Chereads / Beautiful Peach Blossom / Chapter 5 - Bab 5 "Siapa saja yang sudah tahu?"

Chapter 5 - Bab 5 "Siapa saja yang sudah tahu?"

Di salah satu sisi kota terdapat rumah seorang bangsawan yang tempat tinggalnya terpisah jauh dari istana. Dialah menteri keuangan Negara itu, shin dongwook. Shin dongwook adalah menteri keuangan yang sangat berjasa bagi perekonomian kerajaan, hingga lima tahun yang lalu dalam menghadapi krisis akibat serangan dari para kerajaan dari negeri lain mampu ia redam dan mampu mengembalikan kekayaan kerajaan menjadi lebih baik.

Di pagi hari itu, ia sedang berada di teras depan rumahnya. Sudah seminggu ini dia tidak ke istana dikarenakan persiapan istana untuk menyambut para calon mahasiswa baru. Ia sedang menikmati waktu ngeteh pagi hari ditemani oleh putri bungsunya yang bernama shin chaewon.

"ayah, kulihat raut muka ayah sangat bahagia pagi ini" Tanya putrinya.

"benar sekali nak, tahukah kau? Bahwa besok adalah hari dimana semua pemuda berbakat berkumpul untuk belajar di akademi haeseok?" kata ayahnya setelah itu ia menyesap teh yang dituang putrinya.

"benarkah? Sayangnya akademi itu dikhususkan untuk laki-laki ya?" kata chaewon merasa sedih.

"kenapa sedih, ayah kan sudah mendatangkan guru terbaik untuk datang ke rumah?"

Chaewon masih terdiam, "entahlah ayah, aku merasa aku kesepian selama ini. Aku tidak punya banyak teman wanita selain anak dari teman seperkumpulan ibu. Aku ingin berteman dengan orang banyak dari berbagai tempat, aku ingin tahu bagaimana keadaan mereka sebenarnya di luar sana, dan apa saja yang telah ia alami selama ini aku selalu mendambakan hal itu ayah" kata chaewon bersungguh-sungguh.

"rupanya kau orang yang berpikiran terbuka, aku suka pola pikirmu itu. Kau tentu akan punya teman banyak apalagi kamu cantik, baik, dan pintar. Akan ada banyak orang yang senang berteman denganmu nanti" kata ayahnya menenangkan putrinya.

"ayah, apa peran ayah dalam tahun ajaran saat ini?" Tanya chaewon dengan antusias.

"ayah tidak berperan apapun disini selain sebagaia penyedia sarana untuk melengkapi kebutuhan mereka dalam belajar, baik secara akademik maupun non akademik. Hanya saja ada satu harapan terbesar ayah yang sudah ayah tunggu-tunggu sejak dulu" katanya penuh harap sambil mengamati beberapa orang yang berlalu lalang di jalanan depan rumahnya. Teras rumahnya dibuat bertingkat sehingga dengan duduk disana ia bisa mengamati orang yang berlalu lalang tanpa harus keluar rumah.

"harapan apa itu ayah?" Tanya chaewon antusias.

"hanya harapan kecil ayah yang ayah tanam hingga menjadi harapan sebesar pohon sakura belakang rumah, hahahaha" ayahnya menjawabnya dengan bahan candaan agar putrinya tak bertanya terlalu banyak.

"aka nada saatnya nanti kau akan tahu, putriku" kata ayah menenangkan putrinya.

Sedangkan chaewon yang masih diselimuti rasa penasaran hanya diam dan tersenyum manis sebagai rasa bakti pada ayahnya. "baik ayah, silakan minum tehnya lagi" chaewon akhirnya menuangkan satu cangkir kecil the untuk ayahnya.

Entah kenapa mimpiku semalam terasa begitu nyata, Wonki… wonbi… akankah ayah bisa memiliki kesempatan menemui kalian lagi? Ucapnya dalam hati.

###

Kim seonho sudah duduk dengan rapi di depan ayahnya, "ayah marah padaku?" tanyanya ketakutan.

"untuk apa marah? Seharusnya memang iya, tapi untuk ukuran sepertimu kemarahanku sepertinya tidak berguna. Ayah hanya ingin memberitahumu, masuklah ke asrama bongsul, bagaimanapun juga namamu akan dipertimbangkan nantinya jika kau berhasil masuk ke asrama angkasa tersebut" katanya kim bongha kemudian ia menyesap teh di depannya.

"asrama bongsul? Yang di atas bukit dekat danau bunga itu? Kenapa aku harus masuk kesana?" kata seonho penasaran.

"itu adalah asrama khusus untuk pelajar yang memiliki nilai prestasi lebih dibandingkan peserta lainnya. Omong-omong kau sudah belajar banyak bukan selama ini?" kata bongha menerawang pikiran anaknya.

