Ke esokan harinya, Aya bersiap-siap untuk sekolah dengan terburu-buru! bukan tanpa alasan dia melakukan itu.
Tentu saja itu untuk menghindari si penelpon tadi malam yang mengatakan akan menjemputnya untuk berangkat bareng pagi ini, dan sialnya Aya melihat dia sudah nangkring di ruang tamu begitu dia menginjak anak tangga terakhir.
"Lo?" Aya memelototi pria itu dengan penuh kekesalan.
"Sayang, apa sih pelotot-pelotot gitu, Axel kan udah bela-belain berangkat pagi buta buat jemput kamu!" tegur Noor melihat kelakuan puterinya.
Yep, si penelpon malam itu adalah Axel.
"Pagi Honey!" sapa Axel dengan senyum seribu wattnya.
"Ish--- iya, iya pagi juga Axe," jawab Aya dengan terpaksa setelah melihat pelototan Mamanya.
"Ini bekalmu sayang, kata Axe kalian buru-buru jadi Mama siapin bekal aja biar kamu gak buru-buru sarapannya," jelas Noor menyodorkan kotak bekal Aya.
"Thank you Ma, Aya berangkat dulu, Assalamualaikum," kata Aya mencium tangan Mamanya
"Berangkat dulu ya Tante, Assalamualaikum," kata Axe ikut menyalami Noor.
"Hati-hati di jalan sayang, Waalaikumussalam," jawab Noor.
Setelah mereka duduk di dalam mobil, Axel menyodorkan sebuah buket kepada Aya.
"G Morn Honey," sapa Axel menyodorkan sebuket bunga yang di cueki Aya.
"Honey, terima atau gw cium?"
"Darling?"
"Beb!"
Axel yang terus mendapat penolakan dari Aya pun merasa gemas meladeni gadis kekanak-kanakan di sampingnya ini, hingga ... .
"Ahk---," teriak Aya yang kaget karena Axel yang tiba-tiba menariknya ke pangkuan dan buru-buru membungkam mulut Aya dengan ciuman.
Axel hanya melepaskan ciuman mereka saat di rasakannya Aya membutuhkan pasokan oksigen, Aya yang merasa lemaspun menyandarkan dirinya di dada bidang Axel.
"Ini, terima atau gw bikin lo mendesah di sini sekarang juga, ingat Honey kita masih di pelataran rumah lo!" ancam Axel sebelum Aya menolak buket yang kembali dia sodorkan.
"Omes sialan!" kesal Aya memukul Dada Axel dan mengatainya dengan suara kecil.
"Gw bisa lakuin yang lebih dari ini kalau lo enggak segera nerima buket dari gw," ancam Axel yang membuat Aya merampas buket bunganya dan segera turun dari pangkuan Axel.
Setelah kejadian itu, merekapun melewati seluruh perjalanan dengan keheningan.
______________________________________________
Saat sampai di sekolah! aya langsung di hadapkan dengan wajah penuh selidik dari sahabat-sahabatnya, bagai mana tidak? mereka kebetulan melihatnya turun dari mobil Axel dengan sebuket bunga dan bibir sedikit bengkak!.
"So, apa lo punya hal yang perlu di jelasin?" todong Ara mewakili kedua sahabat mereka.
"Gw di jodohin sama Axel!" kesal Aya mengingat malam kemarin.
"What? Di Jodohin?!" teriak mereka bertiga serentak.
"OMG guys, terus-terus pagi ini Axe menjemput lo buat berangkat sekolah bareng?" tanya Ara.
"Dan dia ngasih lo sebuket bunga?" timpal Ain.
"Terus kalian ciuman di mobil?" tambah Anggi.
"So Sweet!!" teriak mereka bertiga dengan mata penuh bintang yang benar- benar membuat Aya jengah.
'Itu sepertinya pilihan yang bagus untuk tidak menelpon mereka tadi malam, lihat saja kelakuan mereka sekarang, bukannya suport sahabat malah bahagia di atas penderitaan gw, ih' batin Aya.
"Guys, gw beneran gak terima perjodohan ini," keluh Aya.
"Ish, jangan bohong deh," kata Ara.
"Iya, kalau lo beneran nolak gak mungkin kan kalian ciuman di dalam mobil," timpal Anggi.
"Ini tuh, ini karna gw nolak buket dari dia, gw di ancam," jelas Aya heran dengan logika ketiga sahabatnya itu.
"Ih, lagian lo sih, Axel sudah romantis gitu, iya kan," tanya Ain pada Ara dan Anggi.
"Iya, gw juga mau kelles," jawab Ara.
"Ho'oh, tapi gak ada yang mau sama gw," jawab Anggi menimpali jawaban Ara.
"Tapi kan--- "
TRIINGGG
Terdengar bunyi cempreng bel yang menandakan mereka akan segera memulai aktifitas belajar mengajar antara murid dan guru, dan itu sukses menghentikan bantahan yang akan keluar dari bibir tipis Aya.
"Selamat Pagi semuanya!" sapa guru fisika mereka, Bu Marie! 'guru killer yang kelewat rajin' begitulah siswa AIHS menjulukinya.
