Chereads / Beautiful Peach Blossom / Chapter 6 - BAB 6 "Awal Berjumpa"

Chapter 6 - BAB 6 "Awal Berjumpa"

Malam pun berganti menjadi pagi, para mahasiswa dibangunkan oleh suara gong yang ditabuh di pintu masuk aula utama yang dijadikan kamar para siswa. Sehingga, siswa yang malas bangun pagi pun akan langsung terbangun saat itu juga karena bisingnya suara gong mampu memekakkan telinga siapapun mereka.

Karena hampir semua siswa serempak saat bangun pagi, sehingga antrian mandi pun tak terelakkan, para siswa saling dorong dan menggedor pintu kamar mandi umum yang mana satu kamar mani umum waktu itu hanya mampu dipakai untuk sepuluh orang saja. Sisanya ada yang memutuskan untuk tidak mandi.

Kurang lebih satu jam kemudian semua siswa dipanggil untuk keluar aula untuk berbaris mendengarkan pidato dari salah satu menteri dari istana. Beberapa mahasiswa ada yang sudah berbaris rapi sesuai dengan baju bagi para pria kerajaan lengkap dengan topi khas mereka. Selain itu, sisanya adalah siswa yang tidak tertib seperti tidak memakai atribut yang kemarin dibagikan serta tidak rapi dalam memakai pakaiannya.

Yang memberi sambutan pagi itu adalah menteri keuangan shin Dongwook, dia termasuk salah satu menteri yang memiliki karir yang cemerlang, dalam beberapa kebijakan yang diambil oleh raja ialah ide dan usulan darinya itulah sebabnya ia menjadi salah satu menteri yang turut dipertahankan kedudukannya oleh raja agar terhindar dari segala fitnah dan berbagai konspirasi. Tuan menteri langsung berdiri dari kursinya dan memulai berbicara. Hanya saja saat ia hendak mulai berbicara pintu belakang yang letaknya sebelah kanan terbuka dengan keras dan seorang pria yang berpakaian baju bangsawan lengkap jatuh tersungkur dengan keras karena tersandung oleh bawahan pintu tersebut.

Sontak saja kejadian itu menjadi pusat perhatian bagi semua siswa yang ada di sana. Siswa tadi menjadi salah tingkah, tentu saja ia malu karena ia tahu ia terlambat datang menghadiri apel pagi, matanya langsung tertuju ke atas podium dimana sang menteri keuangan sedang berdiri dan hendak berpidato. Hanya saja ia langsung terkaget sehingga jatuh lagi ke belakang, para siswa yang melihatnya pun tertawa begitu juga dengan para kasim dan prajurit yang berjaga di sekeliling lapangan.

Siswa itu tak lain adalah hansung, setelah bangun paling awal dia memutuskan untuk menjadi siswa pertama yang berpenampilan rapi dari siswa yang lain. Hal itu dikarenakan ia adalah siswa perempuan yang sedang menyamar diantara ratusan siswa laki-laki sehingga tidak mungkin jika ia harus mandi berbarengan dengan beberapa laki-laki. Ia bahkan sengaja bangun tengah malam agar bisa mandi dengan aman tanpa ada yang melihatnya.

Hanya saja setelah ia mandi dan bersih-bersih diri ia memutuskan untuk menjelajahi taman yang ada di dekat kelas yang menjadi tempat belajar mereka. Ia melihat ada arena memanah, arena bermain bola, dan berbagai permainan yang melatih fisik pria nantinya. Salah seorang pembersih istana memanggilnya lalu menyuruhnya untuk ke lapangan aula yang menjadi tempat diadakannya upacara pertama setelah penerimaan semua siswa dari seluruh negeri.

Hansung langsung menundukkan kepala dalam dan kembali berjalan ke barisan belakang dimana di sana ada beberapa tempat yang belum terisi. "hansung-ah!", dia terkejut mengetahui bahwa pria di depannya yaitu kim seonho. Seketika itu juga ia tersenyum lalu kembali menghadap ke depan. "kenapa depanku selalu seonho?"

"kau pasti senang mendapatkan teman seperti aku" balas seonho tanpa menolehkan kepala. Hansung lalu kembali memusatkan perhatian kepada menteri yang hendak memberikan sambutan pada upacara pagi itu, hanya saja ia merasa aneh karena ia merasa pria itu seperti sedang memperhatikannya dengan seksama "apa karena aku terlambat tadi? Atau karena apa?, apapun yang terjadi aku tidak boleh keluar dari akademi ini. Pria tua sombong itu ternyata masih hidup sekarang" pikir hansung.

