🕊Baru satu langkah aja udah buat sesak gimana mau langkah bersama dengan banyak langkah?🕊
Hawa panas membasahi badan kekar putih nan tegap seorang bertitle dr yang telah selesai melakukan rapat bersama teman sejawatnya di dunia kesehatan. Laki-laki itu menghembuskan napasnya dengan maksud sangat lelah hari ini dan kepalanya penat, lalu ia edarkan mata tajamnya ke arah hadapannya yang terpampang pintu menjulang tinggi berwarna gold yang sedikit terbuka menunggu kehadirannya sedari tadi.Â
Tangan besarnya dengan cekatan mengambil baju kaos berwarna hitam berlengan pendek, lalu langsung melepas pakaian formal berupa kemeja biru mudanya yang sudah berganti navy di karena keringat yang membanjirinya.
Katakan, hari ini laki laki itu sangat gugup mengenai kasus hari ini yang ia dapatkan dari Rumah Sakit dan di mintai laporan oleh kepala ruangan ahli bedah yang merupakan professor. Hawa dingin di dalam mobil pun dapat mengeluarkan peluh keringat hingga basah menembus bajunya.Â
Setelah di rasa sudah rapih dan beres, laki laki itu langsung membuka knop pintu samping kemudinya seraya menutup kembali. Setelah beres, kaki panjang nya pun dengan beralas sendal berwarna hitam menimbulkan bunyi menuju pintu gold tersebut.Â
Mata tajamnya menari nari juga terkesiap saat kakinya melangkahkan kakinya ke dalam ruangan yang sudah 30 menit yang lalu menunggu kehadirannya, sangat unik menurutnya.Â
Dinding serta hiasan di dalamnya penuh kisah tersurat dari negara Korea, Jawa dan Sunda. Tau darimana? Karena sebelum laki laki itu kesini, sempat bertanya dengan kedua orang tuanya karena dari luar saja sudah menarik perhatian dengan bangunan yang menurutnya sangat unik untuk di daerah perumahan yang cukup elit ini.Â
Semakin kedalam langkah kakinya berderap, semakin bising indra pendengaran yang laki laki itu dengar di balik daun telinganya yang tampan seperti wajahnya. Asiap.Â
"Maaf terlambat."
Ucapnya datar saat mendengar kedua orang tuanya sedang membicarakannya, laki laki itu dengan cepat mempercepat langkah kakinya karena tidak ingin kedua orang tua yang ia sayang membicarakan aneh aneh tentangnya.Â
"Aduh Saska, ngangetin Ayah sama Bunda tau."
Dengan wajah datarnya laki-laki itu berdehem merasa suasananya menjadi kikuk. Lalu, tak lama Ceysa yang biasa laki laki itu panggil Bunda memperintahkan dirinya untuk duduk di hadapan seorang perempuan berbadan mungil dan putih yang sedang tertunduk di bawah, ia yakin perempuan di hadapannya sedang memainkan ponselnya.
'Ternyata dia orangnya Er.'
Laki laki itu masih penasaran dengan wajah dari sosok di hadapannya membuat ia memaki menyumpah serapahi perempuan yang berada tepat di depan lurus mata elangnya sedang menatap.
Nazia berdehem, "darimana aja kamu Sas?"
"Hari ini ada meeting sama Professor mengenai pembedahan jantung pasien pengidap gagal jantung. Percobaan Saska pertama kali, Yah."
Nazia hanya menganggukkan kepalanya patuh, karena sudah mengetahui tabiat sang anak yang jika di tanya mengenai pekerjaannya atau jawaban yang mengenai pekerjaan laki laki itu akan semangat, berbeda jika di tanya mengenai di luar konteks. Sosok itu akan dingin, dan irit bicara.Â
Deg. 'Suara itu. Kayaknya Aura kenal suara rese ini.'
Lama menunduk dengan penasaran yang semakin membakar benaknya, tanpa memutuskan bercakap dengan hati kecilnya Allura menengadah wajahnya untuk melihat siapa sosok di hadapannya yang memiliki suara familiar yang enggan ingin ia temui.Â
What!
Bola mata coklat terangnya berhasil terpenjara oleh iris mata hitam legam menusuk sosok yang berada di hadapannya kini sedang menampilkan wajah datar dan dinginnya. Seperti wajah tembok menurutnya, datar.Â
Allura hanya menggelengkan kepalanya karena ia tidak mengerti dengan kejadian hari ini yang sudah menimpanya, sangat membuatnya berpikir bahwa 'tidak masuk akal.'
Sama hal tersebut juga di rasakan oleh Saskara. Ya, laki laki itu adalah Saskara. Dosen dingin, datar dan otoriter menurut perempuan yang ada di hadapannya. Laki laki itu juga sama terkejutnya bahwa sosok di hadapannya adalah mahasiswi tadi pagi yang berhasil membuat mood-Nya buruk.Â
"Kamu!"
"Bapak!"
Mereka semua yang berada di ruangan kotak penuh hidangan terkejut karena kedua makhluk insan yang kini akan menjadi pembahasan hari ini sudah saling mengenal. Apalagi Ceysa dan Kana sangat bahagia.
"Kalian sudah saling mengenal?" Goda Ceysa melirik Leena yang juga sama penasarannya.Â
Allura dan Saskara mengangguk berbarengan dengan sorot mata menatap tajam satu sama lain. Mereka ber4 tidak lain adalah Ceysa, Kana, Leena dan Nazia senang mendengarnya.Â
"Kenal dimana sayang?" Kini Leena bertanya dan dengan cepat Allura menghadap sang bidadari dalam kehidupannya dengan perasaan yang menggebu gebu.
Allura mengesampingkan tubuhnya menghadap wajah Leena, "itu Umma. Dosen otoriter, wajah datar berhati dingin yang ngasih tugas Aura banyak banget tadi sore udah gitu di kumpulinnya besok lagi,  Aura kan cuman terlambat 2 menit Umma padahal peraturan kampus batas waktu terlambat 15 menit."
Bukannya Leena marah dengan apa yang barusan di katakan putri sulungnya namun tertawa di ikuti semua makhluk yang berada di ruangan kotak ini kecuali seperti biasa Saskra sang pemilik wajah datarnya.
Mereka tertawa karena perempuan mungil itu berbicara dengan nada seperti anak kecil berumur 5 tahun, cempreng dengan wajah yang sanga manis yang tidak terpoles apapun hanya bedak saja.
Saskara pun mengakuinya. Perempuan di hadapannya berbeda 180 derajat jika di area kuliah dan di rumah, walaupun sama sama tidak menggunakan make up. Namun, laki laki itu menyukai apa yang di kenakan perempuan di hadapannya dengan pakaian yang simple dengan gaya rumahan.
Ceysa dan Kania bernapas lega dengan senyuman yang terus menghiasi wajah dengan paras tampan dan cantik mereka membuat kening Allura mengernyit membentuk gelombang karena penasaran sedangkan Saskara? Dia diam, seperti biasa.Â
Leena dan Nazia pun sama menghela napas lega mendengar kenyataannya, "alhamdulillah jika kalian sudah mengenal. Karena kedatangan kami kemari, membawa niat baik untuk Kamu, Aura. Yaitu melamar Allura, putri Nazia dan Leena. Sahabat, lama saya."
🕊Maaf kalau ada typo, salam Nay🕊