Chereads / Beautiful Peach Blossom / Chapter 11 - Bab 11 "Kenangan Masa Lalu"

Chapter 11 - Bab 11 "Kenangan Masa Lalu"

ROSE AND SUNSET

Ada yang memperhatikannya diam-diam selama ini adalah hal yang menakutkan baginya. Karena selama ia berada di desa ia dibiarkan hidup sebebasnya tanpa merasa ada yang mengawasi, bahkan paman hanlong dan hansung memberinya kehidupan yang bebas. Oleh karena itu, sifat yang timbul dari dalam diri wonbi adalah kebebasan dan keceriaan. Hal itu disebabkan karena menurut paman hanlong anak sekecil terlalu berat untuk mengalami penderitaan seperti yang dialami wonbi. Sehingga paman berusaha bagaimana caranya dia harus mengembalikan keceriaan seorang anak yang tidak berdosa.

Anak yang selalu bernama jaebum langsung berdiri dan tersenyum sinis kepada hansung. "jang jaebum, silakan pilih siapa yang akan kau lawan dalam pertandingan ini?" kata salah satu penilai.

Tanpa butuh waktu lama, jaebum langsung menunjuk hansung tepat di depannya. "kau mengenalnya?" Tanya dasong dengan suara gemetar.

"tidak" jawab hansung singkat. Tapi pikirannya sedang ruwet dan bingung. Ia tidak tahu bagaimana caranya agar bisa menang melawan pria bertubuh kekar di depannya. "hansung, kamu harus maju bagaimanapun caranya" kata seonho.

Hansung yang tidak tahu apa-apa hanya berdiri karena terdorong oleh seonho, sebenarnya seonho juga merasa bersalah karena asal mendorong orang yang belum siap. Tapi bagaimanapun juga tidak segera menghadap ia takut jika hansung akan didiskualifikasi. Hansung kembali memandang ke belakangnya, ketiga wajah temannya pucat. Sedangkan di sisi lain, sungmin bersorak menyemangati hansung yang sudah berdiri di tepi lingkaran.

Hansung sadar bahwa berdiri terlalu lama di tepi lingkaran juga akan mengurangi nilainya. Dia segera menguasai suasana hatinya, "sepertinya pria seperti ini sangatlah tangguh, aku mungkin sasaran empuk baginya sehingga aku akan kalah dengan mudah" pikir hansung.

"sudah siap?" kata penilai begitu aku sudah memasuki tengah lingkaran. Jaebum sangat agresif, dirinya menyerang hansung terlebih dahulu. Dengan sekali dorongan hansung langsung jatuh terjungkal ke bawah. "hansung, semangat!" kata sungmin di kejauhan. Suaranya yang nyaring mendominasi diantara banyak suara siswa lainnya.

"aku tidak boleh menyerah, mungkin aku akan kalah jika dibandingkan dengan tenaga tapi aku akan menang jika sudah bermain taktik" kata hansung pada dirinya sendiri.

Dirinya berusaha bangkit tapi pria itu langsung menyerangnya, akan tetapi hansung berhasil menghindar. Dia mengulur waktu dan mencari daerah kelemahan jaebum. Akan tetapi, ia tidak boleh menyerang di bagian vital. Ketika jaebum mencoba menyeruduknya ia berhasil memutar kepala jaebum akan tetapi kekuatan jaebum sangatlah kokoh. Sehingga meskipun dia berhasil menyingkirkan jaebum ia tetap terjerembab ke belakang.

Jaebum rupanya haus untuk menghabisi hansung, "entah kenapa jaebum seperti ingin menghabisi hansung dalam sekali waktu. Atau ini hanya perasaanku saja?" Tanya seonho pada dasong.

"entahlah, tapi hansung itu lemah. Aku takut dia akan mati dalam babak ini" perkataan dasong membuat seonho dan dohyun membelalakkan mata dan menatapnya awas. "jaga bicaramu bocah!" teriak seonho.

