Chereads / CINTA DI UJUNG SENJA / Chapter 12 - 12.Penyelesaian kesalah fahaman (pengakuan cinta di bawah naungan langit tahun baru) 3

Chapter 12 - 12.Penyelesaian kesalah fahaman (pengakuan cinta di bawah naungan langit tahun baru) 3

Holaaaa..

Karena kepanjangan lanjut di sini yaaa...

Cekidot gaeess..

______________________________________________

Setelah di bawa ke ruang tamu yang akan mereka tempati, Semuanya beristirahat untuk mengumpulkan stamina karena mereka akan di sibukkan dengan persiapan buat pergantian tahun nanti malam.

Skip aja, gak mungkinkan author ceritain suara ngoroknya mereka wkwkwkk.

Dan, tibalah saat yang menentukan kelajutan hubungan dari salah dua sahabat mereka, pembagian tugas tentu saja, jika Ain tidak di buang jauh-jauh dulu bagai mana bisa ngasih kejutan (waduh sudah di bocorin duluan sama author).

"Kalian sudah pada semangat nih keknya," kata Axel, "Ara? sudah baikan?" sambung Axel bertanya pada Ara.

"Iya kak, aku baik kok, tadi cuma syok dikit aja," jawab Ara meyakinkan.

"Oke, kalau gitu, kita akan mulai membagi tugas persiapan kita untuk nanti malam," kata Axel.

"Buruan Axe!" seru Mario tidak sabar.

"Kalau gitu, Gab lo bawa Ain buat beli bahan-bahan dagingnya ya, Anggi sama Mario, Ara, dan William, kalian ngumpulin sayur di halaman belakang, gw dan Aya pergi beli bumbu, ada pertanyaan?" tanya Axel saat selesai membagi tugas.

"Uum kak, gw boleh ikut lo dan Aya enggak?" tanya Ain.

"Gak bisa In, tujuan kita beda arah, lo dan gabriel beli daging dan sea food, gw dan Aya pergi beli bumbu," terang Axel.

"Yaudah deh," kata Ain mengalah.

"Yaudah sono, kalian berangkat aja langsung, titidije," kata Mario.

"Iya iya, bye," kata Gabriel dan meninggalkan villa bersama Ain.

Setelah sepeninggalannya tokoh utama pada malam pergantian tahun ini, Axel dan yang lainnya segera bersiap-siap untuk membuat pesta kejutan yang sebelumnya sudah di rencanakan, dan soal beli bumbu dan petik sayur itu cuma alasan supaya Ain mau pergi dengan Gabriel, ya enggak perlu lah untuk itu kan ada maid yang memetik sayur dan bumbu sudah tersedia, daging dan sea food juga tinggal di antar langsung oleh staf tempat langganan Mommynya Axel, so mereka sekarang hanya perlu menyiapkan dekor untuk pesta kejutan sebagai penentu kelanjutan hubungan dua sejoli yang baru saja meninggalkan villa, tentu saja semua ini di lakukan atas permintaan Gabriel.

Saat mereka sedang asyik menyiapkan dekor untuk acara kejutan, sesuatu yang lain terjadi di sisi Gabriel dan Ain, sesuatu yang benar-benar berada di luar rencana mereka.

"Kita mampir ke cafe dulu ya In," kata Gabriel.

"Terserah kakak aja," jawab Ain acuh.

Setelah obrolan super singkat itu, Gabriel membelokkan mobilnya ke pelataran Cafe yang paling terkenal di daerah itu.

Ting..

Bell berdentang saat mereka membuka pintu memberitahu para staf bahwa mereka telah kedatangan tamu, dan seorang pelayan mendatangi mereka sesaat setelah mereka mendudukkan diri di salah satu meja kosong yang tersedia.

"Permisi kak, ini menu kami silahkan melihat-lihat dulu," kata pelayan menawarkan menu dengan senyum ramah di wajah ayunya.

