Chereads / Bad X Bad: My Dear Vanessa / Chapter 18 - Bad-18

Chapter 18 - Bad-18

Vanessa menatap satu orang yang saat ini tengah berlutut di hadapannya. Lebih tepatnya berjongkok, sambil mungutin banyak pecahan gelas di bawah kaki Vanessa. Orang itu baru saja menabrak Vanessa dengan begitu keras, sehingga nampan yang berisikan kopi jatuh dan pecah tepat mengenai sepatu mahal Vanessa. Biasanya, Vanessa yang akan mengomel sepanjang masa hanya mampu diam saja. Sekitar dia mendengar seruan dari arah belakang, dan memaki orang itu.

"Kamu itu bego banget sih jadi orang!! Bawa begini aja nggak bisa!! Lima menit kamu nggak bikinkan saya kopi baru. Kamu tanggung sendiri akibatnya!!" ucap wanita itu.

Ah ya, wanita itu adalah wanita yang menatap Vanessa dengan tidak suka. Dan menganggap jika Vanessa bukanlah adik dari Veronica. Karena dia masih menganggap, jika Veronica adalah anak tunggal dna tidak memiliki adik. Wanita itu juga tidak yakin siapa Vanessa dan asalnya darimana. Hanya dia yang menentang Vanessa di kantor ini.

Membalik badannya menatap wanita itu, Vanessa melemparkan tatapan tajam pada wanita itu. "Kamu siapa memerintah dia layaknya bos? Saya yang punya perusahaan saja nggak kayak kamu!!"

Wanita itu tersenyum kecil, dan menyilangkan tangannya di dada. "Kamu sendiri juga siapa ngaku-ngaku adiknya bu Vero? Orang lain aja sok-sokan ngaku adiknya bu Vero. Atau jangan-jangan kamu itu sebenarnya adik pungutan dari pinggiran jalan. Secara ya, Bu Vero itu hatinya baik banget ngeliat kamu ngemis di pinggiran jalan jadi nggak tega. Diangkut deh jadi adiknya."

Vanessa ingin sekali mencakar wajah wanita itu, tapi tangan Regan lebih dulu menarik tangan Vanessa untuk masuk ke dalam ruangan Vanessa. Dan meminta wanita itu untuk fokus pada pekerjaan yang hari ini.

"Dih gila ya!! Itu orang maunya apa sih! Pengen di sobek itu mulut. Masa iya ngatain aku pengemis!! Pengemis gini pecat dia dari kantor ini tanpa ada yang nerima, aku juga bisa!!" seru Vanessa kesal.

Regan meminta Vanessa untuk mengalah. Lebih baik wanita itu fokus pada file kerjaan mereka, dibanding harus menanggapi ocehan wanita tidak berguna itu. Lagian, Vanessa ada kelas siang di kampus dan jangan sampai Vanessa bolos kampus juga. Atau tidak Veronica bisa marah pada Regan.

Mendengar hal itu, Vanessa pun tersenyum kecil. Sepertinya mengerjai Regan ada enaknya juga. Kembali fokus dengan berkas, Vanessa pun menemukan satu berkas yang entah kenapa membuat Vanessa curiga. Wanita itu langsung memanggil Regan, dan menunjukkan file itu pada Regan.

"Grafik ini kenapa jadi warna kuning yang tinggi?" tanya Vanessa.

Regan memahami grafik itu dan menemukan keganjilan, dua pun meneliti kembali grafik ini dan benar saja. Uang perusahaan keluar begitu banyak dan tanpa alasan apapun. Dan bahkan jika hanya membangun satu atau dua gedung sekaligus, tidak mungkin mencapai ratusan triliun. Dengan cepat, Regan menghubungi manajer keuangan kantor ini.

"Regan kenapa?" tanya Vanessa bingung.

"Ada korupsi. Perusahaan ini tidak membangun apapun selama tiga bulan terakhir ini. Karena masih ada proyek resort yang di bangun di luar kota. Aneh aja kalau duitnya ilang segini banyaknya." jelas Regan.

"Korupsi?" ulang Vanessa menatap Regan bingung. "Aku juga mau begitu."

Seketika itu juga Regan langsung menjitak kepala Vanessa dengan gemas. Masih bisa ya berpikir sampai sana? Sedangkan Regan saja sedang pusing karena korupsi ini. Lagian kantor ini berjalan begitu lancar dan bagus, karena kantor cabang Regan tidak pernah berpikir jika korupsi akan masuk ke kantor ini. Yang ada dipikiran Regan, hanya ada kantor pusat yang banyak korupsinya. Dan sekarang Regan sadar, entah pusat atau cabang yang namanya kantor tidak akan pernah jauh dari kata koruptor.

