Chereads / Beautiful Peach Blossom / Chapter 12 - BAB 12 "Pertandingan Penentuan"

Chapter 12 - BAB 12 "Pertandingan Penentuan"

ROSE AND SUNSET

Mereka pun berlari semakin kencang, karena terdesak mereka memasuki sebuah bangunan tertutup dan usang, ia tidak tahu bangunan apa itu sebenarnya. Akan tetapi jika diperhatikan bangunan itu seperti sudah dikosongkan selama beberapa bulan. Ada beberapa lubang di tembok bangunan tersebut.

Mereka berdua juga mengintip keadaan luar dari lubang tersebut. Dua orang prajurit berhenti tepat di depan mereka, sehingga wonbi dan pria terebut bisa melihat dengan jelas. "tunggu sampai mereka lengah dan benar-benar pergi" ucap pria itu, akan tetapi sepertinya tidak didengarkan oleh wonbi karena sekarang ia malah sudah menjelajahi rumah kosong itu lebih jauh lagi.

"hei, apa yang kau lakukan?" panggil laki-laki tersebut. "hm?" hanya melihat-lihat ada apa saja di bangunan ini, kau mau ikut ke atas?" kata wonbi.

Pria itu membuntutinya untuk naik ke atas tangga. Benar-benar kosong, tidak ada apapun di ruangan atas bangunan tersebut selain beberapa tiang yang masih berdiri kuat. Ada sebuah pintu besar yang mengarah keluar bangunan, setelah dibuka udara segar menyeruak mengisi kepengapan dari rumah tersebut. "hei, keluarlah. Selagi prajurit tadi mencarimu biarkan mereka lengah lalu kita bisa kabur setelah itu" kata wonbi.

"oh iya, sebenarnya kau siapa si? Sampai dicari dan dikejar prajurit istana. Aku harap kau bukanlah pencuri atau semacamnya" lanjut wonbi.

"kau berpikir terlalu jauh nona" kata pria tersebut. "tapi, pemandangan di luar sini tidak buruk juga" lanjut pria tersebut berusaha mengalihkan topic pembicaraan.

Wonbi mengalihkan perhatiannya dan benar saja pemandangan dari rumah usang ini tidak buruk juga. Wonbi memandangi pemandangan di kejauhan dengan bertumpu pada kedua siku tangannya di balkon sedangkan pria tersebut hanya memandangi sambil melirik wajah cantik gadis yang disampingnya.

"cantik bukan?" Tanya gadis itu tiba-tiba. Membuatnya tergagap karena tertangkap basah oleh gadis itu sendiri.

"oh, maksudku, maaf…" kata pria itu tergagap.

"iyakan? Lihat deh, kita bahkan bisa menangkap bayang-bayang gunung baekdu dan ada pula tanah persawahan di bawah bukit kyusu, huft. Pemandangan disini sangat indah, aku mau kerumah ini lagi kalau…" belum sampai wonbi menyelesaikan kalimatnya ada kayu yang patah yang menjadi sandarannya di balkon menyebabkan wonbi hampir terjatuh ke bawah.

"kau tidak apa-apa?" Tanya pria tadi.

"huum, aku tidak apa-apa" jawab wonbi.

Namun siapa sangka kalau prajurit yang sedang mengejar pria tadi ternyata sedang lewat di bawah dan patahan kayu dari balkon tadi mengenai tepat di kepalanya. "oh tidak!" teriak wonbi.

"pangeran ada di atas!" teriak prajurit tersebut diikuti kedatangan prajurit lainnya dari berbagai arah seolah-olah suaranya seperti gong yang terdengar di seluruh sudut istana. "cepat lari" pria yang disangka pangeran tadi langsung menarik pagelangan tangan wonbi dan mengajaknya untuk menuruni tangga tempat mereka naik tadi.

Namun sialnya, beberapa penjaga sudah masuk ruangan tempat mereka masuk tadi. Sehingga mau tidak mau mereka harus mencari jalan lain selain dari tangga. "apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" Tanya wonbi.

