Chereads / Love of the dreamer / Chapter 3 - Sebuah cincin

Chapter 3 - Sebuah cincin

Hanna duduk termenung di atas meja makan, masih memikirkan luka yang ada di lehernya ia terus mencoba mengingat semua yang terjadi, sampai akhirnya semilir angin tiba tiba datang dan mencium lembut pipi merahnya,

"Ooouuhhh dingin sekali" hanna tersadar dari lamunannya.

"Ya ampun ada apa denganku, hampir saja aku telat karena memikirkan luka ini" hanna bergegas menyantap sarapannya dan pergi ke kantor.

Di perjalanan menuju kantor ternyata hanna masih memikirkan luka di lehernya itu, ia menyetir sambil melamun, hanna sangat frustasi memikirkan sesuatu yang aneh itu, ia pun mengusap wajahnya dan saat tangannya menjauh dari wajah ia terkejut dan langsung menginjak rem,,

"Aaaaaaaa..haaaaaa" jantung hanna seakan berhenti berdetak hampir saja ia menabrak seorang nenek. hanna diam mematung dengan mulut yang terbuka lebar ia benar benar terkejut, ia pun turun untuk memastikan kondisi si nenek yang hampir ia tabrak.

"Nenek tidak apa apa?" tanya nya..

"Tidak apa apa cu" nenek itu menjawab sambil tersenyum

"Benar nenek tidak apa apa?" hanna mencoba kembali bertanya dan memastikan kondisi si nenek

" Iya tidak apa apa ko, maaf ya nenek membuat mu terkejut" jawab si nenek

" Tidak nek saya yang minta maaf karena menyetir sambil melamun dan hampir membuat nenek terluka" kata hanna.

Hanna memperhatikan penampilan nenek tua di hadapannya yang mengenakan selendang yang menutupi kepala, dengan rok panjang menutupi kakinya dan memegang tongkat kayu, layaknya penampilan seorang nenek nenek pada umumnya, tapi ada yang aneh dari si nenek, wajahnya sangat bersinar dan seperti memiliki aura yang tidak biasa.

"Cuu? kenapa melamun?" tanya si nenek yang sadar gadis di hadapannya menatap dirinya tanpa bicara

"I-iya nek,," "aahhh m-maaf nek saya melamun" jawab hanna, nenek itu hanya menatap hanna dengan senyuman

"Nenek mau kemana sendirian?" tanya nya

"Nenek mau pulang ke rumah cu"

"Biar hanna antar ya nek, anggap saja sebagai permintaan maaf hanna sama nenek"

"Tak perlu cu nenek bisa sendiri, nanti merepotkan kamu"

"Engga ko nek, mari hanna antar". hanna menuntun nenek itu untuk masuk ke dalam mobilnya dan langsung mengantarnya pulang, tak ada percakapan apapun di dalam mobil hanna dan si nenek hanya terdiam, sampai pada akhirnya si nenek membuka percakapan.

"Kamu kenapa cu, nenek perhatikan sejak tadi kamu banyak melamun?" tanya si nenek.

"Ehh ahh,, maaf nek, hanna hanya sedang memikirkan hal yang seharusnya tidak hanna pikirkan, tapi terus terlintas di pikiran hanna"

"Apa itu soal sesuatu yang ada di lehermu?"

Perkataan si nenek membuat hanna terkejut bukan main,, bagaimana nenek itu bisa tahu ada sesuatu di lehernya, padahal lehernya sudah tertutup rapat oleh syal.

"B-bagaimana nenek tahu ada sesuatu di leher ku?" tanya hanna dengan penasaran

"Luka mu itu akan hilang perlahan saat kamu bertemu dengan seseorang yang juga memiliki luka yang sama, dan kamu harus bersabar untuk itu" jawab nenek lirih.

"Maksud nenek apa?" hanna tak mengerti ucapan si nenek. nenek itu kemudian meraih tangan hanna dan menggenggamnya

"Dan selama itu kamu juga akan sering merasa kesakitan sebelum kamu bertemu dengan orang itu, tapi ini akan membantu meringankan sakit mu, tapi ingat jangan coba untuk melepaskannya, jika kamu mencoba untuk melepaskannya luka mu akan semakin dalam, dan rasa sakitnya tidak akan mampu kamu tahan" genggaman si nenek semakin erat dan seketika semuanya menjadi gelap

.

