Ervan memarkir mobilnya, sesuai dengan janji Ervan kalau akan menjemput jam 9.
Hari ini Ervan datang tepat jam 9, Ervan keluar dari mobil, disana sudah terparkir satu mobil lain.
Ervan tersenyum, tebakannya itu adalah Gilang, Ervan yakin ini akan menjadi pagi yang sangat menyenangkan.
Ervan melangkah memasuki rumah, langkahnya terhenti diambang pintu kala telinganya mendengar suara tangisan.
Ervan ingat jika Maura pernah bilang tentang Gilang yang kembali kasar padanya, dengan cepat Ervan memasuki rumah dan benar saja, Maura tengah menangis.
Ervan juga melihat Gilang dan Jessy, berdiri tepat dihadapan Maura yang terduduk dikursi. "apa-apaan ini"
Ucap Ervan tanpa suara, niat Ervan untuk menghampiri mereka tertunda karena rasa penasarannya tentang apa yang sedang terjadi.
"diamlah Maura"
"kalian yang diam, sekarang pergi dari sini, aku gak peduli kalian mau ngapain juga"
"ngapain apa maksud kamu, makanya ayo ikut sama aku sekarang"
"aku ikut sama kamu, kalau dia gak ada"
Jessy tersenyum mendengar kalimat Maura, Jessy tetap pada keyakinannya jika Gilang memang masih memiliki rasa untuknya.
"ayolah Jes, tolong"
"aku udah bilang aku gak mau, dia aja yang suruh pergi dan berhenti, lagian aku lebih dulu datang kok dari pada dia"
"iya tapi itu dulu, sekarang udah lain lagi, sekarang kamu yang pergi"
Jessy mengangkat kedua alisnya dan terdiam tanpa peduli ucapan Gilang.
"udahlah, sana pergi, aku gak mau ada lagi urusan dengan kalian"
"jangan seperti ini Maura"
"lalu seperti apa"
"udah sih, cewek lebay kaya gitu dipertahanin"
Maura mengernyit mendengar ucapan Jessy, mereka tak saling kenal tapi bisa-bisanya mengatai Maura.
"gak usah cari perhatian, pake nangis segala, kamu fikir Gilang peduli"
"diam Jes"
"memang benar kan, sejak kapan kamu suka cewek cengeng kaya gitu"
kalimat kedua yang Maura dengar tak bisa lagi diterimanya, Maura bangkit dan menampar Jessy begitu saja.
Keduanya kaget dengan apa yang dilakukan Maura, Jessy yang juga tak terima dengan itu, berniat untuk membalas Maura.
Tapi sayang, niatnya gagal karena Ervan lebih dulu menarik Maura menjauh dari keduanya.
Maura menoleh dan seketika itu memeluk Ervan, terisak dalam pelukan Ervan, hal itu membuat Gilang kesal.
"Maura"
"jangan berani mendekat, mending selesaikan dulu sama dia, baru urus Maura"
"hak apa kamu ikut campur"
Ervan tersenyum acuh, pertanya Gilang tak harus dijawabnya.
"balik Maura"
"udahlah Gilang, biarkan saja, gak usah lagi mempertahankan dia, kamu ga mikir gimana jalan fikirnya, kalian itu belum putus tapi kenapa dia malah dekat sama orang lain"
Gilang terdiam mencerna kalimat Jessy, itu bisa saja benar, dan Gilang pun tak bisa terima itu.
"hebat sekali wanita ini, hanya dengan beberapa kata saja mampu membuat mu terdiam"
Ervan menggeleng dan membawa Maura pergi begitu saja dari hadapan keduanya.
"udahlah, buat apa nangis, gak ada gunanya"
Maura tak menjawab, masih setia dengan tangisnya.
"Maura, untuk apa seperti ini"
"aku gak mau lagi lihat mereka"
"ada apa tadi"
Maura kembali diam, tak menjawab pertanyaan Ervan.
"udahlah, ayo kita pergi"
"mau kemana"
Ervan tersenyum melihat Maura, tanpa permisi, Ervan mengusap air mata Maura.
"benerin dulu, bersihin dulu mukanya, jangan kaya gini, mau pergi sama aku itu harus cantik"
"ya udah gak usah pergi kalau gitu, aku kan gak cantik"
"udah jelek, ambekan lagi"
"biarin"
"udah ayo masuk mobil, keburu orang rese itu datang lagi"
Maura melangkah memasuki mobil, disusul Ervan, tanpa buang waktu lagi mobil pun melaju.
