Chereads / Schicksal / Chapter 2 - Menyebalkan

Chapter 2 - Menyebalkan

🕊Hati-hati membenci nanti kalau jadi cinta gimana? Udah tau asal kata membenci dari membenCINTA🕊

"Keluar dari kelas saya!"

Seorang perempuan dengan rok kotak kotak berwarna coklat hitam dengan kardigan kebesaran berwarna abu dengan daleman berwarna putih serta kerudung pashmina berwarna putih terdiam di depan pintu dengan pelu keringat yang membanjiri wajah tirusnya.

"Hah?"

Dosen yang kini sedang berdiri di hadapan teman-temannya menoleh menatap tajam ke arah mata sipit dengan bola mata coklat terang itu membuat sang perempuan yang kerap biasa di panggil Allura menundukkan kepalanya. Takut.

"Keluar!"

Allura yang terkesiap lantas langsung menatap masam ke arah muka Dosen yang tidak ia kenal itu, "saya telat hanya 2 menit."

"Saya bilang keluar!"

"Biasanya sama Dokter Gama tidak Pak, bahkan beliau kasih toleransi 15 menit."

Sang Dosen yang asing bagi Allura melangkahkan kakinya mendekat ke arahnya dengan tatapan tidak bersahabat membuat perempuan merutuki dirinya sendiri yang jika berkata suka asal ceplas-ceplos. Allura pun menundukkan pandagannya, bukan karena takut namun ia sadar sudah berzina dengan menatap mahramnya yang cukup menarik di dalam pikirannya. Astagfirullah.

"Keluar! Istirahat keruangan saya!"

Dengan menganggukkan kepala lesuh dan perasaan marah yang berkecamuk akhirnya Allura pun menuruti permintaan sang Dosen yang menurutnya sekarang ia meng—klaim bahwa yang ada di hadapannya ini adalah musuhnya, "baik Pak."

Allura melangkahkan kakinya menuju kantin dengan wajah di tekuk sebal seraya menyupah serapahi di iringin istigfar di akhir kalimat, perempuan itu sama sekali tidak terima dengan yang barusan telah terjadi karena selama ia berkuliah setengah semester disini ia sama sekali belum pernah terlambat lebih dari 15 menit untuk toleran bagi mahasiwa/i yang masuk mengikuti pelajaran yang ada di Universitas Negara ini. Allura kini dalam mood yang sangat buruk. Fiks.

"Bude pesen air putih hangat satu sama nasi gorengnya pedes banget." Ujar Allura seraya menahan amarahnya yang sudah di ubun-ubun. Ia kini hanya mengingat pesan Umma nya untuk menahan amarahnya karena itu merupakan jebakan dari iblis.

Allura jadi mengingat pesan Ummanya tentang marah yang berlebih-lebihan itu sangat tercela dalam agama, karena kalau marah sudah ke tingkat ini manusia akan di permainkan oleh iblis, sehingga terjadi manusia akan memukul dan menyerang lawan yang sebenarnya bisa di maafkan, marah semacam ini dilarang oleh Rasulullah SWA lewat sabdanya yang mengandung hikmah,

"Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah SAW. Bersabda, "Orang yang kuat itu bukan orang yang ahli gulat, tapi orang yang kuat itu ialah orang yang mampu menguasai dirinya ketika ia marah." (HR. Mutafaq Alaih)

Allura menghela napasnya seraya beristigfar, 'Astagfirullah Ya Allah maafkan Aura yang tidak bisa mengontrol emosi apalagi ketika mengingat kejadian tadi. Ampunilah Aura ya Allah.'

"Tumben nak Allura pesen pedes, kan biasanya pedes dikit banget setitik sendok makan"

"Haha Bude. Allura lagi pengen aja. "

"Yaudah Bude bikin dulu ya."

"Yang spesial ya Bude."

"Siap Allura manis." Allura terkekeh berbarengan dengan membalikkan badannya, "baik Bude manis."

Allura tersenyum menanggapinya, lalu ia menjelajahi kedua bola matanya menyapu pandangan sekitar ingin duduk di sebelah mana, karena hari ini cukup ramai suasana kantin. Dan ia sendirian, yang membuat perempuan itu menghela napas karena bingung. Perempuan itu pun mengangguk mantap seraya membaca bismillah untuk menduduki meja pinggir yang tersisa dua orang seraya melangkahkan tapakan kakinya menuju tempat yang sudah ia ingin duduki.

Tak lama ia memainkan ponselnya hanya untuk mengecek notifikasi akhirnya pesanannya pun datang, perempuan itu bisa melihat makanan yang ada di hadapannya sangatlah pedas dengan warna nasi yang biasanya ia pesan berwarna coklat kini berwarna merah dengan banyak cabai halus di sekitarnya membuat Allura menarik napas. Untungnya ia memesan air putih hanya minuman favoritnya untuk meredakan rasa pedas saat memakan makanan yang ia pesan.

Tanpa berpikir lama-lama Bismillah ia membaca doa makan dan langsung melahap semua makanannya. Suapan pertama tenang perempuan itu bisa menyeimbangi namun sampai suapan ke lima Allura sudah tidak tahan bahkan dia sudah habis 2 gelas air putih hangat. Kini mukanya sudah memerah hingga menahan ingusnya yang siap meler.

Tentu, menjadi pusat perhatian banyak orang. Mereka melihat perempuan yang tengah sendirian sedang kepedesan itu dengan tatapan aneh namun ada satu orang yang justru menganggap sangat lucu.

