Chereads / My Schedule / Chapter 2 - Tips Mempersulit Hidup

Chapter 2 - Tips Mempersulit Hidup

"Rajjaaan, besok kita weekend yuk, aku punya destinasi liburan yang wajib untuk dikunjungi. Pulau Pramuka, panorama laut nya tergolong indah dan tenang, pokok e rekomendid banget lah buat liburan " ajak Minah dengan wajah sumringah.

Minah merupakan teman karib Razan yang memiliki kesantuy-an hidup diatas rata-rata. Ia menjalani hidup mengalir layaknya seonggok sampah, karena hanya sampahlah yang mengalir kemana air membawanya. Ia memiliki moto hidup " Sampah juga berharga, jika didaur ulang. Maka jadilah sampah organik yang bisa dimanfaatkan kembali demi kesejahteraan penduduk bumi".

"Liburan tidak ada di skedul ku Min, maaf" jawab Razan singkat, ia tampak sibuk membalas chat dari pelanggan yang memesan beberapa barang melalui olshop nya. Selain suka menulis skedul tanpa daya guna itu, Razan juga menggeluti bisnis Online Shop. Yaah... sedikit banyak bisa membantu untuk membeli makanan kucing-kucing hasil adopsinya itu.

" Persetanlah dengan skedule kamu Jan, sudah seperti Dewan Perwakilan Rakyat saja . Apa tidak capek hidup diatur skedul melulu. Mending jadi aku, hidup bahagia mati masuk surga". Minah mendengus kesal, ia menjawab dengan enteng se enteng beban hidupnya.

"Aku gak paham, gak ngerti yah...ada orang punya visi hidup santai. Tapi bisa hidup bahagia, mati nya pun masuk surga. Pasal dan ayat mana yang kamu pakai?" Razan memutar bola mata malas sembari menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan temannya satu itu.

Namun tanpa ia sadari kelakuan Razan pun membuat kebanyakan orang menggelengkan kepala 180 derajat. Mana ada sejarahnya, orang telah mengatur skedul begitu rapi dan terperinci, bisa kerepotan di segala hal bahkan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

"Kamu terlalu sibuk dengan skedul sampai lupa untuk membahagiaan diri sendiri Jan, kalo skedul bisa membangun kamu menjadi lebih baik, aku sih mendukung. Ini seperti tak ada bedanya ku tengok." balas Minah sangat mengiris-ngiris hati.

" Cukup yah Min, aku pusing dengerin kamu, tidak lihat aku lagi sibuk. pukul 11 di skedul, aku mesti pergi ke perpustakaan, kamu ikut?" Razan menaikkan sebelah alis tanda ajakan.

"Wha...Whaatt?! tidak bisa kah besok atau lusa Rajan, kita sarapan dulu lah dikantin Buk Nyong". Celetuk Minah dengan wajah cemberut, lantas Razan tidak memberi waktu cacing-cacing pita miliknya untuk sarapan sedari pagi.

"Miiiin, tidak bisa dong, di skedulku sudah tertulis jam 11 jadwal ke perpus. Ya sudah kamu makan aja duluan, aku mesti menyesuaikan kegiatanku berdasarkan skedul". Razan bangkit dari duduknya bersiap untuk pergi, meninggalkan Minah yang mulai tersulut emosi.

"Hei, kampreet, aku sekarang benar-benar kesal yah Rajan. Entah kesal sama skedul tanpa daya guna itu atau kesal ke kamunya. Aku gak ngerti, gak pahaam dengan pola pikir yang sangat terbatas itu. Aku mau lihat isi skedul kamu" paksa Minah, ia mulai mengacak-ngacak tas murahan milik Razan.

"Janganlah." Razan menolak tapi Minah tidak mengindahkan.

Minah langsung mengotak-atik tas milik Razan dengan brutal. Razan yang sudah pasrah memilih mengalah selain untuk menyelamatkan tas murahan miliknya, terlepas dari itu ia tak kuasa menahan kekuatan Minah yang baru saja minum Kuku Bima Energi Rosso.

"Oke,oke... tapi bisa kamu singkirkan dulu tangan buriqmu dari tas kesayangan ku saudari Minah" ucap Razan dengan senyum yang terkesan dibuat-buat.

"Baiklah saudari Razan binti Iskandar , mana?" pinta Minah mengadahkan tangannya.

setelah mengeluarkan buku mini berisi list skedulnya, dengan berat hati ia menyerahkan buku itu pada Minah. "Apa sih Rajan yang kamu tulis di skedul ini, aku jadi penasaran sekaligus bimbang. Apa gunanya skedul kalo kuliah saja masih sering telat". Minah mulai mengacak-ngacak isi buku yang dipenuhi ribuan jadwal kegiatan dari yang gak penting sampai yang gak penting-penting amat.

"Sekedar pemberitahuan, nama ku Razan, pake Z bukan J" tambah Razan tampak tidak nyaman dengan panggilan itu.

"RAJAAAN!!!"

"Ya Allah, suara kamu Minah bikin gendang telingaku pecahh. Sudah ku bilang barusan, pake Z bukan J." Tampaknya Minah tidak mendengarkan Intruksi dari Razan.

" Kamu sakit yah? sejak kapan kamu jadi SuperHuman. Kamu hanya butuh waktu 4 jam dalam sehari untuk beristirahat? sarapan pagi hanya 5 menit? BAB 3 menit? jika mencreett bagaimana, hayo? mau pup di celana? ini lagi tidur siang 10 menit? Olahraga 2 menit ? Olahraga apaan cuma 2 menit Mansurr!! Kamu tidak akan lebih baik dengan jadwal ngaco macam ini Rajan. ini bukan skedul tapi TIPS MEMPERSULIT HIDUP!! itu skedul apa Ninja Warrior? penuh rintangan banget".

