Chereads / Schicksal / Chapter 8 - Melepaskan

Chapter 8 - Melepaskan

🕊Ini sulit asli.

"Yakin ke Allah."

"Cerita dari hati ke hati."

Mendobrak ketakutan yang mustahil untuk aku.

Bagaimana? Aku ragu.

Ini pilhan yang sulit dengan melibatkan banyak. orang yang ku sayangi.

—Allura Er-khuluq🕊

Setibanya di rumah perempuan bertubuh mungil dengan tangan setia menggamit tangan mungil sang adik langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa berwarna hitam lembut untuk melepaskan rasa pegal seharian ini memilih gaun pernikahan dan cincin persiapan pernikahannya yang akan di selenggarakan di Batam, Riau beberapa hari lagi. Yang kebetulan lokasinya tidak jauh dengan keberadaan rumah neneknya dan sanak beberapa saudara dari Leena dan juga dari mempelai prianya, Saskara.

Tangan mungilnya lalu mengambil benda pipihnya yang bergetar lalu jari lentiknya menari membuka beberapa pesan dari nomor yang tidak ia kenal mengirimkan baju yang sudah di booked-nya sedang di packing terlebih dahulu dibawa ke Batam. Saat membuka isi pesan dari nomor yang tidak ia kenal Allura pun mengangguk ternyata itu adalah nomor sang pemilik butik beberapa jam yang lalu perempuan ia datangi bersama sang adik dan calon suami super nyebelinnya.

Isi pesannya terpampang dengan jelas gaun elegan berwarna putih susu dan hijau daun lebih ke tosca sedang di bungkus dengan beberapa kardus serta pernak-pernak lainnya untuk di bawa ke Batam hari ini karena mengingat pernikahannya akan di selenggarakan beberapa hari lagi? Sedangkan dirinya dan yang lain akan berangkat h-2 sebelum acara pernikahan.

"Bagus kan bajunya, sayang."

Allura terkejut saat Leena sudah berada di sampingnya tengah menciumi pipi chubby Aira, perempuan itu terkesiap lalu menyalimi tangan lembut sang Umma seraya mengecup kedua pipi putih merah merona Leena yang tidak tertutup cadar, "maaf Umma. Assalamualaikum, Umma cantik."

"Waalaikumsallam, cape ya? Sampe masuk nggak ngucap salam." Allura dan Aira saling pandang dengan cengiran khas mereka masing-masing membuat Leena menghela napas memakluminya lalu tersenyum hangat, "tidak apa-apa. Tapi jangan di ulang lagi ya putri-putri manis Umma." Allura dan Aira mengangguk patuh membuat Leena bersyukur karena Allah telah menitipkan dua putri yang insya allah shaleha di dalam kehidupannya dunia dan insya allah akhirat-nya.

"Kamu packing ya jangan lupa. Rabu kita berangkat sayang." Allura mengangguk menatap sendu Leena yang masih setia mempancarkan senyum di balik kesedihannya karena sebentar lagi sang putri sulungnya akan menikah sehingga tanggung jawabnya sudah berpindah kepada calo suaminya yang akan menjadi pintu menuju surga-nya Allah untuk kehidupan Allura.

"Umma, Aura sedih. Kalau Aura nikah, bisa kan tinggal disini aja sama Abi, Umma dan Aira?" Leena menggeleng, "ketika seorang perempuan telah menikah. Maka harus menuruti apa yang suami inginkan. Termasuk perihal tinggal dimana? Bagaimana Aura tinggal sama Umma dan Abi jika surga Aura sudah berpindah sayang?"

Allura terisak membenarkan, walaupun pengetahuan tentang agama mengenai pernikahan dan lingkup suami istri sangat minim namun ia mengerti sedikit-sedikit mengenai perihal semacam ini. Leena dan Aira menyambut pelukan sosok perempuan yang tengah menampilkan wajah sedihnya.

"Aura akan sering kesini, kalau emang Aura akan tinggal bersama Pak Saska." Kedua perempuan yang berada dalam dekapan itu mengangguk patuh, "jangan panggil Pak dong panggilnya Mas atau aa atau abang gitu."

Allura menggeleng, "untuk hal ini izinkan Aura bertindak dengan senyamannya Aura." Leena hanya bisa pasrah tentang keinginan anaknya, karena baginya ini semua sudah cukup.