"kau, harus percaya padaku!" pria tadi pun menarik tangan wonbi akan tetapi wonbi bersikeras menolak tangannya ditarik lagi. "kau ini siapa? Kenapa kau sampai dikejar oleh prajurit sebanyak tadi? Kalau kau penjahat lebih baik kau pergi sendiri dan jangan mengajakku ikut denganmu" kata wonbi. Namun, sepertinya perkataan wonbi tidak memengaruhi pria tersebut, malahan pria tadi mengambil sebuah tongkat panjang di dekatnya dan meletakkannya di pegangan pintu untuk menghalangi prajurit agar tida bisa mendekati mereka.

"aku tahu kau berpikir aku pria yang buruk, tapi sungguh aku tidak seperti yang kau pikirkan dan sekarang kau harus percaya padaku, oke?" kata pria tersebut sambil mengulurkan tangannya. Wonbi semakin bingung ia tida tahu apakah tindakannya benar atau salah.

"tidak, aku tidak bersalah dan aku akan menetap disini. Mereka nanti juga pasti akan mendengarkan apa yang kukatakan" kata wonbi penuh percaya diri.

"aduh, ini tidak seperti yang kau kira. Ini rumit, mana ada orang yang akan percaya pada kau? Kau ini siapa?" Tanya pria itu tidak sabar. Wonbi menyadarinya, ia bukanlah siapa-siapa. Ia tidak tahu nantinya apakah kejujurannya akan dinilai juga atau tidak akan didengarkan oleh prajurit istana. Ia bingung harus bagaimana.

"sudahlah, tidak ada waktu lagi. Ikutlah denganku" saat itu juga pria tadi menarik pegelangan tangan wonbi dan mengajaknya melompat dari lantai dua rumah usang tersebut. Saat itulah pintu yang mereka kunci menggunakan tongkat terpental menyebabkan beberapa pasukan istana keluar.

Sedangkan mereka berdua mendarat di atap rumah orang dan berguling-guling hingga akhirnya mereka jatuh di sebuah gerobak di dekat gerabah dan gentong besar lainnya. "aw, sakit sekali" keluh wonbi.

Mereka berdua pun saling berpandangan, tidak sengaja karena saat itu posisi jatuh mereka yang berhimpitan dan wonbi berada di atas tubuh pria yang dipanggil pangeran tadi. Merasa malu karena ditatap terlalu intens wonbi pun akhirnya memalingkan muka sambil berkata, "aku minta maaf" dan saat itulah pria tadi tersadar dan membiarkan lengannya yang merengkuh tubuh gadis tadi lepas.

Baru sekian detik ia melepas rengkuhannya ia kembali menarik wonbi ke dalam pelukannya bahkan lebih erat sebelumnya sambil membenamkan kepala wonbi ke dada bidangnya, "apa yang kau lakukan!" wonbi memberontak ingin melepaskan diri dari rengkuhan pria tersebut.

"tak bisakah kau diam? Prajurit tadi sedang melewati daerah sini! Diam atau nanti ketahuan!" kata-kata pria itu membuat wonbi terdiam cukup lama dan menuruti pria itu untuk tetap berada di posisi yang sebenarnya membuatnya cukup malu.

Setelah beberapa saat berlalu saat keadaan dirasa cukup aman untuk keluar, akhirnya mereka pun memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyian mereka. mereka mulai berjalan pelan seolah-olah tidak ada yang mengejar sama seperti sebelumnya. Ketika memasuki suatu jalan besar mereka pun celingukan kanan kiri untuk memeriksa apakah prajurit yang mengejarnya tadi masih berkeliaran atau bukan. Untungnya sudah tidak ada prajurit yang tersisa, "sepertinya kita aman" kata pria tersebut.

"ya ampun, aku melupakan sesuatu!" jeritan gadis ini membuat pria tadi mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih pada gadis ini.

"apa yang kau lupakan?" tanyanya penasaran.