"baiklah anak-anak, saya ucapkan selamat pagi dan salam sejahtera untuk semuanya. Saya shin Dongwook, dari menteri keuangan akan memberikan sambutan kepada kalian semua yang hendak mengikuti akademi ini sebagai sarana dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas dari para pegawai yang mengikuti ujian Negara"

"shin Dongwook, aku tak akan berada di tempat ini seandainya aku tidak memperjuangkan nama hansung. Hanya saja sepertinya niatku sekarang berubah, bukankah lebih seru jika aku bisa membalaskan dendam ibuku dan kakakku secara langsung di tempat ini? Aku juga yakin, wajahku sudah Nampak asing di mata Shin Dongwook yang tak lain adalah, ayahku"

###

Setelah upacara berlangsung singkat itu mereka semua diarak ke sebuah aula yang menjadi tempat pelatihan pedang bagi para prajurit. Disana mereka hanya dipilih bagi siswa yang berpakaian rapi dan lengkap.

"kau, perbaiki seragammu terlebih dahulu baru kau boleh kembali ke sini lagi" kata penjaga pintu kepada salah seorang siswa yang tidak berseragam rapi.

"hansung, kenapa kau sedari tadi tidak menjawabku?" bisik Seonho dari belakang telinganya hansung. Hansung berusaha tidak mengacuhkan seonho, ia tahu seonho adalah teman yang sangat baik namun ia tidak menghendaki jika seonho mengajaknya berteman hanya karena hansung berasal bukan dari bangsawan. Hal itu ia ketahui saat malam sebelumnya ia tidur ia pergi berjalan-jalan sebentar dan tak sengaja mendengarkan perbincangan para anggota elite istana.

"Seonho, kenapa sih kau berusaha banget berteman dengan dia?" Tanya sungmin. "entahlah, kau tahu? Seperti biasa aku sedang berkeliling istana menyamar menjadi rakyat biasa dan aku tentu saja tertarik dengan calon peserta akademik haeseok ini. Akhirnya aku mencoba masuk melalui gerbang utama seperti peserta lainnya dan saat itulah aku melihat hansung untuk pertama kalinya. Entah kenapa, semua pusat alam semesta bertekuk lutut padanya. Dan itu adalah pertama kalinya aku merasa aneh melihat seseorang dalam hidupku, meskipun jujur pakaiannya tidak sebagus dari bangsawan lainnya akan tetapi ada sesuatu di tatapan matanya yang tak bisa ku ketahui dan aku ingin tahu hal itu" jelasnya seonho bersemangat, sungmin yang bahkan tak pernah merasa aneh dengan seonho meskipun sifat asli sehari-harinya selalu aneh tapi penggambaran hansung dari seonho membuatnya merasa aneh.

"Entahlah seonho, aku mau kembali ke aula. Aku ingin tidur" sungmin pun meninggalkan seonho yang masih duduk memandang langit berbintang malam itu. Sepeninggal sungmin disana hansung masih berada di tempat persembunyiannya. Ia sebenarnya membutuhkan teman disini, akan tetapi mendengar perkataan seonho yang sudah ia percaya tadi merasa sedikit terluka. Ia takut, jika sebenarnya yang dimaksud seonho sebenarnya adalah bahwa seonho aslinya sudah tahu kalau hansung adalah seorang gadis.

"Emangnya salah jika aku ingin berteman dengan rakyat biasa? Aku kan aku, orang tuaku yaa orang tuaku" kata seonho sambil mengangkat tangannya seolah dirinya hendak mengambil bintang di langit. "aku hanya ingin berteman dengan orang yang miskin, karena kalau dia miskin dia pasti tulus, berteman dengan orang kaya pasti hanya membesarkan nama dan relasi, semoga hansung adalah teman yang baik" namun sayang, saat ia mengatakan hal tersebut hansung mendengarkan semuanya. Hatinya sedikit terluka, ia bisa saja memilih untuk tetap menjadi orang kaya dan tinggal di istana tapi ia membuang itu semua.

Sepeninggal hansung, seonho masih di bawah pohon tempat ia duduk bersama sungmin sebelumnya.

###

Seonho masih duduk di samping hansung, meskipun sepanjang jalan masuk ke aula dia tetap diam. Seonho juga ikutan diam, tapi ia tidak marah ia hanya menunggu waktu yang tepat untuk bisa bertanya pada hansung. Para calon mahasiswa akademi haeseok sedang duduk melingkari ampiteater raksasa, dimana jika seseorang berbicara di tengah maka akan terdengar dari seluruh sisi ampiteater tersebut.

Seorang berpakaian rapi dengan kumis panjang hingga sedagu sedang menaiki podium di tengah ampiteater, dialah ketua dari semua guru yang ada di akademi haeseok, namanya guru jin. "selamat pagi semuanya, menjelang siang ini ku harap kalian masih semangat sama seperti saat kalian bangun pagi. Benar begitu bukan?"