Meskipun begitu dohyun hanya mampu diam dan mengamati apa yang sebenarnya direncanakan oleh jaebum kepada hansung. Baju putih hansung dudah berubah seutuhnya menjadi warna coklat tanah dan wajahnya penuh dengan kotoran. Di sisi lain lingkaran sungmin sangat mengkhawatirkan kekalahan hansung dengan menggenggam erat tangan hyunsang. "hyunsang, apa kalau kalah di pertandingan ini akan langsung didiskualifikasi?" Tanya sungmin.

"masih ada waktu lagi beberapa tahun kedepan saat pembukaan dimulai" jelas hyunsang singkat. Hyunsang cenderung tidak peduli dengan keselamatan hansung, baginya itu adalah kesempatan emas karena ia tidak perlu mengalahkan orang terkuat di akademi saat ini. Ia merasa ia bisa unggul di beberapa keahlian lainya selain gulat.

Hansung sudah terlalu lama mengulur waktu, hal itu membuat kemarahan Jaebum memuncak dan ia pun semakin ganas saat menyerang. Ia hanya menginginkan kemenangannya saat itu. Sedangkan tenaga hansung sudah terkuras habis, ia seperti hanya menyisakan napas terakhirnya untuk bertahan setengah jam lagi. Jaebum mulai berdiri lagi setelah dilempar oleh hansung, ia sekarang sudah cukup puas mengurangi tenaga hansung. Seringai jahatnya muncul, ia menyeka hidungnya setelah itu ia meregangkan otot di lehernya. Ketika dia bersiap untuk berlari suara lonceng tiba-tiba menggema di seluruh sisi hutan.

"waktu sudah habis" ucap sang penilai.

"waktu habis?" kata hansung. "tentu saja, waktu habis. Kalian lupa? Tiap pertandingan antar dua orang akan diberi waktu sesuai dengan jam pasir yang ada disini" guru penilai menunjuk jam pasir yang berada di atas tiang yang dibawa langsung dari istana tadi pagi, "aku sempat tidak menyadari keberadaan jam pasir itu" kata hansung.

"tidak mungkin!" teriak jaebum. Ambisinya sirna pagi itu, ia tidak bisa lagi mengalahkan hansung. Ia pun hendak menyerang hansung saat itu juga, akan tetapi sungmin yang berada di dekat hansung langsung berdiri dan menjadikannya tameng untuk hansung sedangkan hyunsang menahan serangan dari jaebum dengan tenaganya dan tentu saja jaebum goyah dan jatuh ke samping karena ia tidak bisa mengontrol emosinya.

"hentikan semuanya!" teriak ketua penilai. "pertandingan akan segera dilanjutkan dan semuanya harap tenang kembali ke tempat masing-masing". Seketika itu hansung langsung kembali ke tempat duduknya semula di samping seonho dan dasong. "kau tidak apa apa? Hansung?" Tanya dasong, kemudian dijawab hansung hanya dengan anggukan kepala.

Hansung berhasil mengulur-ulur waktu agar dirinya bisa tidak kalah telak dari jaebum yang terkenal akan kekuatan fisiknya. "aku tidak tahu siapa jaebum sebenarnya, tapi entah kenapa aku merasa aku seperti tidak asing dengannya. Apa aku pernah bertemu dengannya sebelum ini?" Tanya hansung pada dirinya sendiri.

Tak terasa waktu sudah semakin sore, mereka pun digilir untuk pulang ke akademi secara beriringan. "argh, seluruh persendianku sepertinya sakit" hansung mengeluh sepanjang perjalanan. "kau ternyata kuat juga" komentar dasong.

"hei, hansung tentu saja kuat. Dia bahkan bisa mengalahkan sungmin dalam bermain pedang!" seonho menyahut.

"hei, kau jangan keras-keras" sungmin ternyata ada di belakang hansung seonho dan dasong. Sedangkan hansung yang mendengarnya hanya tersenyum malu dan menundukkan kepalanya. Tak lama setelah itu muncullah seseorang di sebelah kirinya, berlari dengan tergopoh-gopoh, "hansung! Aku tidak akan menerima kekalahan hari ini sebaiknya kau persiapkan dirimu untuk kalah dariku di lain hari!" ancam jaebum, setelah ia mengatakan hal itu ia langsung berlari menjauh dari mereka berenam.

