."

"Yang mengurus ini semua siapa?" Allura kesal karena Saskara hanya menjawab dengan mengedikkan bahu tanda laki-laki itu tidak mengetahuinya.

Allura berdehem seraya menelan salivanya dengan susah payah ketika gaun yang kini di kenakan sangat sulit terbuka dengan manik mata sipit coklat terangnya menatap ke arah laki-laki berprawakan tinggi tegap dengan wajah datarnya dengan santai dan mudan melepas baju akad yang barusan di pakai. Enak banget ya jadi cowok nggak pernah ribet huh.

"Pak." Saskara hanya diam tanpa melirik sama sekali setidaknya melihat perempuan yang berada dalam satu ruangan sedang mendecak sebal akibat gaun yang di kenakan sulit sekali di buka, sengaja dirinya tidak memakai atau membuka gaunnya di ruangan ganti karena sang pemasang gaunnya itu seorang laki-laki maka lebih baik di kamar.

"Pak. Haduh itu fungsi mulut sama telinga buat apa ya." Allura meringis melirik sebentar saat pakain akad sudah terlepas dari tubuh tegap sosok laki-laki di hadapannya hingga hanya menampilkan kaos oblong dengan lengan pendek berwarna putih dan celana bahan selutut yang membuat perempuan itu mengerjapkan matanya karena menurutnya dengan usia yang hampir berkepala 3 sosok di sampingnya itu sama seperti pria remaja pada umum yang sebaya dengannya.

Saskara menatap sekilas melihat Allura yang terengah mengatur napasnya seraya duduk di pinggir tempat tidur dengan alis mata satu yang naik menandakan laki-laki itu bertanya, Allura mendengus karena benar-benar dosennya itu ralat suaminya sangat irit bicara.

"Bukain. Saya mau mandi."

Saskara mengangguk lalu berdehem mendekat ke arah Allura yang sudah berdiri, dengan cekatan tangan besar Saskara membuka gaun yang membungkus indah tubuh mungil Allura dan entah gerakan dari laki-laki itu sukses membuat jantungnya campur aduk dan pipinya panas, "nggak bisa ngomong ya apa sariawan?"

Saat gaun itu terbuka hampir ke bawah dengan cepat tubuhnya berbalik kedepan seraya menunduk karena tidak sanggup melihat Saskara yang masya allah nya sangat menawan hari ini, entah apa yang laki-laki doa untuknya hingga baru beberapa jam sudah menyandang istri sebagai seorang dosen dan dokter muda dari sosok di hadapannya sudah membuatnya salting bagaimana kedepannya.

"Stop Pak! Makasih. Saya mau mandi, tapi bapak jangan ngintip ya."

Dengan gelagapan Allura masih pipinya yang bersemu merah yang tanpa tidak sadar sudah tidak terpakai cadarnya membuat perempuan itu dengan buru-buru melepas gaun yang di kenakan yang alhamdulillah Allura sama dengan Saskara memakai pakaian daleman mangset berwarna putih panjang dan celana bahan tidak ketat lalu menaruh gaun menjadi satu dengan satu set pakain akad Saskara lalu berlarian menuju kamar mandi membuat Saskara terdiam tidak perduli.

Saat laki-laki itu sibuk memainkan leptopnya dengan kacamata bertengger di hidung mancungnya karena harus membuat power point untuk senin besok akan mengajar kembali di kampus yang sama dengan sang istri tiba-tiba perempuan itu menempelkan tubuhnya di balik tembok hingga kepalanya melihat Saskara yang tengah fokus.

"Pak! Saya lupa bawa handuk, tolong ambilin terus masuk tapi merem matanya ya Pak."

Celotehan bak anak kecil umur 5 tahun menggema di kamar mandi, tapi bukan di dalamnya di luarnya. Jadi model kamar mandinya itu tidak langsung masuk kamar mandi tapi ada pemisahnya maka dari itu tidak di gunakan pintu dan tranparan karena memang di buat khusus untuk yang ingin berbulan madu.

Saskara menghela napasnya pelan seraya menggeram kesal karena harus terusik ketika lagi serius mengerjakan tugasnya sebagai dosen. Dengan langkah gontai tangannya mengambil handuk berwarna hijau muda lalu dengan mata tertutup mendekat ke arah perempuan yang sedang menunggunya.