Tak lama orang yang ditunggu pun datang. Pak Bambang dagang dengan wajah paniknya. "Selamat pagi Pak Regan, ada apa ya Bapak panggil saya? Apa saya ada kesalahan?" tanya Pak Bambang ketakutan.

"Pak Bambang bisa jelaskan ini?" Regan melempar file itu pada Pak Bambang, tentu saja langsung membuat pria itu mengambilnya dan membacanya dengan teliti.

Pak Bambang juga langsung menjelaskan, jika proyek yang mereka tangani ada di bawah tangan Pak Reno. Jadi pengeluaran perusahaan juga atas izin Veronica. Itu semuanya dia baca dan juga mendapat telepon dari Veronica sendiri, barulah Pak Bambang baru berani mengeluarkan uang sebanyak itu

"Yakin Pak? Bapak nggak lagi berbohong kan?" ucap Regan memastikan.

Mendengar pertanyaan itu Vanessa pun langsung memijat pelipisnya pusing. Mau sampai dunia kiamat tujuh kali pun, itu bapak-bapak juga tidak akan berkata jujur. Yang ada mereka akan berbohong dan menutupi kesalahan mereka dengan berkilah. Dan sekarang Regan malah melontarkan pertanyaan yang sama sekali tidak ada bobotnya.

"Ya Pak saya yakin. Saya juga ada salinan dokumennya." kata Pak Bambang.

"Bawa sini saja Pak. Saya mau lihat!!" kata Vanessa dan membuat Pak Bambang mengangguk patuh.

Setelah kepergian pak Bambang, Vanessa langsung menjewer telinga Regan dengan gemas. Tidak hanya itu, Vanessa juga sempat mencubit dan menarik baju Regan untuk pergi dari hadapannya.

"Bego dipelihara!!!" cibir Vanessa.

"Apa sih. Sakit tau!! Lagian aku nggak bego ya!!"

"Kalau nggak bego apa namanya? Udah tau korupsi, masih aja tanya yakin nggak berbohong? Semua orang kalau melakukan kesalahan, mana mungkin mau berkata jujur sih. Logika dong!!"

Regan mendengus dia tidak menjawab apapun yang dikatakan Vanessa. Lagian apa yang dikata Vanessa ada benarnya juga. Jika bisa saja pak Bambang berbohong untuk menutupi kesalahannya. Dan sekarang file itu entah asli atau tidak, Raga harus mencari kebenarannya.

Menunggu hampir sepuluh menit, Pak Bambang pun kembali dengan file yang dia maksud. Dan membawa beberapa bukti transaksi dan juga tanda tangan Veronica, yang memang menggunakan uang perusahaan sebanyak ini hanya untuk membangun gedung.

"Oh iya Pak Regan, saya mau informasikan jika taman dan penginapan yang kita bangun di dekat bukit. Semua warga di saja pada demo Pak, katanya uang yang dijanjikan tidak sesuai dengan yang diberikan." jelas Pak Bambang.

"Kok bisa. Bukannya kita sudah memiliki kesepakatan ya? Kenapa jadi begini?" kata Regan tidak percaya.

"Saya kurang paham Pak. saya baru juga dikasih tau sama Amel. Kemarin, pas Bapak sama Bu Nessa pulang warga datang."

Pak Bambang menceritakan jika banyak warga yang datang dan unjuk rasa. Mereka meminta dua puluh lima persen dari apa yang kantor ini janjikan. Sedangkan Regan ingat betul, jika Veronica membeli tanah atau bagunan rumah dengan harga yang tinggi. Bahkan nyaris diatas pasaran, dan sekarang semua orang demo hanya karena uangnya kurang?

"Yang menangani kasus ini siapa Pak?" tanya Vanessa yang mulai tertarik dengan obrolan mereka.

"Pak Reno, Bu. Beliau yang menangani proyek di luar kantor." jelas Pak Bambang.

Seketika itu juga Vanessa langsung memiliki ke arah Regan. Tidak baik jika harus menuduh orang lain. Setidaknya, mereka harus mencari bukti lebih dulu.

"Yaudah Pak. Makasih ya informasinya."

-BadXBad:MyDearVanessa-