"Aaa … aduh … " Vanessa memekik kesakitan, ketika sebuah tangan menarik telinga kirinya. Wanita itu langsung menoleh, menatap Regan yang entah dari mana datangnya langsung menarik telinga Vanessa. Tentu saja hal itu langsung membuat Vanessa menepis tangan Regan dengan begitu kasar. "Apa sih!! Kamu pikir nggak sakit apa!!" seru Vanessa kesal.
"Kamu yang apa-apaan!! Udah tau ada jam kampus kenapa malah bolos!! Kamu tau nggak sih kakak kamu itu khawatir sama kamu!!" omel Regan.
Vanessa mendengus. Dia pun menarik tangan Regan untuk duduk di sampingnya. "Kamu bisa nggak jangan patuh banget di bawah kaki Vero? Kamu nggak punya hidup? Nggak punya pilihan, selain menurut pada Veronica? Regan … aku punya kehidupan yang nggak selalu patuh sama kalian. Tau kan!! Aku hidup dulunya dimana? Dan kehidupan aku bebas!!! Jadi tolong jangan menggekangku!!"
Wanita itu mengambil kunci mobil dan juga tasnya, setelah itu pergi meninggalkan cafe ini. Regan tidak mengikutinya, dia malah duduk di depan Sean dengan wajah frustrasinya.
"Jangan dikasari, Gan. Dia kayaknya keras kepala." kata Sean menepuk bahu Regan.
"Gue bingung deh ngurus dia kayak apa. Emaknya minta pulang ke rumah nggak mau. Sekarang malah bolos kampus semester akhir masa iya nggak pengen lulus."
"Sabar. Musuh dia jangan lo samain sama Vero, walaupun adik kakak sifatnya beda-beda."
Dan nyatanya Regan lupa akan hal itu. Dia menyamakan jika sifat Veronica dan juga Vanessa itu sama. Veronica yang gampang sekali diatur, sedangkan Vanessa yang sangat sulit diatur. Dia itu suka bersikap semuanya, dan berbuat apa yang menurutnya benar. Mungkin benar kata Sean, jika dia harus bersikap lembut dan mengalah jika berhadapan dengan Vanessa.
Lagian dia itu bukan Veronica. Sean meminta Regan untuk menyusul Vanessa, jangan sampai dia marah dan mengadu pada Veronica masalah ini. Tapi sebelum itu sebagai permintaan maaf Regan, Sean menyarankan membelikannya banyak coklat dan juga bunga. Biasanya wanita suka begitu, dibeliin bunga, coklat dan boneka dia akan lulus. Dan seumur-umur jika hal ini terjadi, maka ini akan menjadi yang pertama bagi Regan setelah sekian lamanya.
"Lebay banget nggak sih?" kata Regan ragu.
"Nggak sih kalau menurut gue, wajah Regan kalau hal itu. Soalnya banyak yang gue lihat dari banyak orang. Kalau lagi ngebujuk pacarnya pasti yang dibawakan yang bunga, coklat sama boneka." jelas Sean.
"Masalahnya dia bukan pacar gue!! Pacar gue Vero!!" ralat Regan dengan cepat.
Sean cekikikan, dan meminta Regan untuk memikirkan baik-baik. Jika perlu nanti Sean akan mengirim beberapa film untuk Regan. Agar dia tahu bagaimana cara membujuk kekasih, atau mungkin melakukan hal romantis pada kekasihnya. Regan ingin sekali menyumpal mulut Sean, tapi hal itu tidak sampai terjadi karena Sean lebih dulu memilih pergi dari hadapan Regan.
Dan ya, dengan bodohnya Regan malah menerima solusi dari Sean. Dia membeli banyak coklat dalam satu paper bag tanggung. Setelah itu barulah Regan pergi ke rumah miliknya, yang dihuni oleh Chrissy dan juga Angel. Menghentikan mobilnya di pinggiran jalan, Regan menatap satu toko bunga. Dia berpikir jika dia akan membeli bunga sebagai tanda permintaan maafnya. Tapi jika dia membeli bunga itu yang ada Vanessa menganggap jika dirinya adalah kuburan, yang hampir seminggu sekali haru di kasih bunga.