"aku tidak tahu dia memiliki dendam apa terhadapku?" gerutu hansung.

"mungkin kau pernah bertemu dengannya sebelum ini, kau tidak sengaja melakukan hal yang mungkin saja ia bawa dendam sampai sekarang" kata hyunsang di belakang seonho, "oh, bisa jadi" sahut sungmin.

"hansung, kamu kan dari desa jauh. Kau belum pernah ke ibukota kan sebelumnya? Karena setahuku dia berasal dari klan jang. Bisa jadi jika dia punya dendam terhadapmu kau pernah menemuinya secara tidak langsung di ibukota?" kata sungmin.

"ey, mana pernah hansung kesini. Dia sendiri bilang waktu hari pertama bertemu denganku bahwa ia pertama kali ke istana hari itu juga!" jawab seonho.

"oh, tidak!" teriak hansung.

"kenapa?" Tanya mereka berlima hampir bersamaan.

"seonho benar, aku pertama kali ke istana kemarin saat hari pertama di akademi haeseok. Akan tetapi, sebelumnya aku pernah datang ke ibukota saat usiaku mungkin 14? 15?" jelas hansung.

"benarkah?" Tanya seonho.

Mereka semua terdiam, mungkin benar yang dikatakan hyunsang. Hansung pernah tidak sengaja membuat jaebum marah dan dendam yang mana masih diingatnya sampai sekarang. Sedangkan hansung masih berpikir keras, apa saja yang ia lakukan saat itu ketika di ibukota bersama hansung dan paman?

###

3 tahun lalu…

"paman! Kita sudah sampai ibukota!" wonbi berseru bahagia.

"kau gadis desa yang sagat norak" kata hansung. Mendengar kakaknya berkata seperti itu wonbi menjadi kesal dan mengerucutkan bibirnya. Sesampainya disana menggunakan kereta kudanya ia segera turun dan berlari kea rah kerumunan pasar.

"paman aku berkeliling dulu! Sampai jumpa!" kata wonbi sambil berlarian meninggalkan paman, hansung dan beberapa kuda lainnya.

"wonbi! Kau mau kemana? Nanti tersesat!" teriak hansung khawatir.

"hei, sudahlah. Dia butuh kebebasan, selama ini kau selalu mengekangnya untuk tidak kemana-mana. Biarkan dia menikmati kebebasannya untuk sesaat di ibukota.

Hansung mengkhawatirkan wonbi karena saat itu adalah saat pertamanya ia memasuki ibukota setelah diusir dari rumahnya 7 tahun lalu.

"wah, banyak sekali pernak-pernik untuk rambut disini" gumam wonbi pada dirinya sendiri.

Ia pun mendatangi beberapa toko untuk melihat koleksi obat-obatan disana. Ternyata cukup lengkap dan bervariasi, pantas saja paman sering ke ibukota karena disini semuanya serba ada, bahkan barang langka dari negeri barat pun rupanya ada juga. Tak lama setelah itu, ia berada di toko buku. "silakan nona cantik, buku apa yang hendak kau cari?" Tanya penjaga buku tersebut.

"ehm, aku mau lihat-lihat koleksi terlebih dahulu" kata wonbi.

Ia mencari-cari sepanjang rak buku yang sesuai dengan keinginannya, sejarah, sastra, dan pengobatan negeri asing tentunya. "ah itu dia" ia bersorak gembira ketika menemukan label pengobatan di rak pojok dekat dengan tembok. Ia pun mulai menyusuri buku-buku yang menarik untuk ia baca, akan tetapi baru saja ia pindah ke sisi rak satunya dia dikagetkan dengan sesosok manusia yang berada di pojok membaca buku pengobatan dasar.

"permisi tuan" sapa wonbi dengan sopan. Pria itu mendongakkan matanya menatap kea rah wonbi. Wonbi segera membungkuk dan menundukkan kepalanya, ia bermaksud untuk lewat dari lorong perpus yang tadi menjadi tempat duduk lesehan pria bangsawan ini. Seketika itu juga pria itu berdiri dan mendenguskan napas: kesal.