Minah mendengus dengan wajah menyeringai sembari menatap wajah bangsat Razan. Belum cukup sampai disana, Minah dibuat kaget lagi dengan list berikutnya.

"Memandikan kucing 30 menit?!! kamu mau buat kucing malang itu meninggoy gegara flu, bagus lah setelah itu persiapkan saja kain kafan untuk pemakamannya". Nada bicara Minah sudah mencapai 10 oktaf.

Razan dengan perasaan tanpa bersalahnya malah menjawab " yah biar bersih dan terawat lah, selama ini mereka kan gak pernah mandi, hidup di jalanan, yah musti lama dong mandinya biar glowing" jawab Razan dengan wajah polosnya.

Tanpa jawaban, Minah tak mampu berkata-kata lagi, ia berdebat tentang sesuatu yang unfaedah tingkat nasional.

"Aku yakin Min, tidak ada niat baik yang sia-sia". Rajan semakin membuat hati Minah terbakar api asmara, eh maksudnya api keemosian, eh itu lah pokoknya. Minah mengumpat dalam hati "niat baik? tolong itu bukan niat baik Mansur, kenapa kebanyakan orang-orang selalu bersembunyi dibalik embel-embel niat baik?

Bukankah penjajah datang ke Indonesia diawali dengan niat baik juga, bahwa mereka awalnya hanya ingin berdagang dan membeli rempah-rempah, liat hasil dari niat baik itu. Kita menjadi babu di negeri sendiri. Woi beda topik Wahai penulis yang terhormat.

Baik, lanjut...

Rajan kembali melanjutkan petuahnya sedangkan Minah entah kenapa mulai mual-mual.

"Aku ingin lebih produktif, dengan menggunakan waktu sebaik-baiknya. Cukup selama ini aku terlalu santai dalam hidup. Hanya waktu lah yang aku punya sekarang agar aku bisa lebih mandiri, disiplin dan yang paling penting tidak menyusahkan Abah lagi. Selain itu, aku juga memiliki anak adopsi yang harus aku nafkahi. Tanggung jawab ku besar untuk mnyelamatkan mereka dari kelaparan, aku.."

"Jangan berlebihan tolong Razan" Minah seketika memotong pembicaraan Razan yang sudah melayang-layang di udara. " Mereka itu hanyalah anak kucing jalanan yang kau ambil di pinggir jembatan sebulan lalu, cukup dikasih nasi sama lauk tuh kucing bakalan hidup juga kan? tidak harus minum susu, makanan mahal, dibawa ke salon, dokter hewan. Sekalian saja kamu bikin acara seminar dengan tema Tips atau Cara Mempersulit Hidup Ala Rajan al-Najjar anak nya Abah Iskandar ". Minah menghela napas gusar, ternyata polos sama bego tidak jauh beda yah. Minah menarik nafas terlebih dahulu sebelum melanjutkan celoteh yang akan disemburkan tepat ditelinga bagian kiri Razan.

"Jan, lihatlah dunia lebih luas maka kamu akan menemukan segalanya dengan baik, jangan hanya bisa tulis skedul tapi gak ngerti konsepnya, aku mendukung penuh kamu memiliki planning dalam hidup. Tapi, please think smart". Minah menunjuk otak bagian kiri Razan, pertanda agar Razan berpikir tidak hanya menggunakan otak kanan. Penting bagi kedua otak itu berfungsi

"Lah kenapa sih? kamu habis nonton acara Merio Teduh?" alibi Razan.

"Teguh O'on!!"

Merasa tidak terima dirinya di pandang hina, Razan mulai tersulut amarah "Aku terima semua nasehat kamu, tapi ukur kemampuan kamu sebelum menceramahi orang lain, memang nya kamu sudah lebih baik dari ku? Masih mending aku punya skedul untuk mengatur diri ku yang berantakan? punya skedul saja aku masih keteteran, coba kamu bayangkan jika tidak punya?!"

"Jaan maksud aku..." Minah mencoba menjelaskan kembali bahwa ia bukan bermaksud merendahkan apalagi memojokkan.

"Jangan di skip, jangan di skip. Miin aku baru memulai. wajarkan ada kesalahan. Maksudnya semua itu masih bisa diperbaiki. Aku berusaha melatih diriku setelah 3 tahun ditinggal Ibu. Aku benar-benar kacau sekarang. Apa-apa harus dikerjakan sendiri, kalau dulu selalu ada Ibu yang mempersiapkam segala hal. Kita itu beda cara hidup, kamu dengan visi hidup layaknya sampah organik dan aku..."

"Dan kamu dengan skedul tanpa daya guna itu!! potong Minah. "Maaf Jan, aku tidak bermaksud menggurui mu atau membuat mu tidak nyaman dengan kata-kata ku. Hanya saja kamu perlu mengatur kembali skedulmu agar hidupmu tidak keteteran. Kamu juga berhak menikmati hidup bukan?

Minah dan Razan berujung pada perdebatan kampret yang tak perlu dibesar-besarkan sama sekali. Mereka sama-sama belum dewasa dalam hidup. Minah yang merasa kesal dengan segala skedul Razan yang tak berguna, Sementara Razan merasa aneh dengan cara hidup Minah yang terkesan santai, tak punya ambisi untuk mengejar impian. Perbedaan pendapat sesuatu yang wajar dalam pertemanan bukan? Namun akan jauh lebih indah ketika mau saling menerima kekurangan masing-masing serta saling memaafkan dan mengingatkan.