Setelah insiden penamparan Axel oleh Aya berlalu, mereka melanjutkan ngobrol-ngobrol ria mereka yang tertunda, tentu saja dengan pemandangan muka masam Axel yang melihat Aya dengan penuh perhitungan di iris mata obsidiannya yang membuat punggung Aya terasa dingin.
Setelah selesai dengan urusan perut, mereka pulang karena Sekolah memang di bubarkan lebih cepat selama MOS, tapi karena ciwi-ciwi pada males pulang cepat dan berencana cuci mata di Mall dulu akhirnya cowo-cowo ikut-ikutan cuci mata dengan alasan-
"Gw ikut dek, nanti lo di culik, gw gak bisa mikul tanggung jawab dari Papa Mama." Gabriel kukuh pada pendiriannya yang ingin ikut dengan Anggi, Aya, Ain, dan Ara ke Mall tanpa memperdulikan tatapan kesal dari Anggi.
Anggi mengalihkan tatapannya pada ketiga pemuda di belakang Gabriel "Dan kalian?" Tanya Anggi.
"Kalian berempat, jika ada penculik, Gabriel sendiri enggak bakalan bisa nolongin kalian sekali gus." Mario menjawab Anggi dengan muka seriusnya yang di lebih-lebihkan untuk membenarkan penjelasannya tentang keikut sertaan mereka pergi jalan-jalan.
"Kami hanya perlu melindungi mereka berdua, Aku bisa Taekwo-" Bantahan Aya terhenti karena perkataan Axel.
"Sayang, walaupun kamu bisa Taekwondo itu enggak menjamin keselamatanmu, bagai mana jika penculiknya bergerombol, patuh dan biarkan aku ikut yaa, kalau tidaak ... " Axel mendekatkan bibirnya ketelinga Aya dan berbisik dengan lirih, "Gw bakalan cium lo di sini, lo enggak maukan acara ciuman kita jadi tontonan massal semua murid baru disini." Axel mengakhiri bisikannya dengan meberikan gigitan kecil di ujung telinga Aya untuk membuktikan bahwa dia tidak main-main dengan ancamannya sebelum dia menarik Aya menuju mobilnya yang baru saja di antar pihak bengkel.
Saat Anggi akan berjalan ke mobilnya Gabriel, Mario menarik tangannya dan membawanya ke mobilnya sendiri.
"Sini ikut gw aja, jangan jadi obat nyamuk." Mario memberikan alasan yang aneh hanya untuk membuat Anggi masuk ke mobilnya (Alasan aja lo(author rese)).
"E-eh, iya deh kak." Anggi mengiakan dengan ragu sekaligus gerogi karena senang bisa berdua dengan Mario.
"Gw ikut siapa dong?" Ain melihat mobil-mobil yang melaju membawa sahabat-sahabatnya, dan semakin kesal dengan ledekan Ara dari dalam mobilnya William.
"Duluan yaaaaa, kalian kencan berdua aja, Gabrieeel awas lo gak jagain sahabat gw, hahahaaaaa." Tawa Ara meledak melihat muka kesalnya Ain.
"Ayo In." Gabriel tersenyum dan menggandeng tangan Ain menuju mobilnya.
"M-maaf ya kak." Ain menunduk dan meminta maaf pada Gabriel karena harus nebeng di mobilnya.
"Heum." Gabriel hanya mengiakan dengan dehamannya.
______________________________________________
Aya&Axel
Setelah Aya mendengar ancaman Axel, akhirnya dia menyerah dan mengikuti Axel untuk nebeng di mobilnya, didalam mobil terjadi keheningan yang membosankan karena Axel yang fokus untuk menyetir dan Aya yang lebih memilih untuk melihat pemandangan jalanan kota Jakarta yang super sibuk dari balik jendela mobil yang sudah di turunkan kacanya, untuk menghilangkan kesunyian di dalam mobil terlebih kebosanan karena jalan yang macet, Axel menyetel musik random di handphonenya dan menikmati lagu sambil sesekali memandang wajah samping Aya yang menurutnya adalah pemandangan yang terlalu indah untuk tidak di hargai, tiba-tiba--
"Ice Creamnya dek." Aya melambaikan tangannya pada anak remaja yang memanfaatkan kemacetan lalu lintas dan teriknya matahari sebagai sumber rezeki dengan berjualan Ice ream di pinggir jalan.
"Iya kak, mau rasa apa ya?" Tanya anak remaja penjual Ice Cream itu pada Aya.
"Rasa cokelat strawberrynya ... dan lo mau rasa apa kak?" Tanya Aya pada Axel.
"Kamu aja." Kata Axel dengan ambigu.
"Yaudah, itu aja ya dek, satu." Kata Aya tanpa menghiraukan keambiguan jawaban Axel.
"Terimakasiihh." Kata Aya saat remaja itu memberikan Ice Creamnya.
Axel kembali melajukan mobilnya karena sudah di bom rentetan klakson pengemudi di belakang mereka karena tak kunjung jalan walau jalan di depannya sudah lenggang.
"Ice Creamku mana Honey?" Tanya Axel tiba-tiba.
"Hah?, tadi kakak enggak mau." Jawab Aya yang bingung dengan pertanyaan Axel, yang notabennya sudah di tawarin tapi enggak mau.
"Loh, aku kan bilang terserah kamu aja." Kata Axel. (Jadi sekarang panggilannya aku kamu nih? (author kepo)).
"I-iya udah kakak ambil punyaku aja nih." Aya menyodorkan Ice Creamnya yang sudah dia makan setengahnya.