Ia langkahkan kaki besarnya mendekat ke arah perempuan yang stylenya menurutnya menarik karena tertutup semuanya kecuali wajah dan telapak tangannya yang putih. Namun style perempuan itu justru membuatnya menarik karena cukup menggemaskan jika di gunakan oleh perempuan itu.

"Gue yang abisin."

Hendak Allura ingin memakan suapan yang ke-6 namun sudah di tarik dengan tangan seseorang yang cukup besar di sampingnya yang berbeda 2 orang darinya, perempuan itu menoleh lalu mengernyit heran entah sejak kapan laki-laki itu duduk di sampingnya. Namun ia bernapas lega karena yang di gunakan untuk laki-laki itu makan bukan sendok miliknya namun milik Bude.

"Hah?"

"Kalau nggak kuat nggak usah sok-sok an makan. Mubazir."

Allura mengangguk antusias karena ia senang sudah ada yang melanjutkan nasi goreng pedas seperti bisikan iblis menurutnya, perempuan itu pun dengan masih suasana pedas memesan kembali satu gelas air hangat menujur Bude dengan tingkah yang sangat membuat cowok itu terkekeh karena gemas.

"Nama gue Nareswara panggil aja Nares." Allura mengangguk seraya masih fokus menetralkan rasa pedasnya yang masih terjait di dalam mulutnya yang tidak terlalu tebalnya seraya menyeka keringat dan ingus yang hendak keluar.

Tak lama kemudian bunyi bel istirahat terdengar berbarengan dengan suapan terakhir cowok itu, perempuan yang kini sadar bahwa istirahat ingin bertemu dengan seseorang tadi pagi yang hampir membuat ia tidak bisa menahan amarahnya, langsung bergegas merapikan dirinya lalu pergi meninggalkan Nares tanpa mengucap satu katapun.

"Nama lo siapa!"

Yang di tanya sedang buru-buru membuat ia tidak bisa berkonsentrasi hingga jawabannya lagi-lagi membuat Nares benar-benar berdecak gemas, "Kedokteran."

Perempuan itu dengan melangkahkan kaki kecilnya dengan sangat terburu buru mengingat istirahat hampir selesai, sungguh ia merutuki dirinya sendiri akibat minum banyak di kantin membuatnya harus bolak balik ke kamar mandi karena buang air kecil hingga kini 15 menit istirahat akan berakhir.

Dengan hembusan napas kasar karena begitu melelahkan hari ini lalu mengucap basmalah ketika menemui dosen killernya yang sudah ia duga pasti akan terkena omelan kembali.

"Assalamualaikum, Afwan Pak."

Allura berucap menunduk dengan nada melemah karena kelelahan berlari dari tadi sehabis ia kepedesan, sedangkan seorang pria di hadapannya menatap tajam dengan wajah datar melihat penampakan di hadapannya yang sudah membuat mood nya jelek hari ini.

"Telat 20 menit."

"Maaf pak tadi sa—"

"Nggak usah ngeles."

"Maaf."

"Buat makalah mengenai hypermesis gravidarum lalu cari tentang morning sickness apa ada hubungannya dengan masalah ngidam atau emesis gravidarum."

"Baik Pak. Kumpulinnya lewat mana Pak?"

"Email."

"Email Bapak apa namanya?"

"Nggak tau?"

"Nggak Pak. Maaf."

"Nama saya tau?"

"Maaf Pak nggak tau juga."

Menurutnya mahasiswi di hadapannya sangatlah unik dan berbeda dengan yang lainnya. Jika mereka berlomba-lomba ingin mengetahui sekedar namanya bahkan lebih tetapi mahasiswi yang ada di hadapannya sama sekali tidak perduli karena terlihat dari cara sosok di hadapannya menunduk. Ya dia mengetahui bahwa itu merupakan senjata untuk perempuan itu menjaga pandangannya.

Allura terkejut saat sosok di hadapannya memberikan secarik kertas dengan tulisan nama panggilan dan alamat email untuknya, tangan kecil nan putih yang terbalut handshock itu meraihnya dengan hati-hati agar tidak bersentuhan dengan tangan besarnya yang mengapit kertas itu sehingga menyisakan sedikit ruang agar tidak bersentuhan.

Setelah di ambil Allura bisa menahan napasnya lega karena akhirnya tangannya tidak menyentuh tangan besar dosennya, "Saskara." Gumam Allura membuat sang empu pemilik nama menengadah karena suara lembut itu, entah kenapa sekian banyak wanita yang memanggilnya hanya mahasiswi di hadapannya yang mengucap namanya dengan nada lembut.

"Di kumpulin besok."

"Hah? Nggak salah Pak."

"Apanya yang salah?"

"Berarti saya hanya ada waktu semalam untuk mencari semua yang Bapak suruh sama saya."

"Ya."

"Nggak bisa di undur Pak? Lusa misalnya?"

"Jangan bantah!"

Allura hanya bisa terus beristigfar dalam hati seraya memohon sama Allah agar dosennya ini di berikan kelembutan hatinya dan di ampuni segala dosanya karena memaksa mahasisiwinya di luar batas kemampuannya.

"Baik. Saya permisi. Assalamualaikum." Dosen yang kerap di sapa dengan Saskara mengangguk seraya bergumam mengucap salam dari mahasiswinya.

🕊Hai, Assalamualaikum, ini cerita pertama kali yang saya buat melalui aplikasi webnovel. Mohon bantuannya, salam Nay🕊