Chereads / BATINKU / Chapter 4 - Chapter 4 : Seorang ibu

Chapter 4 - Chapter 4 : Seorang ibu

Terdengar samar-samar suara Alva yang memanggil namaku hingga akhirnya aku tak mendengarkan lagi suaranya.

𝘼𝙡𝙫𝙖 𝙥𝙤𝙫

Aku segera membawa Meysia ke rumah sakit, untungnya Meysia pingsan ditempat yang dekat dengan rumah sakit, aku membopong tubuh Meysia ke dalam UGD dan berteriak memanggil suster.

"SUSTER!! teman saya pingsan didekat sini, cepat tolong dia". Suster tersebut pun menyuruhku membaringkan Meysia ke ranjang besi, belum sempat aku duduk didekat ranjang itu, suster tersebut menyuruhku keluar dan akupun menuruti kemauan suster tersebut.

Sudah sejam aku menunggu tapi dokter dan suster yang memeriksa Meysia belum kunjung keluar untuk memberikan kabar.

"Apa Meysia baik" saja?". Aku bertanya tanya pada diriku sendiri, dan tiba-tiba dokterpun keluar dan akupun segera menghampiri nya.

"dok, apa teman saya tidak apa apa? " tanyaku

"Teman kamu tidak apa apa, tapi pas dia membuka matanya dia tampak aneh, wajahnya pucat dan dia selalu menyebut mamanya, dia juga selalu merengek seperti anak kecil, karena kondisi dia lemah jadinya kami memberikan yang obat penenang, teman kamu masih belum sadar".aku mengerutkan alisku saat mendengarkan penjelasan dokter.

"Apa aku boleh melihat nya? " tanyaku untuk memastikannya keadaan Meysia.

"Silahkan" jawab dokter tersebut.

Akupun memasuki ruangan Meysia dan aku melihat nya dalam keadaan Tertidur pulas, mungkin itu efek dari obat penenang. Aku mengusap kepala Meysia dan tiba" tangan Meysia memegangku dengan sangat erat, aku kaget dan segera melepaskan genggaman Meysia. Terlihat bekas merah menggoresi tanganku.

"Meysia, kamu sudah sadar". aku mendekati Meysia dengan hati hati karena aku merasakan hawa yang sangat aneh saat dekat dengan meysia.

Tiba tiba Meysia berbalik kepadaku dan melompati badanku hingga aku terbentur di tembok, Meysia berusaha mencakar wajahku tapi aku mendorongnya, hingga ia terjatuh ke lantai. Aku merasakan bahwa Meysia sedang dirasuki oleh arwah yang jahat. Aku mendekati Meysia untuk mengecek apa dia baik baik saja karena dia terdiam dilantai begitu tadi aku mendorongnya.

Aku kesakitan saat tiba tiba Meysia memukul perutku dengan kuat dan saat aku tergeletak di lantai, Meysia mengambil botol kaca dan memecahkannya dilantai dan mengambil pecahan itu dan mengarahkan pecahan botol itu dilehernya. "JANGAN MEYSIA, AWW ISH PERUTKU, HENTIKAN MEYSIA KAU BISA CELAKA". Aku berteriak dan setetes darah jatuh dari leher Meysia, sebelum arwah yang ada didalam tubuh Meysia bertindak lebih jauh aku bangkit dan merampas pecahan itu lalu membuangnya, Meysia berteriak dan entah mengapa orang diluar sana hanya lewat dan seakan tidak mendengar apa apa dari dalam sini.

Meysia melihatku seakan penuh dendam dan aku rasa arwah yang memasuki tubuh Meysia adalah arwah yang punya dendam kepada orang lain didunia ini.

" mengapa kamu memasuki tubuh temanku? keluar lah itu bukan tempatmu? " aku berusaha berinteraksi kepada arwah tersebut

"Mana anakku?" tanyanya

"Apa maksudmu?"

"MANA ANAKKU! " Teriaknya yang membuat kupingku berdengung.

"Aku tidak tahu" Jawabku

"jangan bohong aku tadi melihat anakku mengikutimu bersama temanmu ini saat mengendarai motor" jawabnya dengan penuh amarah yang membuatku tahu jadi mungkin itu yang membuat Meysia pingsan di tengah jalan.

"Jadi dia anakmu?". Kataku untuk merencanakan sesuatu.

" katakan dimana anakku!!". jawabnya dengan lantang.

