Riska panik saat ini karena Fahri yang terjatuh di halaman belakang, lututnya berdarah membuat Fahri menangis.
Sisil yang tak mengerti harus bagaimana hanya terdiam melihat Fahri yang menangis tak henti, Riska kembali dengan membawa obat untuk Fahri.
Menggendongnya dan membawanya duduk di kursi, Sisil tampak membuntut saja tanpa berkata apa pun juga.
"udah diam suttt jangan nangis ya, mamah kan lagi obati lukanya"
Fahri mengangguk tapi tetap tidak bisa berhenti menangis, hal itu membuat Riska sedikit tenang karena bisa tersenyum.
"makanya kalau main itu harus tetap hati-hati, kan kalau udah gini siapa yang sakit"
Riska dengan hati-hari memplester luka di kedua lutut Fahri, Sisil tersenyum ketika darah tak lagi terlihat oleh matanya.
"udah jagoan ah, Fahri kan laki-laki jadi harus kuat ya sayang"
Fahri kembali mengangguk meski tetap saja menangis.
"Sisil tadi dimana, kenapa Fahri bisa jatuh, Sisil gak jagain adiknya ya"