"Tolong satu set menu desert paling populer di sini ya, dan minumnya jus alpukat sama Americano," kata Gabriel tanpa melihat menu yang di sodorkan.

"Oh, baiklah kak, tolong tunggu sebentar dan silahkan nikmati beberapa cemilan kecil yang kami sediakan geratis," kata pelayan dengan ramah.

Makanan datang tak lama setelah pelayan meninggalkan meja mereka, mereka kemudian menikmati desert masing-masing.

"Nih cobalah, aku tau kamu suka red velvet dan disini red velvet termasuk menu desert populer karena rasanya sangat enak," Gabriel menyodorkan sepotong red velvet kesukaan Ain.

"Oh, thanks kak," kata Ain dan memakan red velvetnya dalam diam.

"Btw, Kamu punya resolusi apa aja nih In buat tahun 2021?" tanya Gabriel hanya supaya Ain tidak terus diam.

"Tetap sehat dan bahagia," jawab Ain singkat.

"Heum, Aku gak bisa berjanji untuk resolusi Kamu yang pertama, karena takdir sehat sakitnya kita hanya di tangan-Nya, tapi aku mau kok berusaha buat bikin kamu selalu tersenyum bahagia," kata Gabriel yang membuat usaha Ain untuk mempertahankan keacuhannya hampir runtuh.

"Lo gak usah bercanda seperti itu kak, nanti pacar lo marah," kata Ain berusaha untuk tetap tenang.

"Aku serius kok In, lagian pacar dari mana? orang Kamu aja selalu menghindar seperti tikus melihat kucing setiap kali bertemu denganku," kata Gabriel dengan nada bercanda.

"Gw biasa aja kok, lagian pacar lo juga gak ada hubungannya dengan gw yang menghindar," kata Ain yang belum faham dengan perkataan Gabriel.

"Gimana gak ada hubungannya In, Aku kan selama ini masih jomblo karena Kamu yang selalu menghindar dariku, Aku jadi gak bisa ngungkapin pera--"

"Kak Aga, gw kangen bangeett," Seorang gadis cantik berambut pirang tiba-tiba saja memeluk Gabriel dari belakang dan mengiterupsi perkataan Gabriel.

"Vio, lo ngapain sih main peluk-peluk aja!" bentak Gabriel pada gadis yang di panggilnya Vio itu.

"Kak Aga, gw kan kangen, dan gw seneng banget lihat lo disini," kata gadis itu dengan keras kepala.

"Kalian lanjut ngobrol aja ya gw tinggal dulu," kata Ain bangkit dan beranjak meninggalkan cafe itu.

"Ain! Ainun tunggu!" panggil Gabriel yang segera ingin menyusul Ain tapi di cegat Vio.

"Kak Aga lo mau kemana sih, Vio kangen, biarin aja dia pergi," kata Vio mencegat kepergian Gabriel.

"Please Vi, kita sama sekali gak ada hubungan apa-apa dan gw sama sekali gak ingin ketemu lo, jadi lepasin gw sekarang sebelum gw bersikap kasar sama lo!" bentak Gabriel.

"Kak Aga kenapa jahat banget sama gw, apa sih kekurangan gw di banding dia?" tanya Vio dengan marah.

"Lo sama sekali gak ada kurang apapun Vi, gw cuma gak mau sama lo, gw cuma cinta sama Ain, jadi please lo jauhin gw dan jangan jadi toxic dalam hubungan gw dan Ain," kata Gabriel langsung meninggalkan cafe setelah membayar sejumlah uang untuk desert.

Saat keluar dari cafe, Gabriel terus melihat ke seluruh penjuru cafe untuk menemukan keberadaan Ain, setelah dirasanya Ain sudah tidak berada di area cafe lagi, dia langsung melajukan mobilnya sambil terus berusaha menghubungi handphonya Ain, berharap supaya Ain akan menjawab panggilannya dan

memberitahukan lokasinya.

