Chereads / Schicksal / Chapter 10 - Kenyataan pahit

Chapter 10 - Kenyataan pahit

🕊Aku kalau di bagian novel mungkin hanya selalu jadi prolog di dalam alur kamu, tapi berkenankah kamu menjadikan aku sebagai kisah kehidupanmu sampai ending?🕊

Setelah menempuh beberapa jam duduk di dalam pesawat dan pastinya keadaan yang sangat canggung karena sang Adik bernama Aira terus mengusiknya dengan bercengkrama kepada sosok yang tepat berada di belakangnya, membuat darah dalam tubuhnya mendidih.

Untung saja sekarang perempuan perasaannya sedikit lebih tenang dan tersenyum bahagia saat melihat wajah polos tidur Semesta yang akan menjadi anak sambungnya nanti. Hatinya menghangat saat kedua tangan mungil itu melingkar di badannya yang mungil dan kepalanya bersandar di dadanya.

Seketika senyumnya terbit saat balita yang berada dalam dekapannya memanggil "Buna" untuk pertemuan pertama kali melihatnya, entah kenapa sejak saat itu Allura telah jatuh cinta pada balita bermata abu-abu ini. Bayangannya sekilas meringis saat kemaren dirinya tidak bisa menerima status barunya nanti menjadi istri muda dan ibu sambung untuk anaknya, sekarang Allura merasa sipa untuk menjadi istri muda dan ibu muda untuk anak sambungnya yang sudah membuatnya jatuh cinta sejak kali pertama bertemu.

Di tengah-tengah memandang wajah Semesta yang tertidur munafik jika Allura mengatakan tidak bosan, namun nyatanya kini perempuan hijab itu di landa kebosanan. Diam-diam Allura sempat tertarik dengan pembahasannya karena berkaitan mengenai agama serta sedikit kagum karena ternyata sosok dosen otoriter itu tidak hanya seorang dokter saja tetapi juga mengerti perihal agama apalagi beberapa ayat suci al-quran dan hadis yang membuatnya sempat ingin ikutan membahasnya.

Allura bernapas lega karena pesawat sudah mendarat setelah beberapa menit terdengar adzan zuhur, jangan tanyakan bagaimana kondisi nya sangat lelah banget apalagi mengingat jika besok adalah hari sakral untuknya.

Nazia dan Leena pun mengajak keluarga Saskara dan dirinya serta Aira untuk melakukan shalat terlebih dahulu sebelum makan siang seraya memberikan beberapa koper kepada petugas hotel untuk di letakkan di kamar masing-masing.

"Sini Sala sama Oma yuk," Semesta menggeleng saat sudah berada di tempat penginapan hotel, namun sedari tadi balita laki laki itu enggan melepaskan dirinya dengan perempuan cantik nan mungil bernama Allura.

"Masya Allah, ternyata anak Umma hebat juga. Sala langsung nyaman loh." Allura tersenyum kikuk memandang wajah Leena lalu menatap gemas Sala yang dengan mata berkaca-kaca dengan tangan mungilnya mencengkram pelukannya.

"Cala nda au Oma. Cala au ama Buna. Titik!"

"Kalau Sala terus sama Buna, nanti nggak tinggal sama Sala terus dong. Bisa-bisa nggak jadi nikah besok karena kecapean gendong Sala, hm?"

Allura meringis, perempuan itu baru sadar sosok balita laki laki ternyata pikirannya sangat dewasa, Allura baru mengetahuinya karena saat di pesawat sebelum turun sempat memberikan murottal kepada Semesta yang ternyata anak itu bisa mengikutinya padahal apa yang perempuan itu lutar surah An-Naba.

Ternyata fakta yang baru di ketahui dari mulut Ceysa, Semesta menurunkan otak sang Ayah, Saskara. Saskara mahir membaca Al-Quran dan berpikir dengan orak dewasa pada umumnya di mulai dari sejak umur 3 tahun, maka dari itu Ceysa berpesan kepadanya jika nanti sudah menikah dengan Saskara terus mengasa sang Cucu.

Semesta mengangguk setuju, "baiklah, Cala nurut peyintah Oma karena ini Abi ama Buna nikah teyus tinggal bareng cama Cala. Janji ya Buna, Oma?"