"Beneran boleh?" Axel bertanya dengan pandangan menuju Ice Cream yang sedikit belepotan di pinggir mulutnya Aya.
"Iya benaran, nih." Aya kembali menyodorkan Ice Creamnya pada Axel.
Tapi bukannya memakan Ice Cream yang di sodorkan Aya, Axel malah meraih tengkuk Aya dan mulumat bibirnya yang sukses membuat Aya melotot karena kaget, dan dia terus mencium Aya tanpa menghiraukan Ice Crem yang mengotori bajunya karena Aya mengunakan itu untuk memukul punggungnya sebagai pelampiasan kekesalannya karena dia tiba-tiba saja menciumnya. (main nyosor-nyosor aja lo Axe).
Axel hanya menghentikan ciumannya setelah dia merasa Aya hampir kehabisan oksigen karena ciumannya yang intens, dan kembali menyetir mobilnya, sekarang di benar-benar bersyukur karena Daddynya memberinya mobil canggih dengan fitur setir otomatis sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-17.
"Hmm Ice Creamnya beneran manis, thanks ya Honey." Axel melihat Aya yang kesal setengah mati karena ulahnya, dan mengucapkan kata-kata yang membuat Aya semakin kesal.
"Lo itu emang beneran sengak bin omes ya kak." Aya memaki Axel dengan omelannya yang menurut Axel itu malah menambah kelucuannya, dan membuatnya ingin menciumnya lagi, tapi diurungkan karena mendapat pelototan maut dari Aya yang sudah tahu gelagatnya.
Setelah itu Axel kembali fokus menyetir, dan Aya kembali melihat kejalanan dengan omelan dan sumpah serapah yang masih setia keluar dari bibir merahnya yang sedikit bengkak karena ulah Axel.
Setelah sampai di Mall Aya buru-buru keluar dan menjauh dari Axel karena masih sangat kesal, dan Axel?, tentu saja dia hanya memasang muka cool dan berjalan dengan santai di belakang Aya yang dilihatnya memasuki Gramedia yang ada di Mall tersebut.
______________________________________________
Mario&Anggie
Sedangkan di dalam mobil Mario, Anggi lebih memilih mengotak-atik handphonenya untuk menghilangkan kegugupannya karena berada di dekat Mario lebih tepatnya karena Mario memintanya duduk di kursi penumpang depan, jika saja Mario tidak memintanya dia akan lebih memilih untuk duduk di kursi penumpang belakang setidaknya itu bisa mengurangi kegugupannya, pikirnya.
Mario yang juga merasa semakin gugup karena keheningan didalam mobil, mencoba untuk memecahkan kesunyian dengan membuka obrolan 'Oke Mario, ini mungkin udah saatnya lo mulai perjuangan lo untuk meraih cintanya', Mario terus menyemangati dirinya di dalam hatinya.
"Ehem, kenapa dek? kok diem aja dari tadi." Mario memberanikan diri membuka obrolan.
"Eh? Oh gapapa kok kak." Anggi menjawab dengan gugup.
"Um, by the way, lo udah punya pacar belom?" Tanya Mario, 'anjir ni mulut, bagai mana kalau nanti dia jawab sudah ada' Mario merutuki kebodohannya yang to the point banget.
"Be-belum kak." Jawab Anggi dengan kikuk yang bagaikan melodi dari syurga bagi Mario. Bagai mana tidak, dia bilang belum guys, bukan main senangnya Mario mendengar itu.
"Bohong, cantik gitu masa jomblo." Walaupun senang bukan kepalang, Mario tetap memastikan sekali lagi.
"Iya benar kak, ihs." Anggi kesal karena gugup sendiri dengan pertanyaan Mario.
"Bagaimana dengan Seseorang yang kamu sukai? ada enggak?" Tanya Mario santai karena sudah menghilangkan sebagian kehawatirannya.
"Um, Ada kak." Anggi menjawab Mario dengan suara berbisik karena sangat malu.
"Oh, siapa?, ganteng enggak?, gantengan mana dari aku?" Tanya Mario, 'yah walaupun ada yang dia suka, gw masih bisa buat berusaha merebut hatinya' batin Rio menyemangati dirinya yang hampir putus asa.
"Sama-sama kok kak." Jawab Anggi yang semakin memerah mukanya karena malu.
"Cieee malu, mukanya merah tuh." Goda Rio yang membuat Anggi memalingkan Wajahnya menghadap jalan raya yang super sibuk.
"Oh ya, gebetanmu anak mana nih?, sekolah di AIHS juga enggak?" Tanya Rio yang sangat penasaran dengan orang yang bisa membuat Anggi jatuh cinta.
"Um, sekolah di AIHS juga kak." Jawab Anggi tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.
"Anak kelas berapa, namanya?, siapa tahu gw kenal nih." Tanya Rio asal.
"Kelas 2 kak, namanya Putra." Jawab Anggi sambil berdo'a supaya Mario enggak ngeh dengan namanya (Ingat dong kalau nama Mario itu -Mario Arga Putra Maheswari-).
"Oh, gw enggak ingat ada yang namanya Putra di kelas gw, mungkin di kelas lain kali?" Kata Mario yang benaran enggak ngeh dengan nama orang yang di sukai Anggi, dan sukses membuat Anggi menghembuskan nafas lega.
Setelah itu mereka asik berkutat dengan fikiran masing-masing yang membuat setengah jalan menuju Mall dilalui dengan keheningan.
Setelah sampai di Mall, Anggi turun dan langsung berjalan menuju bagian Gramedia karena dia sudah bisa menebak bahwa Aya pasti sudah ngakring disana, mengingat dia yang sangat senang membaca novel-novel romantis.
NEXT