Chereads / Boss, Please!!! / Chapter 2 - Satu

Chapter 2 - Satu

Jeno akhirnya sampai di gedung tempat kekasih kakaknya melangsungkan wisuda. Matanya melihat kesana kemari mencoba menemukan sosok Satria.

Sumpah ya Jeno malu banget sebenarnya. Disaat yang lain tampil formal ke acara tersebut Jeno cuma pake celana jeans selutut dan jaket birunya yang sudah lusuh. Harga dirinya sebagai most wanted Maba luntur sudah. Untung mukanya ganteng. Sekarang Jeno cuma berharap untuk tidak bertemu dengan teman-teman kampusnya.

Tapi sayangnya Jeno lupa, kalau kekasih kakaknya bukan orang biasa melainkan seorang model dan aktor yang baru saja menjajal kemampuan aktingnya di FTV. Enggak heran kalau sekarang Jeno mendapati calon kakak iparnya sedang dikerumuni banyak gadis, yang beberapa diantaranya adalah temen kuliah Jeno.

"Mampus! Mau ditaro dimana ini muka," umpat Jeno pada dirinya sendiri. Sumpah yah kalau bukan demi handphone baru yang dijanjikan oleh sang kakak Jeno ogah banget kalau harus datang kesini. Jeno udah melipir-melipir sambil nutupin mukanya pake bunga, eh enggak tahunya malah dipanggil sama si calon kakak ipar.

"Jeno!" Meskipun enggak begitu melihat wajahnya tapi Satria yakin kalau cowok yang pake jaket biru adalah Jeno. Gimana enggak yakin, orang itu jaket dari Satria.

Jeno menurunkan bunga di depan wajahnya sambil cengengesan. "Hai kak! Hai!" Jeno menyapa Satria dan beberapa gadis yang masih berkerumun disana dengan awkwardnya. Sumpah ya ini tuh aneh banget, posisinya Jeno bawa bunga yang cukup besar sambil nyamperin Satria, diliatin sama ciwi-ciwi yang memandangnya aneh. Malu banget enggak sih, bisa-bisa Jeno dikira gay lagi. Untungnya Satria langsung membubarkan barisan fansnya itu, membuat Jeno sedikit bernafas lega.

"Krystal mana? Masih di depan?" Tanya Satria sambil celingak celinguk mencari sosok cantik kekasihnya.

Jeno yang bingung cuma bisa menggaruk-garuk tengkuknya yang dapat dipastikan enggak gatal sekali.

"Kok malah diem?" Satria bertanya lagi.

"Maaf kak, ini bunga dari kak Krystal dia masih ada urusan tapi pasti dia kesini kok," ucap Jeno pada akhirnya sambil menyerahkan buket bunga ke tangan Satria.

"Urusan? Urusan apa maksudnya? Pasti si bangkai lagi kan?" Cetus Satria mendadak jadi emosi.

Jeno diem. Enggak tahu harus gimana. Lagian sih kakaknya nyari masalah banget enggak sih, enggak datang di hari spesial pacarnya sendiri.

"Kak Krystal pasti datang kok kak kakak tenang aja," ucap Jeno sambil menepuk-nepuk bahu Satria iba. Kasihan juga sih.

"Gue tuh sedih No, udah orangtua gue enggak dateng eh Krystal ikutan enggak dateng, kayaknya emang gue tuh enggak ada artinya ya dimata mereka," ujar Satria.

Jeno menatapnya percaya enggak percaya. Perasaan tadi pas dikerumuni dedek-dedek gemes bahagia-bahagia aja deh.

"Sabar kak sabar," akhirnya cuma itu yang bisa Jeno lakuin. Ya bingung juga enggak sih mau ngapain gitu.

Satria cuma menundukkan kepalanya sedih. Jeno mengusah-ngusap punggungnya menenangkan. Sampai akhirnya Jeno secara refleks menjauh dari Satria saat sadar orang-orang terkhusus gadis-gadis di sekitar sana menatap keduanya dengan aneh.

Fix sih, ini Jeno bakalan susah punya pacar.

***

"Boss, please!" Krystal menatap Kaisar dengan horornya, membuat Kaisar jadi ciut sendiri.

"Enggak usah melotot-melotot begitu ya, saya itu atasan kamu!" Seru Kaisar meskipun agak takut juga kalau Krystal udah mulai begitu.

Krystal mendengus kasar, "bodo amat mulai sekarang saya udah bukan lagi bawahan bos, saya mau resign. Titik!" Seru Krystal dengan tegas sambil menghentakkan kakinya dengan kasar. Siapa yang enggak kesal sih, Krystal sudah bela-belain meninggalkan acara wisuda buat urusan yang kata bosnya menyangkut keberlangsungan hidupnya, eh pas sampai ternyata dia cuma disuruh milih ini dasi. Milih dasi ya Tuhan, mana hubungannya sama hidup dan mati.