Seonho memperhatikan hansung dengan seksama, awalnya ia ingin mengajaknya berbicara akan tetapi niat itu ia urungkan mengetahui bahwa pusat perhatian hansung sekarang adalah kepada pidato singkat guru jin. "sebelum kesini kalian mendengarkan pidato dari menteri keuangan yang bernama shin dongwook. Beliau termasuk salah satu orang yang berjasa dalam perkembangan pendidikan di akademi haeseok ini. Saya yakin semua yang hadir dalam ampiteater ini adalah orang yang hebat yang akan menjadi orang lebih hebat nantinya. Betulkan? Baiklah langsung saja kenapa kalian semua dikumpulkan disini?" pertanyaan guru jin membuat semua siswa saling berbisik mengenai hal apa yang akan terjadi selanjutnya.

Keluarlah dua orang sambil membawa papan besar yang tertutup tirai untuk dibawa ke tengah. Setelah diletakkan kedua orang itu tetap berdiri disana kemudian guru jin membuka kain penutup tersebut. Semua siswa terbelalak melihat tulisan yang ada dalam papan tersebut.

Ada beberapa ranking yang dipakai dalam penentuan rumah mana yang akan menjadi tempat tinggal para mahasiswa. Tentu saja rumah atau asrama idaman semua calon mahasiswa adalah asrama bongsul atau asrama yang sering disebut dengan asrama angkasa. Dimana untuk mendapatkan semua fasilitas di asrama itu para mahasiswa harus mampu mendapatkan setidaknya 7 peringkat teratas diantara ratusan mahasiswa yang mendaftar.

Salah satu ketentuan untuk menjadi peringkat di atas adalah memiliki bakat dan keterampilan layaknya kesatria yang nantinya akan melindungi raja. Beberapa keterampilan yang akan diujikan ialah, kemampuan berpedang, memanah, gulat, bela diri, berfilsafat, dan bersastra, serta beberapa bakat lainnya yang bisa saja dimiliki oleh orang tertentu dan tidak dimiliki oleh mahasiswa yang lain.

"berpedang, aku tidak mau berpedang. Buat apa kita bisa berpedang? Lagupula kita kalau jadi pejabat kan kita punya ajudan, tentu ajudan kita yang harus pandai bermain pedang bukannya kita, begitu bukan?" hansung mendengar perbincangan yang ada di belakangnya. Ia merasa inilah kesempatannya, ia bahkan diajarkan langsung oleh master pedang selama ini, yaitu paman hanlong.

"hansung, aku mau menampilkan kemampuan memanahku. Kau apa?" tiba-tiba seonho bertanya. Mendengar pertanyaan dari seonho, hansung merasa ia tidak berhak memarahi seonho hanya karena ingin berteman dengannya. Meskipun alasannya tidak masuk akal, tapi setidaknya seonho tidak pernah mencoba untuk mempermalukannya di depan umum.

Hansung menatap air muka seonho, disana ia melihat ketulusan yang benar-benar murni, "sepertinya aku tidak bisa memarahinya terus hanya karena kemarin, tentu saja. Kemarin itu bukanlah perbuatan seonho, tapi perbuatan anak lain jadi kenapa aku harus marah padanya?��� pikir hansung.

"kau bisa memanah? Benarkah? Wah kau hebat sekali!" puji hansung.

Mendengar pujian dari hansung, seonho merasa bahwa hansung sudah tak marah lagi padanya. "ah, tidak juga. Aku masih perlu belajar lagi. Hanya saja jika dibandingkan dengan dohyun, sungmin, hyunsang, apalagi dasong aku lebih baik dari mereka" katanya bersemangat.

"itu berarti kau benar-benar hebat seonho. Kalau aku…. Jujur, jangan tertawakan aku ya?" kata hansung

"kenapa harus menertawakanmu?" seonho bingung. "ehm, karena aku ingin menampilkan kemampuanku dalam berpedang" kata hansung apa adanya tanpa dibuat-buat.

"kau berpedang?" Tanya seonho takjub.

Hansung hanya mengangguk, "kau kebat sekali! Kau pasti cocok dengan sungmin. Ayahnya sungmin adalah seorang panglima perang kerajaan ini, aku rasa kau bisa berlatih bersamanya" saran seonho. "benarkah?" hansung merasa senang.

"tunggu, apa aku tidak salah dengar? Salah satu diantara akan menampilkan kemampuan berpedang? Hahahaha" Tanya orang yang di belakang hansung saat itu. Ia benar-benar kesal sekarang, ia ingin segera pergi dari tempat itu hanya saja guru jin masih ada di tengah ampiteater.

Hansung ingin segera memberi mereka pelajaran untuk tidak mengejek orang dengan mudahnya. Hanya saja, pandangannya teralihkan oleh seorang berbadan kekar yang ada di belakang. Orang it uterus menatapnya dengan tatapan yang tidak ramah. "sepertinya itu perasaanku saja"

Hansung mencoba untuk menghadap ke depan. Tapi tak tahan hingga akhirnya ia menghadap ke belakang lagi, benar saja orang kekar tadi masih menatapnya dengan tatapan tajam. "apa aku pernah bertemu dengan orang itu? Rasanya tidak asing, tapi dia siapa?" pikir hansung.