Chereads / CINTA DI UJUNG SENJA / Chapter 11 - 11.Penyelesaian kesalah fahaman (pengakuan cinta di bawah naungan langit tahun baru) 2

Chapter 11 - 11.Penyelesaian kesalah fahaman (pengakuan cinta di bawah naungan langit tahun baru) 2

Di dalam mobil yang akan membawanya ke Puncak Bogor, Aya terus saja memasang wajah dongkol yang khas saat bertemu dengan musuh bebuyutannya, siapa lagi kalau bukan Axeleo Alexandre Abraham yang sekarang sedang fokus menyetir dengan bersenandung gembira sejak tadi.

Flash Back

Pagi yang indah di akhir tahun, Aya melakukan aktivitas paginya dengan ceria seperti biasa hingga dia tiba di ruang makan dan melihat orang tambahan yang lebih sialnya lagi duduk di kursi yang bersebelahan dengan satu-satunya kursi kosong di dekat meja makan, benar-benar menghancurkan pagi indahnya.

"Lo ngapain di sini?" Aya menunjuk dan menanyai Axel dengan nada marahnya.

"Aya, gak boleh gitu dong sayang yang sopan sama tamu!" tegur Mamanya Aya.

"Maa, dia itu orang songong yang suka gangguin Aya di sekolah." keluh Aya.

"Apa sih sayang, gak mungkin lah Axel itu anaknya sahabat Mama dan pastinya dia juga anak yang baik, tuh buktinya dia bisa ngerelain malam tahun barunya untuk mantengin kamu." kata Noor membela pemuda tampan yang diam sejak tadi dan ternyata tak lain adalah Axel (pantesan Aya langsung darah tinggi melihatnya hahaa).

"What?! maksud Mama dia adalah orang yang akan ngawasin aku selama di puncak." tanya Aya tidak percaya.

"Iya dong sayang, Mama percaya Axel bisa jagain dan mengembalikan kamu dengan aman dan selamat, iya kan nak Axel." tanya Noor pada Axel.

"Iya dong tante, itu pasti." jawab Axel dengan senyuman manisnya.

"Ma, Mama yakin dia gak bakalan nyelakain aku nih?" tanya Aya masih tidak terima Axel menjaganya selama di puncak, 'ya kali nyuruh musang jagain ayam, bukannya sehat sentosa udah syukur kalau gak di lahap sama tulang-tulangnya' keluh Aya dalam hati.

"Ya enggak mungkin lah dia nyelakain kamu sayang, udah cepat sarapan biar gak kelaparan nanti kalau kalian kejebak macet di jalan.

Setelah menghabiskan sarapan mereka yang di temani dengan berisiknya dentingan sendok Aya yang sarapan dengan kesal, Aya dan Axe kemudian berpamitan dan berangkat ke bogor tepatnya ke daerah puncak tempat villanya Axel berada, yep villa itu bukan milik Aya tapi milik Axel, mereka hanya menggunakan Aya sebagai alasan supaya Ain mau ikut bersama mereka.

Flash Back End

"Kenapa sih Honey, kok cemberut aja sih dari tadi." tanya Axel sok tidak tahu penyebab kedongkolan Aya.

"Oh, jadi lo udah gak pura-pura jadi anak baik dan pemalu lagi nih, udah jauh dari keluargaku dan bisa ngeluarin taring lo nih?" tanya Aya dengan sarkasme yang tinggi.

"Taring apa sih yank, aku gak punya tuh, lagian aku juga gak gigit kok kamu tenang aja, ya!" kata Axel membujuk Aya yang tentu saja hanya sebuah omong kosong.

"Lo emang gak gigit tapi lo nelen tanpa membuang tulang." sindir Aya.

"Yank, aku bukan kanibal gak mungkin dong aku nelen kamu, paling cuma gigit-gigit dikit." kata Axel dengan gaya songongnya.

"Tuh kan, Lo emang omes, sengak bin songong." maki Aya yang membuat Axel tertawa terbahak-bahak.