"aku lupa, seharusnya aku tidak pergi begitu lama karena paman dan kakakku pasti khawatir dan menungguku untuk pulang. Aku pulang dulu!" pamit gadis tadi sambil mengangkat kedua tangannya sebagai tanda izin undur diri. Namun tangannya yang terangkat malah dicengkeram kuat pria tersebut, "kau mau kemana?" Tanya pria tersebut geram.

"apa yang kau lakukan? Aku mau pulang, paman dan kakakku pasti sudah selesai urusannya di ibukota dan mereka pasti menungguku untuk pulang ke rumah!" wonbi pun merintih meminta untuk dilepaskan cengkeraman tangannya.

"kau bukan warga sini?" tanyanya lanjut.

"tentu saja bukan! Aku warga desa Seiwon, ujung barat daya dari ibu kota ini. Iih, lepaskan!" wonbi tidak tahan lagi, akhirnya ia berteriak dan pria tadi melepaskan cengkeramannya. Mendapatkan dirinya telah bebas wonbi langsung berlari kea rah berlainan dari tujuan si pria tersebut, namun tanpa ia sadari bahwa pria tadi memandangnya sejauh ia berlari kemudian saat berbelok kea rah lain pria tadi perlahan mulai mengejarnya.

Di saat ia sudah sampai di persimpangan, ia melihat dua orang pria menaiki kuda dimana di salah satu kudanya menarik sebuah gerobak tertutup yang mana saat ia melihatnya wajah gadis tadi Nampak temaram saat membuka jendela gerobaknya. Akhirnya rombongan kecil itu perlahan maju dan menghilang di balik tembok perbatasan dan hamparan sawah yang luas.

Itulah saat pertama kalinya ia merasa telah jatuh hatinya pada seorang gadis yang bahkan tidak ia ketahui namanya. Namun, dirinya tidak sebodoh itu ia bahkan telah mengambil salah satu perhiasan gantungan bunga bakung yang dikenakan gadis tadi. Baginya tanda milik gadis itu akan ia gunakan sebagai jimat agar ia bisa dipertemukan dengan gadis itu suatu hari nanti. Ia masih berdiri di depan pintu gerbang utama sebagai sarana keluar masuknya warga dari kota lain menuju ibukota, saat itulah beberapa prajurit tadi yang mengejarnya setengah mati datang dan berhenti tepat di belakangnya hanya menyisakan jarak 10 langkah saja.

"pangeran lee hyunsang, kami mendapat perintah bahwa anda harus kembali ke istana sore ini!" kata prajurit yang berperan sebagai ketua di kelompok kecil itu.

"baiklah, sepertinya aku sudah terlalu lama di luar istana. Bawalah aku ke hadapan ayahku sekarang juga" kata pria tersebut yang tak lain dan bukan adalah lee hyunsang putra mahkota kerajaan.

###

Keesokan paginya, hansung sudah berada di luar aula. Dirinya melihat seekor kucing dan memberinya makan. Pagi itu matahari sudah bersinar terang menyengat, akan tetapi mahasiswa lainnya masih ada yang baru bangun tidur dan hendak mandi sedangkan hansung sudah siap dengan semua seragam dan bahkan dirinya juga sudah memakai topi bangsawan.

Ada beberapa mahasiswa yang sudah mandi dan berpakaian bersih melewatinya sambil tertawa kepada hansung. Hansung yang merasa ditertawakan kesal, "ada apa? Kenapa sampai segitunya meledekku karena aku kim hansung?" namun ia kembali berfokus pada kucing yang ada di depannya saat ini.

Tanpa ia sadari datanglah si kecil dasong dari belakang yang berteriak tepat di telinganya. Sehingga, hansung yang terkejut langsung terjungkal ke samping karena terkejut, baju seragam yang sudah ia kenakan dengan rapi agak kotor.

Sedangkan dasong masih di posisinya tertawa terbahak-bahak melihat posisi terjungkalnya hansung. "hei! Park Dasong, tidak bisakah kau memanggilu dengan baik-baik? Hah?" kim hansung langsung berdiri dan membenarkan letak topinya di kepala.

