πAkankah bisa menerima asingnya di dalam selimut nyamanku?π
Seorang laki-laki masih dengan melekat baju setelan tidur berwarna putih mengusap wajahnya pelan seraya memijit pangkal hidungnya yang sedikit nyeri akibat hawa dingin suasana Batam saat malam hari, kedua tangannya lalu menutup mulutnya karena masih mengantuk namun saat mata tajam nya melirik jam di nakas samping ranjangnya kini sudah pukul 02.00 malam laki-laki itu melangkahkan kakinya untuk menuju kamar mandi untuk melaksanakan shalat malam yang biasa di lakukan yaitu shalat tahajud, seraya berdoa mengingat hari ini adalah hari sakralnya karena laki laki itu akan melakukan akad untuk mempersunting seorang perempuan muda berbeda jauh dengan umurnya yang akan menjadi istri untuk kehidupannya.
Setelah kurang lebih 10 menit melakukan shalat malam kemudian laki-laki itu berdoa hingga tanpa sadar cairan bening telah keluar dari kedua mata dengan retina berwarna hitam legamnya, Saskara terisak pada malam yang dingin karena tidak menyangka bahwa dirinya akan menjadi seorang suami dari seseorang yang tidak di cintainya juga memohon agar di berikan kelancaran dalam peoses pernikahannya.
Maafin Mas, Laras.
Kemudian tidak lupa setelah berdoa ia mengambil wudhu kembali lalu seperti biasa melakukan tadarussan sampai 20 menit sebelum menjelang subuh itu sudah menjadi kebiasaan laki-laki berparas dingin dan datarnya selalu tidur terbilang 2 jam sehari karena pagi hingga tengah malam akan di sibukkan dengan tugas menjadi dosen dan dokter lalu tidur hanya 2 jam dan bangun untuk melakukan ibadah malam yang insya allah sudah istiqamah di dalam dirinya.
Suara laki-laki itu juga terbilang cukup merdu dan biasanya hanya mengaji sekitar 2 lembar seraya beristigfar dan beshalawat nabi. Ketika matanya melirik jam beker putih di hadapannya sudah menunjukkan 20 menit sebelum adzan subuh laki-laki itu memutuskan untuk mandi seperti kebiasaannya mandi sebelum subuh karena sangat baik dan bagus untuk kesehatan tubuhnya yang lelah karena memang setiap harinya paling lama hanya tidur 5 jam sehari paling lama karena biasanya akan tidur hanya 2/3 jam.
Setelah mandi tidak lupa ia memakai baju putih koko bersama sarung kotak-kotak berwarna merah untuk melakukan shalat subuh, membaca surah al-waqiah, dzikir pagi dan bershalawat seraya menikmati senja di luar kamar hotelnya yang sudah terpancar senja dengan senyum orange mengintari matanya yang sedang terpukau kagum.
Kaki putih yang manggatung sarung duduk di kolam renang depan kamar hotelnya seraya bergerak depan belakang dengan manik mata melihat banyak orang di bawah dekat pantai sedang mempersiapkan proses akad nikahnya yang akan di langsungkan pukul 5 sore mengingat cuaca di Batam sangat panas jika siang hari.
"Saska, Ayah sama Bunda kebawah dulu. Jangan kemana-mana kamu lagi di pingit sama Aura."
Saskara hanya mengangguk patuh karena masih fokus dengan tasbih digital yang melekat di tangan kekarnya untuk menetralkan kegugupannya hari ini, Kana yang melihat hanya tersenyum melihat anak semata wayangnya gugup, "jangan gugup. Dulu waktu Ayah gugup nikahin Bunda. Ayah cukup istigfar dan yakin kalau Allah akan melancarkan semuanya. Ini bukan yang pertama kan?"0
Saskara menoleh kepada sang Ayah yang menepuk pundaknya pelan lalu mengangguk, "sebelum akad shalat sunah dulu. Minta untuk di mudahkan." Saskara mengangguk kembali, "udab 2 kali kan." Kana terkekeh.
"Yaudah kita pamit ya. Nanti jam 1 jam sebelum akad ya setelah shalat ashar kebawah siap-siap."
Ceysa yang sedang menggendong Semesta memberitahu yang di jawab anggukan kembali oleh laki-laki itu membuat Ceysa dan Kana hanya menggeleng-gelengkan sifat dan watak putra semata wayangnya yang sangat mirip dengan Kana saat semuda dulu.
ππππππππππππππππππ
Setelah adzan ashar selesai berkumandang semua orang yang berada didalam hotel serat yang berada di venue tempat acara akad semakin sibuk karena pukul sudah menunjukkan bahwa acara akan di mulai.
Semuanya sibuk dengan pesiapan masing-masing namun keluarga besar Saskara dan keluarga besar Allura hanya sibuk di dalam ruangan hotel namun terpisah agar sang calon pengantin tidak bertemu masing-masing sedang bersiap-siap menggunakan pakaian kebaya serta merias diri mereka masing-masing agar kelihatan paras tampan dan cantiknya.
Begitupun juga dengan sepasang calon pengantin yang tengah berada di ruang make up masing-masing, mereka sama-sama di landa kegugupan dengan mulut terus berdzikir tanda mengharapkan agar Allah melancarkan proses akadnya yang sebentar lagi akan di laksanakan.
Sedangkan di luar hotel atau venue tempat acara akad pernikahan berlangsung sudah 99 persen selesai hanya tinggal mengeluarkan makanan ke dalam prasmanan dan menyalakan lampu-lampu yang menghias di penjuru kursi minimalis putih yang mengitarai tempat akad dekat dengan pantai di hiasi ombak yang cantik tidak besarnya.
Seorang laki-laki dengan pakaian adat jawaΒ terus bergumam shalawat dari dalam hatinya dan tidak lupa terus merapalkan doa dari mulutnya seraya menatap dirinya di pantulan kaca full body berwarna hitam dengan memakai peci adat jawa yang melekat pas pada kepalanya.
Mata legam laki laki itu melihat sekeliling wajah orang orang yang berada di dekatnya tengah sibuk dengan sesekali tertawa dengan wajah bahagia, Saskara tersenyum miris orang lain terlihat bahagia tapi tidak dengan dirinya.
"Abi, cemangat!" Suara sang buah hati membuyarkan lamunannya membuat sosok laki laki itu hanya berdehem lalu menggendong sang anak seraya mengecup pipinya gemas, entah kenapa melihat Sala seperti melihat almarhumah istrinya yang membuat dirinya sulit menerima masa lalu alasan meninggalnya Laras.
"Abi tapan au omong cama Cala? Cala ada sayah ya cama Abi?" Lagi dan lagi pertanyaan itu keluar terus dari mulut polos sang anak membuat hatinya berdenyut karena tidak siap jangankan untuk berbicara untuk menatap sang anak saja tidak mampu yang hanya bisa di lakukan terdiam tanpa mengajak berbicara.
Semesta yang melihat sang Ayah terdiam langsung memeluk erat di leher jenjang putih Saskara lalu membisikkan sesuatu yang membuat bulu kuduknya meremang, "Cala cenang! Kayau ada Buna kata Oma belalti Abi tinggal cama Cala dan Buna? Yaya kan Bi?"
Saskara, diam seraya melihat wajah polos sang anak yang sudah menatapnya.
πΉMaaf typo, selamat membaca, salam NayπΉ