Keduanya sama-sama terdiam menikmati perjalanan mereka saat ini.
----
Revan membuka pintu rumah setelah mendengar bel berdenting.
"Riana"
"Revan, apa Ervan pulang kesini"
"Ervan, gak ada, bukannya dia sama kamu"
"udah beberapa hari Ervan gak ke rumah, aku fikir dia pulang kesini, soalnya dihubungi juga gak bisa"
Revan mengernyit mendengar Kalimat Riana, Ervan sempat ke rumah sakit saat Laura kecelakaan, dan itu bersama dengan Maura.
Keesokannya pun Ervan masih datang ke rumah sakit menemani Maura, bagaimana mungkin Riana tak tahu tentang itu.
"Revan"
"iya, aku gak tahu Ervan kemana, dia gak ada kesini"
"lalu kemana dia, aku takut terjadi sesuatu sama dia"
"udahlah, ayo masuk, mungkin Ervan lagi cari kesibukannya sendiri"
Revan membawa Riana masuk, Revan gak mungkin bilang tentang Ervan dan Maura.
Biarkan saja Riana tahu sendiri nanti, Revan hanya berharap kalau Ervan tak akan lagi menyakiti Riana setelah dekat dengan Maura.
"ayo duduk, aku ke kamar sebentar ya"
"om sama tante kemana"
"mereka di rumah sakit, lagi jagain Laura"
"Laura kenapa"
"Laura kecelakaan, aku harus ke kantor jadi mereka yang nemenin Laura disana"
Riana mengagguk, ternyata sekarang orang tua Revan telah menerima Laura berada ditengah mereka.
"silahkan non"
"makasih bi"
Revan berlalu setelah kedatangan bi Marni, Revan memang harus segera ke kantor karena ada pertemuan dadakan.
Riana meneguk minuman yang dibawakan bi Marni untuknya, sambil menunggu Revan kembali, Riana membuka ponselnya dan berusaha menghubungi Ervan.
"kamu kemana sih Ervan, kenapa susah sekali dihubungi"
Riana bangkit dan berjalan kearah jendela, Riana masih tetap berusaha menghubungi Ervan meski tak juga mendapatkan hasil.
Senyum Riana merekah saat melihat kedatangan mobil Ervan, Riana memasukan ponselnya ke tas berniat untuk menemui Ervan diluar sana.
Tapi gagal, Riana terdiam melihat Ervan datang bersama Laura, merangkulnya begitu mesra, berjalan dengan penuh canda.
"apa maksudnya"
Riana menggeleng, bagaimana bisa itu terjadi, apa Ervan mengulangi kesalahannya lagi, apa Ervan menyakiti Revan lagi.
"gak mungkin"
Riana mulai tak bisa menahan tubuhnya, apa yang dilihatnya cukup membuat Riana syok.
"Riana, kamu kenapa"
Mendengar suara Revan, Riana menjatuhkan tubuhnya begitu saja.
beruntung Revan menahannya, sehingga Riana tak sampai terjatuh.
"kamu kenapa, Riana"
"apa Ervan menyakiti mu lagi kali ini"
"apa maksud mu"
"apa gadis itu Laura, apa aku salah lihat"
Belum sempat Revan melihat siapa yang dimaksud Riana, Ervan lebih dulu memasuki rumah bersama dengan Maura.
Ervan kaget melihat Riana berada disana, begitu juga Maura, apa yang difikirkan Maura saat ini setelah melihat Revan bersama wanita lain.
"Ervan, kamu mengulanginya lagi"
Ucap Riana dengan suara bergetar, Ervan lantas menjauhkan diri dari Maura.
"kenapa, kamu kenal sama dia"
Pertanyaan Maura pun menambah gelagapan Ervan.
"dia Maura, bukan Laura, dia kembaran Laura, Riana kamu jangan salah paham dulu sama Ervan"
Riana tersenyum mendengar kalimat Revan, setidaknya Ervan tak lagi menyakiti Revan.
Tapi bagaimana dengan perasaannya sekarang, setelah melihat Ervan begitu mesra dengan kembaran Laura yang dikatakan Revan.