Kaisar malah tertawa, "enggak usah bercanda begitu yah kamu Krystal, saya ini bos yang paling luar biasa tau, udah ganteng, muda, baik hati lagi, kapan lagi kamu bisa punya bos kayak saya," ucap Kaisar dengan narsisnya enggak sadar kalau Krystal udah malas banget melihatnya.

"Eh bos, bos baik hati darimananya. Bos itu ngeselin tau, sumpah ya bos saya kira masalah penting apaan yang terjadi tahunya cuma beginian doang, anak kecil juga bisa kalau disuruh milihin, dari mana mengganggu keberlangsungan hidupnya coba" Pekik Krystal udah emosi berat dia.

"Jelas, jelas ini sangat penting bagi keberlangsungan hidup saya, saya mau melamar wanita yang sangat saya cintai dan saya ingin semuanya sempurna," ucap Kaisar.

"Chh! Terserah ya bos saya enggak peduli! Bos udah berlaku semena-mena sama saya!"

"Enak aja, semena-mena darimananya coba? Saya itu bos yang paling baik hati, lagian baru kali ini kok saya begini," ujar Kaisar tetap bersikeras merasa dirinya paling benar.

"Hahaha... Sekali bos bilang?" Krystal tertawa sarkas. "Gini ya bos ini tuh bukan sekali dua kali bos memperlakukan saya seperti ini, mau saya sebutin kelakuan bos?" Cetus Krystal.

"Apa? Coba sebutin?" Lah Kaisar malah nantangin makin aja Krystal geram dong.

"Bos pernah bangunin saya tengah malam dan nyuruh saya kesini karena  HP bos lowbat sementara ada data penting yang harus dikirim dan casannya enggak mau nyala dan ternyata bos belum nyalain stop kontak buat cadangan," Krystal menarik nafas panjangnya.

"Yang kedua bos juga pernah ganggu acara ulangtahun saya cuma buat ngusir kecoak, kecoak bos!" Krystal berkacak pinggang sambil melotot pada Kaisar. Fix sih ini dia udah enggak niat buat kerja.

"Belum pretelan masalah bajulah, makananlah, dan hal-hal sepele lainnya yang seharusnya bukan tugas saya. Sadar enggak sih bos?" Pekik Krystal lagi abis dari tadi Kaisar cuma ngangguk-ngangguk aja.

"Hehe," nyengir dong si bos tanpa dosa itu. "Namanya juga sekretaris saya wajarlah kalau kamu saya suruh-suruh," ucapnya enteng.

"Namanya doang sekretaris tapi tugas mah macam babu!" Dengus Krystal. "Udah yah bos saya enggak kuat lagi, pokoknya saya mau resign!"

"Yah jangan dong, janji deh saya enggak akan begitu lagi," ucap Kaisar. Jelas dia enggak mau kehilangan Krystal yang sudah menjadi sekretarisnya selama hampir dua tahun ini.

"Bodo amat! Dulu juga bilangnya janji."

"Saya naikin deh gaji kamu jadi dua kali lipat," bujuk Kaisar.

Krystalia menggelengkan kepalanya keras. "Ini bukan masalah gaji yah bos, ini masalah harga diri. Kalau diterusin bos bisa makin kelewatan sama saya," cetus Krystal dengan mata yang menyala-nyala.

"Saya kurangin jam kerja kamu deh."

"Enggak mau!"

"Saya tambahin jatah libur kamu juga."

"Big no!"

"Saya kasih tunjangan skincare tiap bulan, gimana?"

Krystal yang dari tadi mengalihkan pandangannya dari Kaisar mulai goyah. Skincare guys skincare!

"Gimana mau enggak?" Sadar Krystal mulai tergoda, Kaisar kembali melanjutkan aksi bujuknya.

Krystal buru-buru menampar pipinya sendiri pelan. Sadar Krystal sadar, enggak boleh tergoda!

"Beneran nih mau resign?"

Krystal menatap Kaisar tajam. Main-main dia.

"Mulai hari ini saya bukan sekretaris bos lagi, saya keluar!" Ucap Krystal dengan tegas sambil berlalu meninggalkan Kaisar, bergegas keluar dari apartemen tersebut.

"Yah Krystal jangan gitu dong, hey Krystalia Amanda. Saya kasih tunjangan skincare, tunjangan make up, tunjangan outfitnya! Semua saya kasih!" Kaisar berteriak sambil menyusul Krystal.

"Terserah bos, keputusan saya udah bulat!" Pekik Krystal keras sementara hatinya berupaya untuk tidak terbujuk rayuan Kaisar.

Padahal setan-setan manja terus berbisik pada Krystal, "enggak usah resign Krystal, enggak usah, tunjangan dimana-mana sayang kalau dilewatkan."

***

To be continued