"Hah? Apa bos?"
"Ngomong apa sih bos? Enggak jelas banget?"
"Bos? Hah? Apaan? Gimana? Apa sih?"
Bukannya Krystal budek apa gimana. Ini posisinya tuh dia lagi di bonceng pake motor yang ngebut di tengah jalanan Jakarta. Jadi ngerti kan kenapa dia dari tadi cuma hah heh hoh doang?
"Minggir dulu No, bentar!" Seru Krystal akhirnya sambil nepuk-nepuk pundak di tukang ojek. Eh salah maksudnya, Jeno adiknya.
"Mau ngapain sih? Tadi kan katanya suruh ngebut," protes Jeno. Udah lagi enak-enak tidur dibangunin suruh jadi kang ojek. Eh sekarang malah disuruh berhenti di tengah jalan. Kan Jeno kesel.
"Udah berhenti aja kenapa sih, ribet amat, gue enggak beliin handphone baru nih!" Ancam Krystal emosi. Udah tahu keadaan lagi genting eh si Jeno malah rese banget lagi.
"Ya jangan dong, berhenti nih berhenti," ucap Jeno cepat. Udah diancam begitu mah ciut dia. Buru-buru dia bergerak ke pinggir jalanan yang sepi dan menghentikan motornya disana.
Begitu motor berhenti. Krystal langsung turun dari motor dengan ribetnya. Gimana enggak ribet orang dia lagi pakai kebaya.
"Pegang dulu!" Serunya sambil nyerahin helm dan sebuket bunga ke tangan Jeno. Jeno langsung menerimanya dengan pasrah meskipun dalam hati menggerutu kesal. Tapi kan yah daripada enggak dibeliin handphone baru yang mending nurutlah.
"Krystal? Hallo? Krystalia Amanda kamu masih niat kerja sama saya enggak sih?" Begitu menempelkan handphone ke telinganya Krystal langsung mendengar omelan dari suara di sebrang sana. Untung bosnya, kalau bukan udah Krystal semprot balik pasti.
"Ya masih mau lah bos. Gila aja. Kenapa sih bos? Saya kan udah ijin enggak masuk kerja hari ini," balas Krystal akhirnya. Nasib babu emang, jatah libur aja masih diganggu majikan.
"Saya kira kamu udah enggak mau kerja sama saya di telepon susah banget, kalau bos nelepon itu gercep buru-buru angkat, abis diangkat dijawab yang bener bukannya malah hah hah-an doang, budek yah kuping kamu?"
Astagfirullah, Krystal cuma bisa ngelus-ngelus dadanya doang. "Tahan, tahan." Serunya dalam hati.
"Bos saya lagi sibuk yah bos, kalau bos cuma mau ngatain saya budek mending saya tutup deh teleponnya, ada urusan yang lebih penting yang harus saya urusin," seru Krystal pada akhirnya. Padahal udah coba dia tahan, tapi ngegas juga kan akhirnya.
"Kamu kira kamu doang yang punya urusan penting, urusan saya juga enggak kalah penting. Sekarang juga kamu ke apartemen saya!"
"Hah? Gimana bos?" Krystal memekik bingung.
"Kamu beneran budek ya?"
"Yaampun bos, saya enggak budek astaga kenapa sih. Maksud saya ada masalah penting apa, gini ya bos saya udah ijin buat enggak masuk kerja hari ini dan bos udah ijinin terus kenapa saya tiba-tiba di suruh dateng ke apartemen bos? Gimana ceritanya coba?" Please, ini mah Krystal lagi punya acara penting banget ya kali harus terganggu sama urusan kerjaan.
"Iya saya tahu, tapi ada urusan penting yang harus banget kita urus ini menyangkut keberlangsungan hidup saya, dan kamu sebagai sekretaris saya jelas harus membantu!"
Krystal mengernyitkan keningnya, masih enggak mengerti.
"Kenapa sih bos? Urusan penting apa?"