Saat Gabriel sedang kelabakan mencari Ain, disini lah Ain, setelah berjalan tanpa tujuan di jalur sepeda yang membawanya hingga ke taman kota, mendudukkan dirinya di bangku taman yang tersedia di sana, mencoba untuk mengistirahatkan tubuh dan fikirannya yang lelah.

"Lagi, sekali lagi lo terbuai oleh harapan dan menghancurkan pertahanan yang sudah susah payah lo bangun, dan sekali lagi lo merasakan sakitnya ketika kenyataan yang lo dapatin tidak sesuai dengan harapan yang lo lihat dari orang yang sama, Ainun kenapa lo bisa menjadi orang yang sangat bodoh sih," Ain menangis dan terus memaki kebodohannya sendiri di tengah taman yang sepi.

Tanpa menghiraukan dinginnya udara di daerah puncak di tambah dengan guyuran hujan yang mulai deras dan membuat dingin terasa mengigit hingga ke tulang.

Gabriel terus mencari keberadaan Ain tanpa berani menghubungi teman-temannya karena dia takut mengecewakan mereka karena harapan untuk kelanjutan hubungannya dengan Ain yang mungkin saja sudah dia hancurkan.

Dia sudah mencari ke semua tempat yang kemungkinan Ain akan datangi dengan panik, dan semakin hawatir karena hujan yang mulai turun dengan deras, hingga dia sampai di taman dan melihat seorang gadis yang duduk seorang diri di tengah taman tanpa menghiraukan dinginnya hujan yang mengguyurnya.

Gabriel langsung berlari dan menarik Ain ke pelukannya, hujan deras bahkan tak bisa menyembunyikan tangisnya karena bahunya terus bergetar seiring dengan isakannya.

Sungguh, ini adalah untuk pertama kalinya dia menangis sejak dia meninggalkan masa kanak-kanaknya dan beranjak remaja, sekarang dia melepaskan tangisnya untuk mengekspresikan kelegaan dan melepaskan kehawatirannya karena Ain, ya dia menangis hanya karena seorang Ainun, gadis yang telah berhasil membuat tempat istimewanya sendiri di dalam hatinya, gadis yang membuat harinya terasa berbeda sejak perubahan ke pribadiannya sejak 2 tahun yang lalu karena ke gengsiannya sendiri, dan gadis yang saat ini sedang berusaha untuk dia dapatkan kembali.

Setelah Gabriel melampiaskan kelegaannya dengan menangis dan memeluk Ain, dia akhirnya tersadar dan membawa Ain ke dalam mobil setelah merasakan bahwa tubuh Ain bergetar kedinginan karena hujan yang masih deras saat itu.

Gabriel menghidupkan penghangat dan menyelimuti Ain, tanpa melepaskan pelukan dan pangkuannya pada Ain di dalam mobil, dan terus mempertahankan posisi itu dalam diam (posisinya Ain duduk di pangkuan Gabriel dengan selimut di depan dan dada hangat Gabriel di belakangnya, uwwuuuuu author juga mau kelles).

Setelah Gabriel merasa bahwa Ain sudah tidak kedinginan lagi, dia mulai membuka percakapan untuk memecahkan kesunyian di dalam mobil.

"In, kamu kok langsung pergi sih tadi?" tanya Gabriel.

"Takut ganggu," jawab Ain singkat.

"Ganggu apa sih, aku sama sekali gak ada hubungan apapun sama Viona, dia aja yang keras kepala terus ngejar-ngejar aku dari dulu, aku udah bilang kalau aku udah ada yang punya," kata Gabriel

"Kamu gak penasaran aku punyanya siapa?" tanya Gabriel setelah melihat bahwa Ain tidak akan memberikan tanggapan untuk penjelasannya.

"Siapa?" tanya Ain kurang minat.