Keterkejutannya untuk menikah dini jadi tidak ada salahnya jika setelah ini entah nama panggilan, kewajiban sebagai istri itu akan Leena percayakan sepenuhnya pada putri sulungnya.

Mungkin, dirinya hanya dapat mengingatkan saja. Baginya, ia tidak ingin Allura keberatan kembali karena biarlah waktu membuat putri sulungnya dapat menerima status barunya sebagai istri bukan putri manis yang manja bagi Leena dan Nazia.

"Yaudah Aura mau packing." Leena mengangguk, "nanti ada orang dari pengiriman datang ambil barang-barang biar sekalian bareng sama yang lainnya." Aura tersenyum lalu mengangguk berbarengan dengan kepergiannya meninggalkan Aira dan Leena yang menatap kepergian sosok perempuan di sana dengan senyuman penuh doa untuk kehidupan Allura selanjutnya.

Setibanya di kamar ia tatap pintu kotak berwarna coklat bertulisan Assalamualaikum Aura manis bidadarinya Umma entah kenapa mengingat dulu masih kecil membuatnya memikirkan waktu sangatlah cepat hingga ia telah dewasa dan bahkan jumat besok statusnya insya allah akan menjadi seorang istri.

Allura tidak menyalahkan takdirnya karena baginya jika memang pernikahan ini bukan jalannya seharusnya tidak berjalan lancar, karena sesuatu yang tidak di ridhai Allah semuanya akan terasa sulit dan tidak akan berjalan sesuai dengan rencana walaupun rencana itu sudah di susun matang-matang. Saat tangan mungilnya menjelajahi beberapa pojok kamarnya melihat lebih detail kembali ruangan kotak berwarna cream seketika pandangannya jatuh kepada sebuah kertas dengan betulis Planning.

Lulus s1.

Mondok.

Cadar.

Kerja.

Menabung untuk Umroh, haji, membangun musholla, dan mengajak Umma, Abi, Aira jalan-jalan (Korea, Berlin, Turki dan Labuan Bajo)

Menikah.

Ternyata planning itu hanya tinggalah kenangan karena setelah menikah mungkin yang menjadi tujuan utamanya adalah menjadi istri shaleha dengan mengurus rumah, suami dan anaknya kelas. Tanpa sadar cairan bening yang terbendung di dalam kelopak matanya yang sipit keluar dari perkarangannya menimbulkan isakan sedikit namun buru-buru ia hapus karena seharusnya ia sudah bisa ikhlas dengan pernikahan ini.

Tanpa perlu berlama-lama tangan mungilnya menjelajahi beberapa pakaian yang akan ia taruh ke dalam koper berukuran sedang berwarna hitam miliknya serta tak lupa membawa perlengkapan untuk mandi, skincare dan juga obat-obatan untuk meng-antisipasi. Allura hanya membawa gamis agar lebih simple tidak perlu membawa dua tas atau koper karena Leena berpesan bahwa ia akan di sana selama 3 hari tidak lebih, namun yang lebih mengejutkannya bahwa hanya dirinya yang tinggal 3 hari selama di sana sedangkan para tamu undangan begitu juga dengan keluarganya baik dari Saskara dan dirinya akan kembali esok harinya setelah akad nikah di laksanakan.

Matanya kini sibuk kembali menjelajahi barang-barang yang mungkin masih tertinggal atau belum masuk atau bahkan ingin menambahkan, retina coklat terangnya pun jatuh pada tas slempang kecil yang di gantung di balik pintu kotaknya hampir lupa untuk menaruh earphone, cas barang-barang kecil untuk elektroniknya serta tissue dan minyak telon bayi yang tidak pernah absen di dalam tas kecilnya.

Untuk make up? Allura bukan type yang men touch-up make up jika sudah luntur karena baginya cukup skincare saja sudah cukup tidak perlu mempoles-poles karena ribet dan akan membuat kulit cukup sensitif nya akan memerah.

Setelah di rasa sudah siap semua tidak ada yang tertinggal Allura dirikan kopernya lalu tangan kecilnya mengangkat kotak hitam berisi pakaiannya dan beberapa keperluan disana seraya melangkahkan kakinya menuju bawah karena telingan mendengar ucapan Leena yang sudah meneriakinya bahwa sang petugas yang akan membawa barang-barang milik keluarganya sudah datang.