"maafkan aku, lagipula apa yang kau pakai?" dasong bertanya tentang baju yang sedang dipakai hansung. Tentu saja seragam bukan? Pikir hansung. "hei, hansung. Hari kelima ini ujian kita hanyalah ujian kemampuan fisik, bukan…. Kenapa kau pakai seragam ini? Segera ganti dengan seragam yang lain?" saran dasong.

"hah? Bukan ujian tentang intelektual? Terus kenapa tadi…. HWANG DOHYUUUUUUN!!" hansung segera kembali ke aula dan pergi mengganti seragamnya.

Seonho dan sungmin yang kebetulan lewat bingung, bertanya-tanya kenapa hansung yang biasanya ceria bisa menjadi semerah itu wajahnya. "Park Dasong! Apa yang terjadi dengan hansung?" Tanya seonho penasaran.

"kalian tidak lihat tadi baju seragam yang dipakai hansung tadi?" Tanya dasong kepada mereka berdua, melihat seonho dan sungmin saling bertukar pandang maka jawabnya iya, tapi tidak tahu apa penyebabnya. "seperti yang kuduga, kurasa dohyun telah menipunya bahwa hari ini adalah hari ujian tertulis untuk terakhir kalinya itulah kenapa dia memakai seragam yang salah" akhir dari penjelasan dasong diselingi ungkapan ooooh yang panjang dari mulut seonho dan sungmin.

"baiklah, kita tunggu saja dia. Kasihan kalau nanti dia masuk terlambat sendiri ke arena" mereka bertiga akhirnya bersama-sama bermain kucing yang masih makan makanan pemberian hansung.

Ketika hansung keluar dari aula tempat tidur umum mahasiswa dirinya yang awalnya marah-marah langsung melunak hatinya seketika dikarenakan ketiga orang terdekatnya menunggunya sambil bermain kucing. Ia tahu ia sekarang terlambat, tapi rasa setia kawan yang ditunjukkan oleh seonho, sungmin, dan dasong membuatnya sadar betapa beruntungnya ia memiliki teman seperti mereka.

"yuk, berangkat ke arena sekarang!" hansung sudah berganti pakaian. Setelah melihat orang yang ditunggu datang mereka bertiga kompak balik badan dan memandangnya dengan bangga, "wah, ini lho. Sahabat kita yang kurasa akan menjadi bintang akademi haeseok periode ini. Benar begitu dasong?" kata seonho merangkulkan lengannya ke bahu hansung. Kemudian dijawab anggukan mantap dari si kecil dasong.

Tidak perlu waktu lama lagi untuk mereka sampai di arena tujuan ujian hari kelima. Meskipun sedikit terlambat dibandingkan dengan mahasiswa lainnya mereka berempat tetap mendapatkan tempat duduk di tribun belakang. Tak lama setelah itu ketua penilai serta beberapa penilai lainnya juga sudah hadir dan duduk di kursi yang disediakan. Ketua penilai memasuki podium untuk menyampaikan beberapa sambutan mengenai tes akhir sebelum pembagian asrama dengan sistem pengurutan ranking.

Ada beberapa menteri yang juga hadir disana untuk melihat seleksi terakhir diantara semua mahasiswa yang telah hadir. "wah, ramai ya ternyata!" seru wonbi sambil mencoba melirik kea rah teman-temannya, namun ia terkejut karena melihat ketiga temannya Nampak membeku ketakutan. "ada apa?" lalu perhatian hansung pun beralih kea rah yang dipandangi mereka.

Masih dalam rasa penasaran ia mencoba bertanya pada dasong yang ada di sampingnya, "kamu kenapa?" tanyanya setengah berbisik. Dasong pun perlahan menoleh kepadanya dan menjawab dengan air mata yang tidak bisa dijelaskan. "kau tahu kan? Ayah-ayah kami tidak begitu akur sama lain?".