.

.

"Hannn hannn bangun hann, hanna!!"

"HAAAAAAA" hanna membuka matanya dengan nafas yang terengah-engah, keringat membasahi seluruh wajah hanna.

"D-dimana akuu!!" tanya hanna dengan nafas yang tidak teratur.

"Kamu di klinik han" jawab eci

"K-klinik?? ba-bagaimana bi-sa aku di sini" hanna benar benar tidak mengerti, bukan kah ia tadi sedang mengendarai mobil untuk berangkat ke kantor tapi kenapa tiba tiba ada di klinik dengan eci sahabatnya.

"Han iihh jangan ngelamun, tadi kamu tuh di temukan pingsan di dalam mobil di pinggir jalan dekat hutan, untung saja dokter ini lewat dan ngerasa ada yang aneh dari mobil kamu, karena kamu berhenti di pinggir jalan yang sepi banget dan jarang orang lewat, dan benar saja saat dokter ini coba cek ke mobil kamu, kamu sudah pingsan dan mimisan, untungnya mobil kamu ga di kunci jadi kamu bisa di bawa ke sini"

"Pingsan?,, mimisann??" hanna terdiam lagi.

"Kan kamu ngelamun lagii,, iihh kebiasaan bangett" eci mencubit pinggang hanna

"Awww sakitt"

"Biar tahu rasaa, lagian ngapain coba kamu ke jalan yang sepi begitu sendirian pula, untung ada yang lewat jalan situ dan baik mau ngeliat kamu coba kalo ga ada orang sama sekali" eci terus memarahi kecerobohan sahabatnya itu..

"Jelasin ke aku kenapa kamu bisa di sana"

"Aku juga ga tahu ci tadi aku tuh lagi jalan terus hampir nabrak nenek ne--!!!," hanna terdiam mengingat kejadian ia bertemu seorang nenek tua..

"Nenek!! nenek yang sama aku mana? tanya hanna panik

"Nenek??" eci menoleh ke seorang pria di samping mereka..

"Dok apa tadi hanna bersama seorang nenek?" tanya eci.

"Tidak, saya menemukannya sendirian di dalam mobil dan sudah memeriksa nya tidak ada siapapun selain hanna di mobil itu" jawab si dokter..

"Engga dok tadi aku sama seorang nenek dan dia duduk persis di samping aku ci" hanna mencoba menegaskan lagi ucapannya agar si dokter mengingat apa kah ia benar tidak melihat siapapun di tempat hanna di temukan..

"Iihh kamu kebanyakan ngelamun sii jadi begini nih, orang tadi dokter bilang kamu sendirian lagian mana mungkin dokter bohong kan ga berguna juga" sahut eci

" Serius ci tadi aku hampir nabrak nenek itu dan akhirnya aku antar dia pulang sebagai permintaan maaf, bahkan dia juga pegang tangan aku gini---" mata hanna terbuka lebar saat melihat jari manis di tangan kirinya melingkar sebuah cincin perak bermotif bulu.

"Apa inii???" batin hanna

hanna mencoba melepaskan cincinnya..

"Aaaakkhhhh,, ahhhh" seketika luka di leher hanna terasa sangat perih dan darah mulai membasahi kain yang menutupi lehernya...

(tapi ingat jangan coba coba kamu berusaha untuk melepas cincin ini karena jika kamu mencoba melepasnya, luka di lehermu akan semakin dalam dan akan menyakitimu) tiba tiba ucapan si nenek tadi terlintas di benak hanna.. hanna pun membuka matanya perlahan dan menahan sakit dari lehernya..

"Kamu kenapa han?" tanya eci ketakutan.

"Ooohh ya ampun kenapa leher mu mengeluarkan darah" kata sang dokter yang tak sengaja melihatnya..

"Darahh??" eci langsung menyingkirkan tangan hanna dari leher dan membuka syal yang menutupi leher hanna..

"Ya tuhannnn hannaa!!" eci sangat terkejut melihat leher hanna yang terluka dan berlumuran darah..

"Kenapa bisa beginii,, dok cepat obati luka ini" ujar eci,,

"Kenapa aku ga tahu kalo sahabat ku terluka kaya gini,, kamu hutang penjelasan sama aku han" eci menatap hanna tajam..

Dokter pun langsung membalut luka hanna dengan perban..

.

.