"Ini Umma." Setelah sampai di anak tangga terakhir langsung Leena menghampiri putri sulungnya lalu tersenyum di balik cadarnya membantu Allura yang sepertinya keberatan dengan apa yang kini ia bawa, terbukti saat di anak tangga terakhir putri manisnya duduk seraya menghembuskan napasnya yang memburu.

"Maafin Umma ya sayang." Allura yang mendengar penuturan kata maaf yang keluar dari bibir di balik cadar Leena mengernyitkan dahinya, "untuk apa Umma?"

Leena tersenyum seraya menghela napas berbarengan dengan tangannya memberikan koper hitam milik Allura, "Umma udah buat kamu buru-buru sayang." Allura tersenyum llau memeluknya, "nggak papa Umma, sayangnya Aura."

"Umma mau memberitahukan sesuatu mengenai nak Saskara yang harus kamu tau tapi maaf kami semua menutupinya."

"Ap itu Umma?"

"Nak Saskara adalah duda anak satu."

Hatinya mencelos bagai di sambar petir mendengar fakta yang barusan di utarakan bidadari kehidupannya bagaimana bisa persoalan seperti itu di rahasiakan bahkan beberapa hari lagi akan menikah dengan sosok dengan rahasia besar yang baru di ketahuinya. Allura menggelengkan kepalanya seraya tersenyum miring dengan tawa renyah membuat Leena mengkerutkan keningnya bingung.

"Umma ini kayak novel tau nggak sih. Aura nikah di usia muda dengan sosok yang usianya jauh lebih tua dan bahkan menjelang pernikahannya baru mengetahui bahwa sosok calon suaminya adalah seorang duda. Astagfirullah hebat nyembunyiinnya."

"Dengarkan penjelasan Umma terlebih dahulu sayang."

"Apa yang mau di jelasin Umma. Udah pasti Pak Saska tidak baik kan? Buktinya seorang duda dan di tinggal istrinya kawin pasti. Hah, lucu banget ini hidup, Aura mikir bayangan jadi istri aja udh repot bagaimana di tambah anak?"

Leena mengangguk mengerti apa yang di rasakan anaknya, memang tidak mudah menjadi istri dan sosok ibu muda untuk anak sambungnya nanti, "Umma mengerti, tapi Umma yakin anak Umma nggak akan mengecewakan kita semua yang percaya bahwa Aura bisa menjadi sosok istri dan ibu yang baik untuk nak Saskara dan anaknya untuk melupakan bayang bayang mendiang istrinya."

"Mendiang istri?"

Leena mengangguk, "iya nak Saskara duda di tinggal meninggal oleh almarhumah Laras nama istrinya 5 tahun yang lalu memiliki seorang anak laki-laki berusia 3 tahun kalau nggak salah Umma lupa."

"Kenapa nggak kasih tau Aura dari awal?"

"Umma dan Abi tidak ingin kamu terkejut untuk kedua kali, maka dari itu Umma meminta Tante Ceysa dan Om Kana menyembunyikan anaknya nak Saskara dulu."

"Aura nggak yakin bisa, dua status baru itu sangat berat bagi Aura."

"Umma mengerti, tapi Umma ingin berpesan sama Aura, titip apa yang sekarang sudah di takdirkan untuk kamu. Jaga baik-baik kalau tidak ingin banyak orang kecewa dengan kamu, sayang ya hm?"

Allura mengangguk kepala seraya berucap "insya allah" dan terus menyeruakkan hatinya berkata "bismillah" lalu langsung memeluk sang Umma.

Ya, Allah. Istri muda dan Ibu sambung bagi anak calon suamiku. Nggak pernah bisa aku bayangkan akan seperti apa? Bantu Aura ya Allah.

Di balik dekapan hangat Leena membuat memori Allura berputar, hatinya melembut hingga tanpa sadar perempuan itu hampir menangis karena tiba-tiba saja Allura berpikir akan merindukan masa-masa seperti ini dengan sang Umma, bidadari selama-lamanya dalam kehidupannya.

Ya Allah, apakah Aura akan siap? Aura pasti akan rindu masa-masa seperti ini. Jaga Abi, Umma dan Aira, Aamiin. 

🌹Maaf typo, selamat membaca, Salam Nay🌹