"Janji." Ucap Allura dan Ceysa berbarengan membuat pasang mata bangga. Namun ada satu orang yang sama sekali tidak bahagia melihatnya yaitu Saskara.

"Abi Saska, liat dong anaknya aja udah nyaman manggil Allura Buna masa tetap nggak di izinin." Goda Ceysa saat melihat wajah tidak suka anak laki lakinya itu saat memandang ke arah perempuan hijab yang tengah menggendong buha hatinya dengan almarhumah istrinya.

Saskra terdiam dengan dada nyeri karena begitu cepatkah semuanya terjadi? Semua orang akan melupakan almarhumah istrinya bahkan anaknya sudah sangat akrab dengan sosok perempuan mungil yang sebentar lagi akan menjadi ibu sambungnya.

"Ingat apa kata Abi?" Sala menganggukkan kepala lucu di dalam gendongan Allura, "Bunda Lalas nomol catu di hati Cala, itu kan Bi. "

Saskara mengangguk bangga anknya memiliki daya ingat yang sangat hebat di bandingkan anak yang lainnya mungkin mengikuti sang Abi dan almarhumah Bundanya yang sama sama memiliki otak cerdas bedanya Almarhumah Laras lebih pada akademik saja untuk kesehatan dan agama itu lebih pada Saskara yang sepertinya buah hati nya itu memiliki kecerdasan otak dirinya juga almarhumah istrinya.

Sedangkan Allura meringis karena memang itu sudah menjadi takdirnya hanya sebagai ibu sambung bagi Semesta, perempuan itu berusaha sabar dengan terpaksa tersenyum melihat keadaan lalu memberikan anak laki laki itu pada Ceysa berbarengan dengan perpisahan menuju tempat penginapan hotel masing-masing.

Hampir satu jam lamanya selesai melaksanakan kewajiban yaitu shalat zuhur dan makan mereka semua kembali ke dalam kamar masing-masing, Allura sedikit mengeluh karena cuaca di Batam sangatlah panas berbeda dengan Cimahi menurutnya panasnya melebihi daerah Jakarta yang pernah ia datangi dari beberapa daerah paling panas yang pernah ia jelajahi.

"Sayang, masuk yuk. Jangan keluar karena tidak baik calon penganten keluar." Leena memberitahukan putri sulungnya yang sedang terdiam termenung di luar kamar menikmati senja yang sudah menyambutnya. Allura tersenyum miris melihat takdirnya bahwa besok ia akan menikah dan setelahnya impian-impiannya hancur.

Astagfirullah, ikhlas Aura. Harus ikhlas.

Allura mengangguk lalu memeluk manja Leena seraya berjalan menuju kasur big size putih yang aromanya sangat menenangkan, di kamar besar dengan pemandangan tempat kamarnya ia sengaja memilih untuk tidur bersama sang Umma semalam sebelum besok di berlangsungkan akad nikahnya. Dan bersyukurnya Aira dan Nazia mengizinkan dan memakluminya.

Ketika perempuan itu sudah merebahkan tubuhnya yang tertutupi gamis dan hanya mengenakan ninja berwarna putih Leena mendekati sang putri sulungnya seraya tersenyum penuh arti karena ia tidak menyangka bahwa putri manis nya yang manja akan menikah besok. Allura yang melihat tingkah aneh sang Umma menggerakan tangan mungilnya mengajak Leena untuk tidur di sampingnya seraya menikmati Senja yang masih malu-malu menampakkan dirinya.

"Ada apa Umma." Leena tersenyum seraya mengamati wajah manis anaknya, "Umma seperti ada di dalam mimpi karena besok putri manis Umma akan menikah dengan pilihan Umma, Abi dan juga Mas Er." Allura tersenyuh ketika melihat cairan bening sudah membasahi wajah putih mulus sang Umma.

"Aura juga tidak menyangka Umm, baru kemaren jatoh dari sepeda udah nikah aja." Leena tertawa jika mengingat zaman dulu saat masih kecil, "Aura jangan lupa besok setelah akad berterimakasih kepada nak Saskara ya."

"Untuk apa Umma?"