"Aku akan memberitahumu, tapi kau harus keluar dri tubuh itu". kataku untuk menyuruhnya keluar dan tanpa berkata lagi akhirnya dia keluar dari tubuh Meysia dan tiba tiba tubuh Meysia mendadak oleng dan aku segera membopong Meysia di ranjang dan menidurkannya, aku menoleh ke hantu itu dan yang membuatku kaget dia ternyata seorang wanita, aku kira dia seorang pria karena pukulannya yang keras.

"Dimana anakku? , KATAKAN! " tanyanya

"Dia ada di belakang rumah sakit ini". Aku berkata bohong kepada hantu wanita itu dan seketika dia lenyap dan cepat aku membuka kalung mutiara ku dan memakaikannya ke leher Meysia agar roh halus tidak masuk ke tubuhnya lagi. itulah alasan ku selalu memakai kalung mutiara ini.

𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 ...

Aku yang masih berumur 10 tahun tengah duduk di kursi rumah sakit sambil melihat kedua orang tuaku tertidur dengan pulas dan memakai alat alat rumah sakit disekujur tubuhnya. Ayah dan ibuku sudah seminggu dirawat dirumah sakit dan belum sadarkan diri sejak itu. Aku yang tertidur sambil memegang tangan ayahku langsung terkaget saat aku merasakan gerakan dari tangan ayahku.

"Ayah?? Ayah sudah bangun?? ". Girangku saat ayahku membuka matanya semenjak seminggu terakhir.

" Alva? Mendekatlah kemari" kata ayahku sambil menarik dengan pelan tanganku. Akupun mendekat dan tampak bingung.

"Ayah akan berikan sesuatu kepadamu, mungkin ini akan mengejutkan mu saat pertama kali tapi yakinlah ini yang terbaik untukmu dan ini akan menjauhkan mu dari kutukan dari keluarga kita". Aku yang tidak tahu apa apa pun hanya diam dan mengiyakan kata ayahku.

Tiba tiba ayahku memegang kedua mataku dan menekannya yang membuatku kesakitan dan setelah itu aku tak melihat apa apa saat ayahku melepaskan tangannya dari kedua mataku.

"Ayah kenapa semuanya terlihat gelap? mata Alva kenapa ayah? " Heranku saat aku tak meliah apa apa seakan aku buta.

"pejamkan matamu dan bukalah secara perlahan". kata ayahku dan akupun menurutinya. Saat aku membuka mataku aku melihat ayahku dan beliau tersenyum.

" Lihat lah disekeliling mu nak". Akupun menuruti kata ayahku dan betapa kagetnya aku saat melihat beberapa hantu yang ada diruangan ini aku kaget dan menangis dan segera memeluk ayah.

"yahh aku takut, banyak hantu disini ayah". tangisku sambil memeluk ayahku dan beliau melepaskan pelukan ku, dia menatapku dan memberikan kalung mutiara yang sering dia pakai

" pakailah ini, jangan kau lepaskan kalung ini dari tubuhmu kecuali kau ingin melindungi seseorang. kalung ini akan melindungimu dari makhluk jahat dan selama kamu tidak melepaskannya, hantu yang kau lihat seperti hari ini tidak akan nampak". Ayahku langsung memakaikannya dileherku dan saat kalung itu terpasang dileherku seketika pandanganku gelap lagi dan dari situ aku sadar aku tadi sedang mimpi tapi ini terlihat sangat nyata.

Aku melihat kedua orang tuaku tertidur dan saat aku mengaruk leherku, ada sebuah kalung yang terpasang, aku melihat nya dan kalung itu sama persis dengan apa yang ada dimimpiku. Apa mimpi tadi nyata?

Dan saat itu juga terdengar suara aneh dari monitor alat rumah sakit itu, karena aku tidak tahu apa apa, sehingga aku membangunkan kakakku dan memberitahu keadaan ayah dan ibu. Kakakku bangun dan Melihat kondisi ayah dan ibu. Kakakku kaget dan segera memanggil dokter.

Tak lama dokterpun tiba dan memeriksa kondisi ayah dan ibu, terlihat dokter membisikkan sesuatu ditelinga kakakku dan kakakku tiba-tiba tiba menangis dan memeluk ayah dan ibu. Dokter terlihat melepaskan semua alat yang terpasang ditubuh ayah dan ibuku, aku menghampiri kakakku.

"kak, kenapa dokter melepaskan alat- alat ini, apa ayah sama ibu sudah sembuh? " kataku polos kepada kakakku. kakakku yang mendengar itu langsung memelukku hingga tangisannya pecah.

"Ibu dan ayah sudah tidak ada Alva" tangis nya pecah.

𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙤𝙛𝙛...