Sebenarnya seonho adalah pribadi yang suka belajar, hanya saja ia sungguh lemah jika dibandingkan dengan kawan sepermainannya seperti dohyun, hyunsang, dan sungmin. "apapun kemampuanmu, buktikan kau lebih unggul dari semuanya" kata ayah seonho mendiktatori.

Seonho yang sudah ketakutan terlebih dahulu merasa ragu, ada ratusan siswa yang juga memiliki kualifikasi yang bermacam-macam, bagaimana nantinya dia akan mengalahkan semuanya? Pikirnya, bahkan setelah keluar dari rumah ayahnya pun dirinya masih tampak murung bagaimana ia akan bertaruh mengalahkan semuanya? Bahkan ia tidak memiliki ambisi sebesar hyunsang untuk mendapatkan sesuatu.

Ia pun berjalan berjalan mencoba mencari tempat yang bisa ia jadikan tempat merenung. Namun, saat ia menyepak batu kerikil di depannya seseorang memekik ringan, ternyata ada hansung teman barunya yang sedang duduk di bawah pohon kesemek kecil.

"hansung, apa yang kau lakukan disini?" tanyanya dari belakang mengagetkan hansung.

"hah? Aku disini? Aku sedang mengamati semua pergerakan para peserta. Aneh sekali, sepertinya aku salah masuk akademi ini" kata hansung dengan raut muka khawatir.

Seonho pun mencoba melihat kea rah yang dilihat hansung. "Apanya yang aneh si?" seonho masih tidak memahami jalan pikiran hansung. "kau tidak lihat mereka semua? Semuanya berasal dari keluarga terpandang di kerajaan ini dan mereka bahkan sudah membentuk kubu? Sedangkan aku kan dari desa, mana mungkin aku bisa menyesuaikan diri dengan mereka semua, aku kan tidak sepertimu…" kata hansung baru sadar karena yang di belakangnya ternyata ada seonho.

"sejak kapan kau disini? Enyahlah kau!" hansung segera berdiri dan berjalan menjauh dari sana. Akan tetapi, seonho tanpa marah mengikuti hansung.

"kenapa kau menghindariku?" kata seonho.

"aku tidak layak menjadi temanmu, kau carilah teman yang layak denganmu!" bentak hansung sambil menoleh ke belakang menghardik seonho. Akan tetapi, baru saja ia hendak berjalan lebih cepat kakinya terkilir oleh batu yang ia injak. Langsung saja seonho yang melihat itu langsung menarik tangan hansung dan menjaganya agar tetap berdiri.

Hansung merasa kaget dan malu karena hal itu, dia pun terpaku pada kebaikan orang di hadapannya. Dia adalah putra dari perdana menteri kerajaan ini, orang kalangan atas tentunya. Akan tetapi, dengan polosnya ingin menjadi temannya padahal ia tidak tahu ia sedang berhadapan dengan seorang penipu.

"kau tidak apa-apa?" Tanya seonho. Hansung segera menepis tangan seonho yang bertengger di bahunya, mengetahui beberapa orang sedang menatap ke arah mereka. "biarkan aku pergi, kau putra bangsawan di negeri ini. Semua orang segan denganmu, oleh karena itu, pergilah cari teman yang setara denganmu. Aku hanyalah seorang siswa yang datang dari negeri jauh yang kau sendiri bahkan tidak tahu bagaimana asal-usulku" setelah mengatakan hal tersebut hansung merasa matanya berkaca-kaca.

"hei, apa yang katakan? Sejak aku bilang kalau kau adalah temanku maka sesungguhnya mutlak kau adalah temanku. Aku tak peduli kau siapa dan dari mana asalmu, aku hanya ingin berteman dengan orang yang kuinginkan jadi teman saja" jelas seonho meluluhkan hati hansung.

"nah, ayo aku ajak kau berkeliling sekitar istana. Aku tebak kau tidak tahu semua daerah disini kan? Oleh karena itu, aku akan suka rela membawamu jalan-jalan, gimana?" seonho menawarkan diri menjadi pemandu hansung sambil merangkulnya dengan erat.

Tanpa mereka sadari di seberang jalan berjarak 10 meter, dohyun sedang mengawasi mereka berdua. Entah apa yang sedang direncanakan gadis itu sehingga mengorbankan diri untuk masuk kesini. Tidak mungkin untuk hal yang sepele, pasti sesuatu hal yang besar. Tapi apa itu?

###

Setelah seharian itu, seonho benar-benar mengajak hansung berkeliling istana. Hal itu membuat beberapa kawannya merasa aneh dengan tingkah temannya. "lihatlah seonho, apa yang sedang dia lakukan? Sepertinya dia berusaha melupakan kita" kata lee sungmin cemberut.