"Aina Maulida Danendra yang selalu aku panggil dengan nama kesayangan (Ainun), dengan harapan cinta kami akan se indah cinta Habibie dan Ainun," jelas Gabriel yang membuat Ain kaget dengan pernyataannya.

"Kakak jangan bercanda," kata Ain tidak ingin terbuai oleh harapan yang kembali di hidupkan karena perkataan Gabriel.

"Aku serius In, Aku sudah tau alasan kamu menjauh dari ku selama 2 tahun ini dari Ara," kata Gabriel, "Dan itu semua salah ku, aku yang terlalu gengsi dan menyebakan semua kesalah fahaman ini ... ." lanjut Gabriel terus menjelas semua kesalah fahaman Ain selama ini.

"Kakak serius?" tanya Ain masih belum yakin.

"Iya, Ainun ku sayang," Gabriel melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan melihat bahwa akan segera menuju pergantian tahun, yah bersama orang yang tercinta emang bikin lupa waktu hehee.

Gabriel mengajak Ain keluar dari mobil dan menunggu ledakan kembang api tahun baru untuk di saksikan bersama.

"Aina Maulida Danendra, aku Gabriel Hadi Nuraga, dengan di saksikan oleh sang maha cinta di bawah naungan langit tahun baru mengungkapkan cintaku pada mu, dan berharap agar kamu memberiku kesempatan untuk menghujanimu dengan kasih sayang tanpa gengsi dan kembali menikmati suara cempreng dan berisikmu, maukah kau menerima cinta ku?" tanya gabriel dengan lantang untuk menyembunyikan kegugupannya.

"Emm gimana yaa?" tanya Ain pura-pura ragu.

"Iiiinnn pleasee," kata Gabriel memelas.

"Eeemmmm, iya deh,"

Duaarrr.....

Suara ledakan kembang api meredam suara teriakan bahagia Gabriel yang membuat Ain terkikik melihat tingkahnya yang seperti anak-anak mendapatkan hadiah impian mereka.

Mereka berdua menyaksikan langit yang cerah karena di penuhi kembang api pergantian tahun dan berharap ini adalah awal untuk semua kebaikan di akhir tahun.

Gabriel mendekatkan wajahnya pada wajah Ain dan tiba-tiba--

"Hayo loo main nyosor-nyosor aja," suara siapa lagi kalau bukan si perusuh, William.

"Anjir lo, kenapa nongol di waktu yang tidak tepat sih," kesal Mario.

"Tau nih, si anying perusak suasana satu ini," timpal Axel.

"Hehee yawdah deh kalian lanjut aja," kata William mempersilahkan.

"Kagak jadi," kesal Gabriel, sebenarnya sih dia mau-mau aja ngulangin tapi ya gimana lagi, wajahnya Ain sudah terlihat seperti kepiting rebus.

"Kalian kenapa bisa disini sih, bikin hawatir tau," keluh Ara.

"Ya sorry, pengganggu tiba-tiba merusak rencana," jelas Gabriel.

"Rencana apa?" tanya Ain bingung.

"Oh, itu sebenarnya rencananya kakak akan ngungkapin cinta di villanya Axel, tapi gagal," kata Anggi.

"Eh? jadi rencana tahun baru ini?" tanya Ain yang sepertinya tiba-tiba ngeh dengan penjelasan Anggi.

"Iya, itu udah direncanain tanpa sepengetahuan lo," kata Aya.

"Aaa kalian nyebelin," Ain pura-pura kesal.

"Tapi suka kan?" ledek Ara menaik turunkan alisnya, yang membuat Ain semakin malu dan yang lainnya tertawa.

Setelah meledek dua sejoli yang sedang di landa cinta itu mereka kembali ke villa dan melanjutkan rencana bakar-bakar mereka yang tertunda.

______________________________________________

Pesan moral dalam part ini adalah:

Tidak ada usaha yang menghianati hasil

Semua masalah bisa di selesaikan bila kita saling terbuka untuk penjelasan

HAPPY NEW YEAR 2021

NEXT