"Nggak!! Ini aja udah."
Membutuhkan waktu tiga puluh menit, Vanessa pun sampai di depan rumah Vanessa. Pria itu langsung turun sambil menenteng paper bag yang berisi coklat. Menekan bel berkali-kali barulah Angel membuka pintu rumah ini dan terkejut.
"Regan … kamu ngapain kesini?" tanya Angel heran.
"Cari Nessa, udah pulang kan?"
Angel menggeleng sejak tadi dia tidak bertemu dengan Vanessa, ponsel wanita itu juga mati. Vanessa cuma bilang pagi ke kantor, dan siangnya ke kampus. Ta[i Angel maupun Chrissy juga tidak melihat Vanessa berada di lingkup kampus. Dan sekarang pun Vanessa tidak ada di rumah. Menyadari hal itu Regan pun langsung menyantap pelarangan rumah ini, dan dia baru sadar jika dia tidak menemukan mobil Regan yang dibawa oleh Vanessa. Lalu dimana wanita itu berada jika tidak ada di rumah?
Hanya ada satu tempat yang entah kenapa, Regan yakin jika wanita itu berada di sana. Regan pun memilih pergi setelah berpamitan pada Angel. Pria itu langsung menuju ke sebuah club. Regan yakin jika wanita itu ada disana karena kesal dengan sikap Regan barusan. Mungkin benar, jika berhadapan dengan Vanessa dia harus menggunakan cara yang lain. Cara yang jelas berbeda dengan dia memperlakukan Veronica.
Tidak membutuhkan waktu lama, Regan pun sampai di J club. Berlari kencang masuk ke dalam club, dan benar saja Regan menemukan Vanessa yang duduk seorang diri dengan tatapan kosong dan juga segelas orange jus.
Tumben banget!! Gumam Regan.
Pra itu mendekat, menaruh satu paper bag coklat tepat di hadapan Vanessa. Setelah itu mengambil posisi duduk tepat di samping wanita itu. Tapi yang ada, Vanessa malah merubah posisi duduknya dan memunggungi Regan.
"Ngapain kamu kesini?" cetus Vanessa. "Pergi sana!! Vero nggak nyuruh kamu buat nyariin aku!!" ujarnya kembali.
"Mau disuruh atau nggak, itu sudah kewajibanku buat jagain kamu. Aku minta maaf udah kasar tadi sama kamu. Dan itu … " Regan menghentikan ucapannya menatap satu paper bag yang dia bawa tadi. "Aku beliin coklat sebagai permintaan aku."
Menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara kasar, Vanessa pun membalik badannya menatap Regan dan juga coklat itu bergantian. "Regan … nggak semua kehidupan aku, kamu dan Vero juga harus ikut campur. Au tau kamu diminta Vero buat jagain aku, karena kamu tau bagaimana hidup di luar negeri. Tapi kamu juga tau kan, aku juga membutuhkan privasi dimana kamu dan Vero nggak perlu tau. Kalau aku boleh jujur, aku muak dengan semua ini. Drama yang kamu, Vero, Mira dan juga Arya ciptakan dihidupku!! Aku pengen kehidupan aku yang dulu Regan, aku nggak suka hidup di sini!!"
Vanessa meneteskan air matanya membuat Regan tidak tega. Pria itu langsung menarik tangan Vanessa dan memeluknya dengan erat. Berharap pelukan itu mampu membuat beban hidup Vanessa terangkat satu persatu, atau tidak Regan juga ingin melepaskan beban hidup Vanessa, yang selama ini mengganggu hidupnya.
"Aku nggak tau apa yang kamu alami selama ini. Tapi aku berharap, kalau aku bisa meringankan beban hidup kamu." kata Regan mengusap punggung Vanessa.
"Aku capek Regan. Aku capek."
"Maaf Nessa."
Di balik isakan kecilnya, Vanessa pun tersenyum dalam pelukan Regan. Setidaknya pria bodoh ini, bisa menjadi senjata hancurnya Veronica dan juga keluarganya.
-To Be Continued-