Lihat saja sekarang, Bu Marie nongol barengan dengan bel yang berbunyi, itu jugalah alasan Aya menghentikan bantahan yang keluar dari mulutnya.
"Selamat Pagi juga Miss," seluruh siswa kelas 11 IPA menjawab salam Bu Marie.
"Gimana liburannya? cukup untuk merefreshing otak?"
"Cukup Miss!"
"Bagus, kalau gitu sekarang kita mulai pelajarannya!" kata Bu Marie yang kemudian mulai menjelaskan materi pelajaran untuk hari itu.
______________________________________________
"Huh, si guru killer mentang-mentang habis liburan, ngasih tugas gak tanggung-tanggung dah!" Ara mendesah kesal dan mengomel saat mereka sedang duduk di kantin, kemerdekaan setelah melewati pelajaran fisika dengan penuh perjuangan kalau katanya Ara.
"Ho'oh, pusing gw!" timpal Ain.
"Yee si kuyuk, lagian lo kan anak IPS ngapain masuk di kelas kita sih?" tanya Ara menghadiahi toyoran di kepala Ain.
"Ish, Bu Tuti gak masuk! dari pada gw bosen di kelas mending ikut kalian, hitung-hitung nyobain tantangan baru," jawab Ain membeberkan alasan kehadirannya di kelas IPA.
"Ngomongin apa guys?" tanya Anggi yang baru kembali dari ruang latihan klub piano.
"Tugas bejibun Gi!" jelas Aya.
"Iyo weh, bakalan hilang dah ini bayang-bayang sensasi liburan adem di puncak," kata Anggi.
"Ho'oh, digantikan dengan kepala penuh asap gara-gara tugas!" tambah Ain yang diiyakan ketiganya.
Mereka bertiga melanjutkan obrolan acak sampai mereka di kagetkan dengan suara teriakan siswi-siswi sekantin! yah, walaupun mereka sudah menyiapkan mental sekuat-kuatnya, mereka tetap saja terkejut gara-gara teriakan kekaguman para siswi saat melihat the mostwanted boy di manapun.
"Astaga Dragon! please deh kak, bisa gak kalau dateng tuh jangan buat keributan, lama-lama jantungan nih gw!" protes Anggi pada Gabriel yang sudah nangkring di samping Ain setelah menyingkirkan Ara dari bangkunya.
"Astaga dik, itu mustahil deh! kakak lo kan segini tampan dan memesonanya, ya wajar lah di mana-mana terjadi keributan tiap kali gw nongol," kata Gabriel dengan pe de nya.
"Narsis gila lo, mereka tuh histeris gara-gara gw tau," kata William tak mau kalah pe de.
"Preett dah, kalian tuh dateng-dateng cuma mau unjuk ke pe de an kalian doang apa gimana nih?" tanya Ara menyindir kelakuan mereka berdua.
"Hehee, sorry beb," cengir William.
"Btw guys! denger-denger ada yang jadi Siti Nurbaya nih," gurau Mario saat netranya melihat Axel yang terus merangkul bahu Aya walau lengannya sudah berkali-kali di tepis.
"Siapa?" tanya William sok kepo walau sudah tau jawabannya.
"Noh!" tunjuk Mario pada Axel dengan dagunya.
"Wooow, eh Btw kenapa bibir lo Ya? bengkak gitu?" tanya William melihat bibir Aya yang terlihat masih sedikit bengkak walau tidak terlalu kentara.
"Fosthink aja Will, mungkin di sengat lebah!" timpal Gabriel.
Guyonan mereka tak ayal membuat Aya sangat malu, dan membuat Axel terus tersenyum melihat ujung telinganya yang memerah hingga mengabaikan cubitan Aya pada pahanya.
"Beb! aku iri nih lihat pasangan-pasangan bucin ini, gimana kalau kita juga jadia--- awsh!" kata William yang belum sempat terselesaikan berkat cubitan maut Ara di perutnya.
"Tega amat sih Yank, aku kena cubit mulu," keluh William dengan muka sok sedihnya.
"Astajim! please deh, pasangan aneh ini romantisnya emang beda dari yang lain," kata Anggi melihat kelakuan Ara dan William.
"Ho'oh guys, kemarin aku di marahi nyokap seharian gara-gara bekas cubitan di perut udah kek kissmark! gw dikira abis mesum di puncak!" curcol William yang membuat mereka tertawa.
"OMG Will, kenapa gak bilang bekas cubitan."
"Nah, itu gw udah bilang tapi nyokap kagak percaya, keknya gw harus bawa yang cubit ke hadapan nyokap gw deh! gak enak tau di fitnah, gw kan jadi ingin merealisasikan fitnah itu," cerocos William yang mendapat pelototan dari Ara.
"Lo mau di cubit lagi kak?" tanya Ara dengan posisi tangan siap mencubit.
"Boleh! tapi pakai bibir ya, di leher gw sini!" kata William menyodorkan dirinya lebih dekat ke Ara dan sukses mendapat cubitan lagi dari sang gadis.
"Omes gila lo!" kesal Ara.
Begitulah mereka mengabiskan waktu pada jam istirahat di sela-sela jam pelajaran yang menguras otak.
______________________________________________
Tungguin next chapternya yaa!!
Otor datengin pelakornya, Byeee!
NEXT