"entahlah, aku tidak paham apa yang sedang ia pikirkan" sahut hyunsang. "dohyun, kau tidak tahu kenapa seonho begitu?" taya hyunsang kemudian, namun dohyun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"sudahlah, tidak perlu membicarakannya di belakang begini, bukanlah lebih baik jika kita Tanya dia langsung. Lihatlah, bentar lagi dia akan menghampiri kita kesini" kata dasong. Dan benar saja, seonho masih menggaet hansung untuk diajaknya berkenalan dengan teman-teman masa kecilnya.

"halo teman-teman, perkenalkan ini dia teman yang kutemui sejak di hari pertama aku masuk tadi. Namanya hansung" kata seonho di hadapan semua temannya.

"halo semuanya, perkenalkan aku adalah hansung, kim hansung. Aku berasal dari desa yandam, sebelah barat laut kerajaan. Senang bertemu kalian" kata hansung dengan sopan santun, berusaha sebaik mungkin agar Nampak seperti seorang pria.

"apa benar itu nama aslimu?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut dohyun dan dasong secara bersamaan. Mereka semua yang mendengar hal itu pun terkejut. "waw, kalian ada apa? Untuk pertama kalinya kalian sepertinya akan menjadi akrab ya?" kata sungmin penasaran.

"hansung kau lihat? Dua orang yang selalu bertolak belakang di kelompok kami tiba-tiba menjadi akrab seperti ini, apa lagi kalau bukan karena kehadiranmu?" kata seonho senang, sedangkan dari hansung sendiri dirinya merasa linglung dan tidak tahu harus berbuat apa.

Melihat pria yang tadi menolongnya dari sambaran petir dirinya merasa malu. Dan ia akhirnya tahu, siapa nama pria tadi yang telah menolongnya. Namanya adalah dohyun. Entah kenapa ia Nampak berbeda dibandingkan dengan semua siswa yang ia lihat barusan, bahkan dengan seonho sekalipun.

Untuk seminggu pertama semua siswa ditempatkan untuk tinggal dan tidur di aula yang telah disediakan, sehingga semuanya akan tinggal bersamaan. Hansung yang merasa tidak punya siapa-siapa memutuskan untuk menaruh tas keperluannya di tempat yang masih kosong. Setelah perkenalan tadi, ia akhirnya memutuskan untuk pergi setelah seonho dipanggil ayahnya. Ia merasa tidak pantas untuk berteman dengan beberapa orang yang dikenalkan seonho padanya tadi.

Itu terbukti dengan tatapan dari kesemua orang yang ada di sana, akhirnya ia memutuskan untuk menjadi sendirian saja. Namun, ia terkejut karena saat ia sedang duduk di deretan tempat ia meletakkan tasnya dasong tiba-tiba datang mengambil tasnya, "hei, apa yang kau lakukan?" Tanya hansung mencoba mengejar dasong. Ia berpikir bocah ini akan mencurinya tapi tidak mungkin jika disini terjadi suatu pencurian.

"dasong! Jawab aku!" bentak hansung.

"apa lagi si? Aku tidak suka kau berada di tengah-tengah orang yang ada disini, aku ingin memisahkanmu dengan yang lainnya. Biarlah kau di pojokan sini, dan aku yang di sampingmu" perkataan dasong tidak dipahami oleh hansung.

Merasa kesal, dasong pun menghela napas kesal "aku yakin nanti malam kau tidak akan mau tidur diantara pria-pria seperti tempat asalmu tadi bukan?" kata dasong menunjukkan tempat asal tas hansung tadi. Dan benar, dia tentu tidak bisa membayangkan dirinya tidur nanti malam berada di tengah-tengah pria sebanyak itu. Dia akhirnya menganggukkan kepalanya.

"apa aku benar?" Tanya dasong dengan bangga. Hansung pun tersenyum cerah. Tapi itu tidak lama, "tunggu, bagaimana kau tahu? Apa kau tahu?" hansung merasa takjub tak percaya, tapi ia tak akan semudah itu menunjukkan kartu as nya kepada anak kecil itu.

"tenang saja, kau aman bersamaku. Usiaku masih lima belas tahun, tenang saja" kata dasong percaya diri. "terserah apapun yang sedang kau pikirkan. Tapi setidaknya percayalah padaku kali ini kau tidak akan menyesalinya. Sudah malam, lebih baik kita tidur sekarang" kata dasong panjang lebar.

Hansung antara harus mempercayai orang ini atau tidak, tapi setidaknya keputusannya mala mini benar. Ia harus tidur di sebelah pojok paling dekat dengan tembok. Kenapa ia tidak kepikiran sejak awal?

Setidaknya anak kecil ini sudah menolongnya saat ini. Dia terlalu kecil untuk ukuran anak berusia 15 tahun, tapi tidak mengapalah. Hansung berjanji dalam dirinya bahwa ia akan melindungi anak ini karena telah menyelamatkan nyawanya.