"Pokoknya sangat amat penting sekali, sekarang juga kamu datang kesini, secepatnya!"
"Bos..." Pekikan protes yang akan Krystal keluarkan harus tertahan ditenggorokannya saat ia mendapati telepon yang dimatikan secara sepihak. "Sialan!" Umpatnya kesal.
"Kenapa sih kak?" Jeno yang dari tadi diam mengeluarkan suaranya. "Bos Kaisar lagi?"
Krystal menganggukkan kepalanya lemah. Ia mengambil helm dan bunga di tangan Jeno, sebelum akhirnya kembali naik ke atas motor.
"Putar arah anterin gue ke apartemen," seru Krystal. Jeno jelas tahu apartemen yang dimaksud pasti apartemen bosnya Krystal.
"Serius kak? Terus ini wisudanya kak Satria gimana?" Tanya Jeno bingung. Ini gimana ceritanya kakaknya lebih milih datang ke apartemen bosnya dibandingkan ke wisudaan kekasihnya sendiri.
"Udah jalan aja, pokoknya Lo anterin gue ke apartemennya bos Kaisar, abis gitu Lo langsung dateng ke wisudaannya Satria kasihin bunga gue ke dia, bilang gue telat sedikit dan gue pasti nyusul," titah Krystal di tengah perjalanan.
"Ya enggak mau lah kak, gila aja ya kali aku bawa-bawa bunga buat cowok lagi, mau di taro dimana muka ganteng ini," protes Jeno. Bisa-bisanya kakaknya itu ngasih perintah begitu.
"Oh yaudah enggak apa-apa handphone barunya enggak usah jadi ya?" Ucap Krystal enteng.
Jeno mendengus kasar. Gitu mulu kan ancamannya.
"Iya iya aku kesana!" Serunya meski kesal.
"Good!" Krystal tersenyum senang.
***
Sesampainya di depan apartemen Kaisar, Krystal buru-buru memencet bel. Sebenarnya ia bisa saja langsung masuk, tapi untungnya Krystal masih punya sopan santun.
"Wow Krystalia Amanda, is that you? Kamu lagi ada acara lamaran yah?" Kaisar berseru heboh begitu ia membuka pintu dan mendapati Krystal dengan kebaya cantiknya ditambah full make up.
"Iya bos, gara-gara bos acara lamaran saya jadi berantakan!" Sungut Krystal.
"Yaampun saya enggak tahu, saya minta maaf, tapi urusan saya penting banget, ini menyangkut hidup dan mati saya pokoknya, buruan masuk!" Seru Kaisar.
Krystalia mengernyitkan keningnya bingung. Ini bosnya lagi kenapa sih?
"Kenapa sih bos? Saham perusahaan kita anjlok? Atau driver kita ada yang kecelakaan? Apa perusahaan kita di demo?" Tanya Krystal panik sambil mengikuti langkah Kaisar memasuki apartemennya.
Kaisar menggeleng-gelengkan kepalanya, "enak aja kamu kalau ngomong jangan sembarangan!" Pekiknya.
"Ya, maaf bos abisnya ada masalah penting apaan sih?"
Bukannya menjawab Kaisar malah tersenyum. Krystal semakin bingung.
"Hari ini saya melamar Airin, kamu harus pilihan dasi yang cocok buat saya pakai," jelas Kaisar. "Menurut kamu mending yang mana? Saya bingung semuanya bagus," Kaisar menunjukkan tiga dasi dengan motif dan warna berbeda yang sekarang sudah ada ditangannya pada Krystal.
Krystal melongo.
"Kok kamu malah bengong sih? Cepetan dong pilihan, hari ini tuh hari spesial saya tahu jadi saya ingin semuanya sempurna," ucap Kaisar. Begitu ia menatap Krystal, ia sedikit terjengat mendapati sekretarisnya itu tengah menatapnya horror.
"BOSS, PLEASE!"
-------
TO BE CONTINUED