Wonbi segera menyelinap sedikit demi sedikit, lorong di rak bagian pengobatan cukup sempit untuk bisa dilalui oleh dua orang apalagi di sisi satunya merupakan tembok. "ah, ada buku yang kucari ternyata disini!" seru wonbi ketika dia tepat berada di depan pria tadi. Seketika pria tadi menahan napas diam terpaku memosisikan dirinya agar tetap berhimpitan dengan tembok.

Tanpa menyadari dengan apa yang dilakukannya, wonbi hanya melanjutkan membaca buku yang dia cari selama ini. Ia mulai membolak-balikkan halaman satu per satu. Manusia memang aneh, selalu mencari hingar binger dan keramaian yang terjadi di pasar. Barang antic dan perhiasan lebih menggoda daripada bau sedap kertas yang ada di perpustakaan, pikir wonbi. "nona, kau masih lama disini?" ucap pria itu tepat di belakang telinganya wonbi, napas panasnya mengalir di belakang tengkuknya. Wonbi yang awalnya fokus membaca menjadi terkejut dan seketika membalikkan badan.

"maaf tuan, aku tidak bermaksud berlama-lama. Baiklah aku akan keluar sekarang. Permisi" ucap wonbi sambil membungkukkan badan dan ia membalikkan badan hendak pergi dari sana. Akan tetapi, terdengar suara gebrakan pintu dengan kasar oleh beberapa orang.

"apakah kau melihat seorang pria masuk ke toko ini?" Tanya salah satu orang yang ikut menggebrak pintu. Wonbi mencoba mengintip di balik tumpukan buku di rak mengenai siapa yang menggebrak pintu toko buku tersebut. Itu adalah prajurit istana, dilihat dari seragam yang dipakai oleh gerombolan yang menggebrak pintu adalah prajurit istana.

"sial, mereka pasti sedang mencariku!" gerutu pria yang ada di belakang wonbi, siapa pria ini? Pikir wonbi. "kau! Harus diam. Jangan bergerak!" kata pria itu, dengan segera ia membekap mulut wonbi agar diam dan tidak bergerak. Wonbi semakin bingung, dirinya memang bingung dan takut tapi setidaknya dia cukup tenang untuk tetap bersembunyi di tempat sempit dan gelap ini. "aku tidak perlu dibekap begini kan?" gerutu wonbi dalam hati.

"ayo kabur sebelum mereka berhasil menemukanku disini" ucap pria itu. Perlahan-lahan pria itu berjalan pelan ke samping dan mencari celah untuk bisa dekat dengan pintu masuk dan kabur secepat yang mereka bisa. Para prajurit penjaga mulai meyusuri setiap lorong yang ada di antara rak-rak buku tersebut. Mereka berdua berjalan mengendap-endap untuk bisa dekat dengan pintu keluar, hanya saja di dekat pintu keluar terdapat satu prajurit yang masih berdiri berjaga disana. "ini hanya mempersulit saja" pikir wonbi.

Tapi tidak bagi pria di depannya, dengan sigap ia melempar salah satu buku yang cukup tebal ke prajurit tersebut. Dan benar saja, lemparannya tepat mengenai sasaran di kepalanya. Saking kerasnya ia langsung jatuh terjerembab ke samping sehingga kegaduhan itu menyadarkan beberapa prajurit yang ada di dalam, "tangkap mereka!" teriak salah stau prajurit yang mereka yakini sebagai kepala patrol saat itu. Wonbi dan pria yang tadi bersamanya segera keluar dan berlari sekencang-kencangnya.

Pria tadi menarik kuat pegelangan tangan wonbi, mereka pun berlari kea rah pasar agar bisa berbaur dengan keramaian yang sudah ada. Namun sayang, pasukan tadi menyebar begitu cepat sehingga beberapa jalanan di pasar yang akan mereka lalui ternyata sedang dijaga oleh prajurit tersebut.