Duduk berbicara bersama lelaki yang membuat nyaman adalah hal baru yang sangat menyenangkan bagi Bella. Ia seperti menemukan dunianya yang selama ini Ia cari. Ia menggali dan terus menggali apa yang ada pada lelaki tersebut. Ternyata Aron adalah lelaki ambisius dan perfeksionis. Sisi lain dari dirinya adalah seorang dominant sadist jauh di atas yang Bella perkirakan. Lelaki itu sebelumnya masih terlalu dini untuk mengenal BDSM, tetapi dengan sangat cepat Ia bisa mempelajari dan mengendalikan dirinya.
"Sebelum aku tahu tentang BDSM, sebenarnya aku sudah memiliki kecenderungan suka mendominasi dan sadis. Hanya saja aku tahu safety-nya setelah mempelajari BDSM dengan sungguh-sungguh," ucap Aron.
Mirip dengan dirinya yang sudah memiliki ketertarikan pada rasa sakit dan suka melihat lawan jenis yang membuatnya patuh juga tunduk. Mungkin dalam hal ini Aron adalah pantulan dirinya, Ia dominant secara alami. Menguntungkannya, Ia memiliki kehidupan yang mendukung. Memiliki peran dan jabatan penting sejak masih sekolah terus menyuburkan jiwa kepemimpinannya.
Aron bukanlah lelaki kaya seperti Vincent, tetapi Ia jauh lebih menarik daripada lelaki hidung belang mesum tidak tahu diri itu. Bella merasa sangat nyaman berada di dekat Aron meskipun baru dua kali ini bertemu. Hatinya dengan tenang bersandar pada lelaki di depannya.
"Jadi, Kau meyakinkan diri kalau dirimu adalah submissive masochist?" tanya Aron. Bella mengangguk menelan apa yang sedang Ia makan.
"Apa saja yang Kau sukai?" lelaki itu terus mengejar apa yang telah Ia mulai.
"Apapun. Tapi sebenarnya aku belum tahu banyak, jadi aku belum tahu apa yang sebenarnya kusukai," jawab Bella.
"Oh, begitu. Humiliation, suka? Public play?"
"Nggak tahu, belum pernah," jawab Bella.
"Oh, iya. Kau belum pernah scene, ya? Tapi tidak limit itu, kan?" ujar Aron.
"Tidak," jawab Bella dengan cepat. "Itu pasti menantang," ucapnya.
Aron terkekeh kecil, setelah gadis itu mengorek apa yang dirinya sukai sekarang gilirannya membantu dirinya untuk bereksplorasi. Kalau bisa sekarang juga di sini.
"Duduklah di sini," Aron menepuk pahanya. Ia mengangguk menegaskan pintanya pada gadis itu.
Dengan ragu-ragu Bella mendaratkan bokongnya di pangkuan Aron, lelaki itu tersenyum puas dengan tingkah Bella yang malu-malu tetapi tidak bisa menolak. Tak lama kemudian, tangan Aron menyelinap masuk ke kemeja bagian depan gadis itu. Bella terkejut dengan apa yang Aron lakukan.
"Tenanglah, aku hanya ingin bermain di sini," bisik Aron.
Bella menggeleng, memohon dalam diam atas apa yang Aron lakukan. Tetapi lelaki itu mengabaikan apa yang Bella lakukan. perlahan gerakannya semakin terasa setelah Ia berhasil masuk ke dalam bra di balik kemeja kerja Bella.
"Aron," keluh Bella.
"You're a pervert girl, didn't you?" bisik lelaki itu di tengkuk Bella. Tangannya yang lebar menguasai gundukan di dada gadis itu sembari sedikit menekannya.
Bella menahan desah oleh rangsangan yang baru pertama kali dalam hidupnya Ia terima, seperti inikah rasanya berada dalam genggaman seorang lelaki yang Kau kagumi? Aron tak hanya mempesona dari sisi kecerdasannya, tetapi keterampilan tangannya juga sungguh mengagumkan.
"Ah, Sir," ucap Bella sangat pelan.
Ini di tempat keramaian seperti pertemuan sebelumnya. Tetapi apa yang Aron lakukan kepadanya jauh lebih menantang. Lelaki itu memijat bongkahan dadanya di tempat umum. Dirinya begitu kecil dalam dekapan dan dominasi Aron, nyaman, menyenangkan, tapi memalukan.
"Ah, malu, Kak," desis Bella.
"Sst, diam," ucap Aron. "Ini yang Kau inginkan, kan?"