Setelah tidak lama kemudian keluarlah perempuan dengan setelan baju tidur berwarna soft pink di padukan kerudung instan berwarna senada dengan harum seperti bayi baru mandi khasnya membuat laki-laki yang tengah fokus berkutat pada leptopnya terusik sebentar lalu melirik sekilas Allura yang tengah duduk di meja rias tengah ingin membuka al-Quran.

Saskara terdiam sebentar karena sungguh ternyata perempuan yang tertangkap di retinanya ini sangatlah membuat darahnya mendidih, badannya yang mungil, dan imut menambah kesan unik tersendiri karena tidak menyangka akan menikah dengan sosok perempuan berusia 18 tahun.

Bahkan saat pernikahan pertamanya jujur tidak pernah merasa seperti ini, mungkin karena mereka menikah memang dasar saling suka bukan seperti dirinya dan Allura yang karena di jodohkan.

"Udah liatin saya Pak? Mandi sana keburu dingin, udah saya siapin air hangat. "

Saskara hanya mengangguk seraya mengambil handuk dan berjalan dengan langkah lebar menuju kamar mandi meninggalkan perempuan itu yang tengah mematung karena harus berbalik bada tanpa ingin melihat atau menoleh ke arah kamar mandi terkutu yang tidak memiliki pintu, "hotel bagus tapi miskin kagak ada pintu kamar mandi. Mending wc umum ada tutupnya."

Sudah lama perempuan itu terdiam tanpa ingin berbalik badan mungkin sekitar 25 menit hingga tanpa terasa dirinya sangat pegal dengan perlahan berjalan menuju bibir pantai lalu mengambil kacamata hitam berbentuk ovalnya seraya mengambil ponsel hitam pekatnya lalu jari lentik putih kecilnya menjelajah apapun yang ada di dalam ponselnya seraya merebahkan tubuh letihnya menunggu seseorang di kamar mandi keluar, entah kenapa ingin menunggu karena pikirannya kini sangat takut jika ketiduran akan melakukan hal-hal yang tidak-tidak ya semacam mencari ksempatan pada kesempatan.

"Heh, kok gue mikir gitu. Nggak mungkin Pak Saska nafsuan, muka lempeng hati dingin cuek begitu. Mungkin aja almarhumah istrinya di paksa makanya jadi Semesta, mana mau coba sama cowok kasar gitu."

"Mending gue baca al-mulk aja daripada ketiduran belum baca."

Clek!

Seorang laki-laki berprawakan tegap dengan kaos oblong hijau mint celana pendek sepaha dengankedua tangan menaikkan ke atas kebawah rambut yang basah denga sesekali bergumam entah meracau apa di pukul jam menunjukkan hampir jam 1 dini hari, setelah di rasa rambutnya sudah setengah kering matanya terpaku melihat seorang perempuan yang hampir membuatnya lupa bahwa dirinya telah menikah, perempuan itu tertidur dengan posisi membelakangi arah kamar mandi dengan handphone di genggamannya dan masih dengan kacamata hitam tergantung di hidung kecil mungilnya.

Saskara terkekeh melihat kelakuan istrinya yang sangat menggemaskan, eh bukan gemas dalam artian dirinya telah jatuh hati namun entah kenapa usia yang masih 18 tahun itu perilakunya sangat kekanakan.

Kakinya lalu menghampiri dan langsung mengambil ponsel hitamnya yang layarnya masih menyala menampilkan ayat terakhir surah al-mulk sukses membuat Saskara menaikkan alisnya karena tidak percaya bahwa perempuan itu sepertinya sangat mudah untuk di bimbing lalu dengan cepat karena sudah hampir jam 1 takut kesiangan salat malam tangannya menaruh benda pipih tersebut di nakas dan dengan pelan mengambil kacamata yang masih menggantung takut Allura terusik namun dugaannya salah sepertinya perempuan di hadapannya ini sangatlah kebo karena tidak terbangun-bangun.

"Woi."

Bahkan nada suara Saskara berbisik lumayan kencang di telinga yang tertutup kerudung itu masih saja tidak terusik. Saskara menghela napa bagaimana membangunkan untuk shalat malam nanti? Tanpa berpikir panjang lak-laki itu ikut merebahkan tubuh kekarnya di samping tempat tidur yang kosong yang sudah di siapkan perempuan itu dengan batasan guling dan tanpa menunggu lama Saskara menyusul Allura ke dalam dunia mimpi mereka masing-masing.

21.31 🕊

#maaf kalau ada typo🙏🏻