"Karena semua fasilitas dan acara nikah kalian itu semuanya yang meng-handle nak Saskara. Termasuk biaya." Allura membelalakkan matanya saat mendengar penuturan Leena yang membuatnya berpikir dua kali, karena setau perempuan itu gaji seorang dosen tidak terlalu besar bahkan jika bertahun tahun menabung tidak mungkin dapat membayar pernikahannya yang terbilang di hotel cukup bergensi di daerah Batam, Riau.

"Jangan bercanda deh Umm, dosen kan gajinya nggak gede-gede banget. Apalagi usia Pak Saska 28 tahun pasti baru beberapa tahun kerja."

"Aura, jangan salah sayang." Leena membelai pipi tirus Allura yang mulus merona, "nak Saskara itu selain dosen dia seorang dokter spesialis bedah di daerah rumah sakit jakarta juga yang membuat kamu beruntung adalah dia seorang hafidz al-quran."

Allura terkesiap memandang wajah Leena yang menunjukkan wajah seriusnya di parasnya yang cantik meski dengan usia yang tidak muda lagi, mata coklat terang perempuan itu menatap lekat-lekat mata yang sama persis dengan dirinya untuk mencari sebuah kebohongan namun nihil perempuan itu merutuki dirinya karena Leena tidak pernah berbohong dan menurutnya mana mungkin sosok bidadari dalam kehidupannya membohonginya.

Perempuan itu menggeleng-gelengkan kepalanya seraya membasahi bibir tidak tebalnya yang tiba-tiba terasa kering serta berdehem karena tenggorokannya seperti tidak ada pasokan udara yang masuk hingga sulit hanya sekedar menelan salivanya. Perempuan itu masih sibuk mencerna banyak kata yang terucap dari sosok di sampingnya yang tengah mendekapnya tentang sosok dosen otoriter berwajah datar berhati dingin yang ternyata seorang dokter dan hafidz al-quran yang menurutnya itu sama sekali tidak mungkin.

"Umma, dia kan dokter kenapa bisa jadi hafidz? Bukannya susah ya?" Leena mengangguk lalu menggeleng kemudian, "nggak ada yang sulit jika sudah niat akan Allah lancarkan."

"Tapi Umma, kapan pendidikan dokternya jika dia sibuk tahfidz?"

"Kamu nggak tau sayang?" Allura menggeleng membuat Leena mendekapnya lebih dalam.

"Nak Saskara itu setelah lulus SMA mendapat beasiswa menghafal 30 juz al-quran di kairo selama setahun, setahunnya nak Saskara mengabdi jadi 2 tahun di kairo untuk melancarkan hafalannya. Setelah itu nak Saskara mendapat beasiswa jurusan kedokteran di daerah Jakarta selama 3 tahun karena kecerdasannya coasnya saja hanya setahun karena sudah mendapat cumlaude dan bahkan sudah menjadi dokter spesialis bedah di usianya yang menginjak 25 tahun. Umma yakin nak Saskara termasuk calon suami idaman kamu kan?"

Allura mengangguk dengan benak yang masih memutar kenalarannya, "maka dari itu Umma dan Abi menjodohkan kalian dan ternyata Mas Er juga berwasiat. Mungkin ini takdir Aura, Umma yakin Aura putri manis Umma akan luluh dan insya allah bisa cinta sama nak Saskara karena Allah."

Tidak henti-hentinya Allura terpaku dari setiap kata yang di lontarkan Leena yang mengkuak kebenaran tentang sosok yang selama ini ia hindari karena sifat kejamnya, ternyata di balik itu semua Saskara adalah sosok yang sangat cerdas dan agamis. Allura sama sekali tidak menyangka dosen otoriter dengan selalu memakai celana lepis tidak ketat dengan kemeja di gulung sampai siku ternyata seorang hafidz dan bahkan 30 juz serta seorang dokter spesialis bedah yang kononnya sangat ribet dan sulit karena berkaitan dengan operasi.

Masya Allah, ternyata calon suami Aura orang yang termasuk dalam kategori Aura yang mustahil namun nyata. Allah snaggupkah Aura mengimbanginya? Astagfirullah Aura yakin Allah akan bantu, Bismillah untuk besok.

🌹Maaf typo, selamat membaca, salam Nay🌹