BRAKK!!
Aku bergegas masuk dan melihat Meysia yang tergeletak dibawah lantai, aku yang melihatnya segera menggendong Meysia dan membopong tubuhnya naik ke tempat tidur.
"Meysia, kamu kenapa bisa terjatuh dari tempat tidur? " Tanyaku cemas kepada Meysia, Meysia hanya tersenyum.
"Aku haus". jawabnya
" Tunggu aku ambilkan". aku. mengambil gelas dinakas dan mengisikannya air minum.
"Ini minum". Aku menyodorkan Air minum itu ke Meysia dan segera Meysia meminumnya.
" Oh iya, kapan kamu sadar?". Tanyaku kepadanya, karena terakhir kali aku kesini, Meysia belum siuman.
"Pas kak Rey menelponmu aku sudah sadar, tapi aku melarangnya memberitahumu". Kata Meysia sambil. menjulurkan lidahnya.
" Dasar". Ujar ku.
Keesokan harinya Meysia sudah bisa pulang dari rumah sakit dan keesokan harinya diapun pergi ke sekolah meskipun sempat mendapat larang pada kakaknya karena kondisinya yang belum stabil, karena sikap keras kepalanya diapun akhirnya dibolehkan.
𝙈𝙚𝙮𝙨𝙞𝙖 𝙥𝙤𝙫
Saat aku hendak mandi untuk ke sekolah aku baru sadar bahwa aku memakai kalung dan seingatku aku tak pernah membeli ataupun memakai gelang. Aku melihat kalungnya secara intens dan aku tahu siapa pemiliknya.
Di sekolah aku bergegas ke kelas dan aku berharap lelaki yang bernama Alva sudah ada di kelas, aku tak sabar ingin mendengar akan alasannya memberikan aku kalung ini. Saat tiba dikelas ternyata dia sedang tidur dengan kepala yang disembunyikan dibawah kedua tangan yang dilipatnya.
Karena tak mau mengganggunya akupun duduk dibangkuku dan mengeluarkan berbagai buku untuk dipelajari. 20 Menit berlalu bel masuk pun berbunyi dan guru yang akan mengajar sudah masuk ke kelas kami dan Alva belum saja bangun, aku membangunkannya dan dia tampak kaget saat aku membangunkan nya.
"Hei, kenapa kau tidur, guru sudah datang". Ujarku
" Whooompp, iya iya aku sudah Bangun kok". Ujarnya sambil mengenjapkan kedua matanya.
Pelajaran pun dimulai dan saat bel pergantian pelajaran dimulai, guru yang mengajar memberitahukan informasi bagi kami semua karena kebetulan juga beliau adalah wali kelas kami.
"Tolong perhatian nya anak-anak, untuk akhir pekan ini sekolah mengadakan acara camping untuk kelas 3 dan lokasinya di gunung Bromo. Ibu harap kalian semua ikut dalam kegiatan ini karena acara ini juga bagian dari perpisahan kalian juga, jadi besok kalian harus sudah izin kepada kedua orang tua kalian. Kalian paham ? " ujar bu Melisa
"Paham bu" ucap seluruh murid dikelas.
" Yes, akhirnya aku bisa liburan juga"
" Iya nih, udah lama sekolah gak bikin acara kek gini"
"Eh kamu ikutkan? "
" Ya jelaslah, inikan acara camping, sejak kapan aku nggak ikut kalau acara kek gini". Seluruh murid semuanya berbincang-bincang tentang camping itu bersama teman teman lainnya, sedangkan aku hanya diam karena tak ada satupun murid perempuan yang ingin mengajakku bahwa berbicara kepadaku.
"Hey Alva kamu ikutkan? " tanya salah satu murid laki-laki
"Kalau Meysia Ikut aku juga akan ikut" Ucap Alva membuat seluaru murid menatapku.
"Ya jelaslah Remi gak akan ikut, diakan memang gak tertarik sama kegiatan kek gini".
" betul tu". Ucap salah satu murid dikelas ku, memang aku tak pernah ikut kegiatan seperti ini, aku lebih suka ketenangan dan tak suka berinteraksi kepada orang, karena biarpun aku ada di sekeliling mereka dia tidak akan menganggap aku ada.
Saat pulang sekolah, tiba tiba tanganku dicekal oleh seseorang, saat kukiahat ternyata itu Alva
" Ada apa Alva? ".Tanyaku kepadanya jengkel, entah mengapa saat melihat wajahnya aku merasa kesal.