______________________________________________

Setelah mereka melewati panjanganya perjalanan dengan di selingi godaan Axel dan sumpah serapah Aya yang membuat Axel selalu tertawa bahagia, mereka akhirnya sampai di pelataran villa pribadi milik Axel.

Saat keluar dari mobil, Aya melihat-lihat ke sekitar villa dan ternganga dengan luasnya halaman dan megahnya bangunan villa itu.

"Wow, sangat megah dan keren." serunya memuji kemegahan dan disain artistik di setiap jengkal bangunan itu, dia melangkahkan kaki jenjangnya untuk berkeliling melihat-lihat dan mengagumi sekitaran luar bangunan sebelum masuk.

Parkiran mobilnya terletak disamping gerbang dan harus berjalan di jalan setapak untuk sampai di pintu utama bangunannya membuat siapapun yang datang lebih leluasa untuk mengamati bagian luar bangunan.

Sebuah villa yang indah nan megah, dengan memadukan gaya arsitektur Tiongkok kuno dan eropa moderen, sangat elegan, berkelas dan memiliki nilai seni yang tinggi.

Aya masuk setelah puas mengagumi bagian luar villa dan sangat takjub dengan bagian dalamnya yang di penuhi dengan ornamen-ornamen yang indah dan berkelas, di kelilingi oleh kolam air panas yang memancarkan kabut tipis dan membuatnya terkesan seperti ilusi, lantai full marmer putih dan yang paling menarik dari semua itu adalah tangganya, yang bukan hanya memiliki nilai seni dengan ukiran-ukiran rumit di sekitar pegangannya, tapi juga sangat mewah karena memiliki butiran-butiran kristal biru malam sebagai inti disetiap ukiran bunga dengan aksen gold di pinggir setiap kelopak putihnya (gila, author suka warna biru malam dan ngiler sendiri bayanginnya).

"Wow tangganya keren." kata Aya memuji tangga, lebih tepatnya ukiran bunga dengan inti biru malam yang notabennya adalah warna favoritnya.

"Lo suka?" tanya Axel.

"Yep, gw gak tau dimana Papa lo nemuin arsitek hebat untuk mendisain villa sekeren ini." puji Aya yang membuat Axel tersenyum senang.

"Itu gw." kata Axel.

"Dih, lo gak usah ngakuin karya orang buat ningkatin derajat deh." kata Aya tak percaya.

"Memang gw kali, gw dari dulu emang suka disain arsitek tapi Daddy memaksaku untuk sekolah bisnis karena bisnisnya terlalu banyak dan anak laki-laki di keluarga gw cuma dua, dan para perempuan gak ada yang mau bisnis Daddy, alhasil gw lah yang jadi tumbal pengorbanan buat nerusin perusahaan Daddy." curhat Axel untuk membuktikan kebenaran omongannya.

"Terus gimana lo bisa belajar disain arsitek yang super keren ini?" tanya Aya kepo.

"Gw diam-diam belajar dari dua tahun yang lalu karena gw tau, Daddy akan maksa gw untuk fokus pada sekolah bisnis setelah lulus nanti." jelas Axel.

"Oww, sayang banget bakat sebagus ini harus di kubur." kata Aya menyayangkan bakat Axel yang di sia-siakan.

Mendengar perkataan Aya, Axel hanya menggedikkan bahunya dan menaiki tangga menuju lantai dua yang di ikuti Aya di belakangnya.

Saat sampai di lantai dua, Aya semakin kagum dengan disain interiornya yang semakin keren.

"Lo bakalan lebih takjub lagi kalau pergi ke lantai tiga Ya." kata Axel.

"Serius? lo gak berniat mendorong gw dari lantai tiga kan?" tanya Aya curiga.

"Gak lah sayang, lo curiga mulu deh sama gw, lagian kalau gw bunuh lo, gw gak bisa tanggung jawab sama Mama lo." kata Axel.

"Eh iya juga sih, tapi tadi gw lihat dari luar keknya villa ini cuma dua latai deh." Kata Aya.

"Lantai tiganya rooftop." jelas Axel.

"Rooftopnya punya sekat tinggi enggak, gw takut ketinggian." tanya Aya.