"Mmm. tapi …"
"Say thank you, Bella," potong lelaki itu tak membolehkan gadisnya mengeluh dan menghentikan kegiatannya.
"Thank you, Aron," ujar Bella.
Aron melanjutkan permainan tangannya di balik kemeja Bella, berada di belakang gadis itu dan memberinya kepuasan sembari menghirup aroma sampo adalah anugerah terbesar hari ini. Pertemuannya dengan Bella sungguh menyenangkan.
"Kau senang?"
"Iya, tapi malu," jawab Bella.
"Malu adalah tujuan utama dari perlakuanku padamu. Kau senang bukan, kupermalukan seperti ini?" tanggap Aron.
"Mmm," erang Bella.
"Katakan, aku tidak suka jawaban seperti itu," ujar Aron.
"Iya, aku malu tapi suka," ucap Bella.
Rasanya tak ingin membuka mata karena di sekeliling, aktivitas mereka sudah pasti menjadi tontonan pengunjung seisi kafe. Jika bukan Aron yang melakukannya mungkin Bella sudah berteriak dan menggampar siapapun yang melakukan itu kepadanya. Tetapi tidak bagi lelaki itu, lelaki yang berhasil membuat mata dan hati Bella tersihir begitu saja karena ketampanan dan caranya bicara.
Jemari Aron semakin liar dan bergerak menjepit puncak dada gadis di dekapannya, membuat gadis itu terlonjak dengan sedikit erangan.
"Ssst, tenanglah, Sayang," bisik Aron.
"Buka matamu," titahnya. "Buka."
Ini adalah hal yang sangat membuat Bella malu tiada banding, walaupun ternyata tidak seisi kafe memandangnya tetapi tetap saja beberapa pasang mata tidak beralih darinya. Beberapa dari mereka juga ada yang berbisik-bisik kepada pengunjung lain. Bagaimana jika di antara mereka adalah teman sekantornya atau temannya saat kuliah dulu? Atau mungkin saudara jauhnya yang tidak Ia sadari? Bella menggigit bibir membayangkan hal itu.
"Mau sampai jam berapa kita di sini?" bisik Aron.
"Kak, kita pulang saja," ujar bella.
"Jam tutup kafe masih lama, Kau mengusirku?" jawab Aron.
"Tidak, maksudku bukan begitu, Kak. Aku malu, mau sampai kapan kak Aron mendekapku seperti ini?"
"Sampai aku bosan, Sayang," seringai Aron.
Siapa yang tidak terangsang jika diperlakukan seperti ini di tempat umum? Bella terengah menahan desah dan panas di bagian paling privatnya. Lelaki yang mendekapnya tampak menggila untuk membuat Bella tersiksa oleh kenikmatan di tangannya.
"Jika Kau duduk tenang di pangkuanku seperti ini, aku tidak akan menghukummu. Tapi kalau kau berontak, aku akan memberimu sesuatu yang tidak kau duga. Duduk yang tenang, Bella," bisik Aron.
Bella menyerap apa yang lelaki itu ucapkan dengan sangat serius, Ia duduk seperti biasa sembari menghabiskan makanannya dan membiarkan dadanya dimanjakan oleh Aron. Hingga akhirnya lelaki itu melepaskannya menjelang kafe ditutup, tak ada protes yang Bella lontarkan karena khawatir lelaki itu akan menghukumnya.
Aron mengantarkan gadis itu sampai di depan kontrakan. Awalnya Bella menolak dengan halus, tetapi Aron tahu Bella takut jika dirinya mengusik privasi gadis itu.
"Aku hanya ingin memastikan Kau selamat sampai rumahmu," ujar Aron.
"Terima kasih atas semuanya," tanggap Bella.
"Habis ini langsung tidur?"
"Tidak, aku harus menyelesaikan deadline untuk besok pagi," jawab Bella. Ia harus mengurus keinginan bosnya yang aneh dan menjijikan.
"Oh, baiklah. Jangan lupa jaga kesehatanmu, Bell,"
"Iya, Kak," jawab Bella.
"Kau memanggilku dengan apa sebenarnya, 'Kak' 'Aron' atau 'Sir'?" Aron terkekeh membuat Bella tersipu malu.
"Tidak tahu lah belum nemu yang nyaman saja, Kak," jawab Bella.
Pertanyaan ini sepertinya adalah kode Aron untuk Bella, Ia pernah mendengar gadis itu memanggilnya 'Sir' di tengah aksi mereka. Bella hanya tersipu melihat Aron di kursi kemudinya memperhatikan dirinya.
***