" Kamu serius tidak mau ikut? ". Tanyanya padaku
" Iya ". Jawabku singkat
" Kamu harus ikut, nanti siapa yang menemani ku disana? " Ucap Alva membuat jantungku berdebar debar.
"Apa maksud mu? " tanyaku terbata-bata
" Pokoknya kamu harus ikut, ayo kita pulang biar aku antar sampai di rumah kamu". jawab nya sambil menarik tanganku ke parkiran.
Malam harinya aku tak bisa tidur apalagi saat suara suara aneh terus memenuhi pendengaran ku, aku mengira itu hanya suara suara hewan yang sering terdengar dimalam hari. Tapi beberapa saat aku menyadari bahwa kamarku kedap suara dan mana mungkin suara dari luar bisa terdengar di dalam kamarku, aku membuka mataku perlahan dan anehnya seluruh tubuhku tidak bisa digerakkan. Aku tak kaget, hal semacam ini sudah biasa bagiku tapi yang aneh kali ini adalah bagaimana bisa aku tak melihat sosok yang menindih tubuhku, biasanya aku melihatnya saat sosok hantu yang menindihku di malam hari. Apa mungkin ini ada kaitannya dengan kalung ini?. Semenjak aku memakai ini aku tak pernah lagi melihat hantu seakan aku adalah manusia normal.
"Besok aku harus menanyakan nya dengan Alva tentang kalung ini" batinku.
Minggu ini menjadi hari yang menyenangkan bagi seluruh murid selain aku, hari ini akan diadakan camping di gunung Bromo yang dimana kata ayahku dulu gunung itu termasuk angker di kota ku dan ada sebuah tempat digunung itu dimana sosok hantu yang sangat berbahaya dan apabila seseorang melihatnya, mereka akan dibawah dialam nya dan kembali dialam manusia dengan leher yang terputus, konon ada seorang pendaki yang ditemukan tewas dengan kondisi utuh tetapi lehernya terbelah sempurna dan warna kulitnya pucat, banyak warga sekitar mengira ini perbuatan sosok penguasa gunung Bromo.
Hari ini aku ikut camping dan sudah jelas Alva lah yang memaksaku ikut, karena kakakku juga tidak dirumah jadinya aku ikut daripada berdiam diri dirumah.
"Hai". Sapa Alva
"hm". balasku
" Kebetulan kita satu bus, nanti duduknya disamping aku ya? " Tanyanya.
"Ya sudah, lagipun ada hal yang aku ingin tanyakan padamu". Ucapku serius membuat Alva mengerutkan alisnya.
Didalam bus terasa canggung antara Alva dan aku hingga Alva membuka percakapan.
" Apa yang ingin kau tanyakan padaku? ". Ucapnya
" Apa maksudmu memberikan ini? ". Jawabku sambil memperlihatkan kalung yang aku kenakan.
" Aku tak mau kamu diganggu lagi oleh mereka". jawabnya sambil menatap ku dengan tajam.
" Tapi mereka masih mengganggu ku tadi malam, hanya saja aku tak bisa melihat nya". Ucapku
" Bagaimana bisa? kata ayahku apabila seseorang memakai kalung ini, sosok hantu terkuat pun tak dapat mengganggu kita apalagi mendekati kita. " Jawaban Alva membuatku bingung akan hal ini.
" Apa mungkin aku berhalusinasi semalam? ". batinku.
3 jam perjalanan akhirnya kita sampai ditempat tujuan yaitu gunung Bromo, saat aku menginjakkan kakiku di tempat itu entah mengapa perasaan cemas dan takut bercampur dalam diriku, apa mungkin sosok yang diceritakan ayah itu benar?.
" Mey, kamu merasa aneh gak sama tempat ini? " Seketika aku meras cemas kepada Alva, apa aku memberitahukan hal tentang tempat ini padanya?
" Alva, kamu harus hati" di tempat ini, kata ayahku tempat ini keramat". Ucapku serius membuat Alva mendekat agar paham tentang maksudku.
" Apa maksudmu? ". Tanyanya sambil memegang kedua pundakku
" XOXO, roh penguasa di gunung ini, kamu tahukan tentang mayat yang ditemukan bulan lalu, tubuhnya utuh dengan leher yang terpotong sempurna dengan warna tubuh yang pucat. " Alva mematung tepat didepanku saat setelah mendengar ucapanku, wajahnya pucat hingga berkeringat.
" mayat yang kau maksud itu kakekku". Aku membulatkan mataku tak percaya.
" Jadi makhluk yang membunuh kakekku itu XOXO?. Tunggu saja pembalasanku". Lanjut Alva sambil mengepalkan tangannya penuh emosi.