(Disini kalian mungkin bingung, Aya takut ketinggian tapi dia adalah penguasa rooftop di rumahnya yang notabennya ada di lantai empat, kalian harus ingat rooftop rumahnya Aya punya sekat tinggi untuk melindungi tanaman yang Aya tanam dan juga karena Aya takut ketinggian jadi dia tidak perlu melihat kebawah saat berada di rooftop (Author sudah bilang, rooftop rumah Aya adalah impian author dan author adalah seseorang yang takut ketinggian, jadi author merancang sendiri rooftop impian author dan untuk rumah Aya hahaaa)).

"Tinggi kok, adik gw juga takut ketinggian jadi gw nyesuaiin supaya dia bisa bersenang-senang di sini juga." jelas Axel yang membuat Aya lega.

"Yawdah ayo kesana, lo tunjukin jalannya." kata Aya menarik tangannya Axel yang membuat sesuatu dalam diri Axel tiba-tiba berdebar-debar (ciee).

Axel menuntun Aya ke lantai tiga tanpa melepaskan tautan tangan mereka, saat sampai di rofftop Aya kembali di buat takjub oleh pemandangan di sana, rooftop yang luas dengan fasilitas mini bar yang langsung terlihat saat melewati tangga dan kolam renang di samping bar dengan tangga yang langsung tersambung ke atap bar tempat papan loncatnya berada.

"Waw, luar biasa, ini beneran keren banget dah." puji Aya.

Byuur..

"Aaaaaaaa...."

Saat Aya sedang di asyikkan dengan melihat sekeliling rofftop dia tiba-tiba dikejutkan dengan suara ceburan di ikuti teriakan cempreng yang sudah di kenalnya.

"Araaa!"

Byurr..

Setelah Aya mendengar suara cipratan air dan teriakan Ara, dia langsung melompat masuk kekolam secara refleks karena dia tau sahabatnya itu tidak bisa berenang dan mempunyai trauma pada genangan air yang banyak.

"Ra, lo enggak papa kan?" tanya Aya khawatir setelah membawa Ara menjauh dari kolam.

"Uhuk, gw gapapa kok Ya." kata Ara setelah berhasil menenangkan dirinya.

"Lo kok bisa nyebur ke kolam sih Ra?" tanya Aya bingung.

"Gw gak nyebur sendiri kali Ya, gw juga kaget kak William tiba-tiba ngangkat dan nyeburin gw ke kolam." kata Ara dan memeloti William yang sedang berdiri di dekat mereka.

"So-sorry Ra, gw gak tau lo gak bisa renang." kata william dengan nada bersalah.

"Makanya lo tuh jangan sembarangan, main lempar-lempar anak orang aja lo." kata Axel mengomentari tingkah sahabatnya yang memang suka sembarangan.

"Eh? kalian udah kumpul aja nih." kata Ain di belakang mereka.

"Loh Ra? bukannya lo gak bisa renang kok lo basah kuyup gitu sih?" tanya Anggi mengikuti di belakang Ain.

"Noh gara-gara si kodok." jawab Aya kesal sambil menunjuk William dengan dagunya.

"Kak Will, kok main lempar-lempar aja sih?" tanya Anggi.

"Ya sorry Gi, gw gak tau kalau Ara gak bisa renang." kata William dengan nada bersalah.

"Bukan cuma gak bisa renang kak, Ara juga takut genangan air yang banyak, kolam masih bisa sedikit di toleransi." kata Ain menjelaskan.

Setelah mendengarkan penjelasan teman2nya Ara, William melihat Ara dengan rasa bersalah dan meminta maaf atas kecerobohannya, "Sorry ya Ra, gw beneran gak tau lo parno Air."

"Gak apa kak, lain kali jangan gitu." kata Ara memaafkan William.

"Oke, yaudah lo ganti baju dulu deh, entar masuk angin." titah William khawatir.

"Oke, kalian sebaiknya balik ke kamar tamu dulu deh, istirahat nanti sore kita mulai persiapan buat nanti malam." kata Axel menginstruksikan mereka.

"Iya kak."

"Oke bro." jawab mereka serentak.

NEXT.