Ardani tidak bisa tidur usai mendengar kabar bahwa anak perempuan satu-satunya dihamili orang, lelaki bangsat itu adalah anak sahabatnya sendiri. Tambah-tambah ketika Ia bersusah payah mendatangi tempat tinggal anak Mukti yang cukup elite, yang Ia temukan hanyalah seonggok daging yang sedang mabuk. Hatinya menangis menahan kesal.
Mungkin ini salahnya karena tidak menjaga anaknya secara serius. Ardani dulunya merasa cukup dengan mengirimkan uang jajan untuk anaknya. Ia tidak perlu banyak tahu apa yang terjadi pada anaknya, selama ada uang Ia yakin semua kebutuhan anaknya terpenuhi.
Lelaki yang rambutnya sudah memutih semua, tersengal-sengal mnengambil napas lalu dengan susah payah menghembuskannya kembali. Dibantu sopir setianya, Ia menuju kantor Mukti. Mungkin berbicara dengan orangtuanya akan lebih mudah dibandingkan dengan anaknya yang pemabuk itu.