"Yang, makan malam dulu yuk," ajak Rizky pada Ifa yang sedari tadi rebahan di kamar. "Kamu dari tadi siang belum makan lho."
"Nggak selera."
"Ayolah jangan begitu. Ingat kata Cing Husna, jaga makan dan hindari stress."
"Ky, gue bukan wanita sempurna buat elo. Gue nggak bisa ngasih anak buat elo."
"Sshh... jangan mikir kayak gitu. Seperti lo bilang waktu itu, santai aja. Kita pacaran dulu sampai puas."
"Tapi Ky..."
"Kapan-kapan kita main ke rumah CIng Husna. Kita diskusi sama dia baiknya bagaimana. Tapi yang pasti serahkan semuanya ke Allah. Jangan sampai kita kehilangan keyakinan kita kepada Allah. Dia yang maha kuasa. Apapun bisa terjadi sesuai kehendakNya."
"Ayah dan bunda pasti kecewa punya mantu seperti aku. Mereka pasti akan minta kamu menikah lagi." Ifa mulai terisak. Rizky langsung memeluk erat tubuh istrinya dan mengusap-usap punggungnya. "Kamu pasti mau kalau disuruh kawin lagi."
"Sayang, jangan punya pikiran kayak gitu. Ayah dan bunda nggak pernah kecewa punya mantu cantik dan pintar masak kayak kamu. Apalagi bunda kan sayang banget sama kamu, melebihi sayang ke aku anak satu-satunya. Mereka pernah mengalami hal yang sama dengan kita. Jadi mereka pasti mengerti kalau seandainya jalan kita untuk punya anak mungkin tidak semulus pasangan lain."
"Ky, gue nggak mau pisah sama elo. Gue nggak akan sanggup berbagi elo dengan perempuan lain."
"Siapa bilang gue mau kawin lagi? Gue akan selalu mendampingi elo. Jangan punya pikiran buruk ya. Elo mau gue panggilin anak-anak supaya main kesini?" Ifa mengangguk.
Tak lama, anak-anak GCK sudah berkumpul di paviliun mereka. Dalam waktu singkat kehebohan sudah meramaikan paviliun mungil itu. Rizky tersenyum melihat Ifa sudah mulai tenang. Bahkan sudah mulai tertawa ngakak.
"Yang, gue ke rumah bunda dulu ya." Rizky berpamitan pada Ifa. "Elo jangan lupa makan."
"Mau ngapain ke rumah bunda? Mau minta cariin istri lagi?" Para sahabat Ifa melongo mendengar perkataan tersebut. Rizky mau kawin lagi? Kan belum setahun pernikahan mereka.
"Babang Chico mau kawin lagi? Masa babang Chico mau ngelewatin Chilla dan bang Athar sih?"
"Ky, elo beneran mau kawin lagi?" tanya Meta. "Perasaan ayah bunda lo nggak ada omongan soal itu ke bokap gue. Sama siapa? Terus si Ifa gimana? Mau lo duain? Elo madu? Waah, tega banget lo."
"Bang Iky mau poligami? Gue nggak setuju. Nikah baru sebentar kok tau-tau sudah mau ngeduain sahabat gue yang cantik ini. Gue yang paling menentang kalo bang Chico mau kawin lagi." Onit mulai terlihat emosi. "Nggak benar ini...."
Rizky hanya garuk-garuk kepalanya yang mendadak pusing menghadapi para sahabat Ifa. Bahkan Alana mulai menangis, nggak rela sahabatnya mau di poligami. Waduh, kenapa jadi begini sih?
"Kata siapa gue mau kawin lagi?! Al, nggak usah nangis dong. Gue kan nggak ngeduain bestie lo. Kalian nih kenapa sih? Elo juga Fa, kata siapa gue mau minta cariin istri. Please deh, nggak usah ngada-ngada."
"Terus ngapain elo mau ke rumah bunda?"
"Gue mau istirahat disana. Lagian biar kalian bebas ngobrol."
"Kenapa nggak ikutan ngobrol sama kita?" tanya Meta. "Biasanya juga elo nimbrung."
"Elo sudah nggak betah ya ngobrol sama kita? Terutama sama gue?" Kali ini Ifa yang bertanya. Ya ampuuuun, apakah setiap wanita yang menstruasi akan sensi seperti istrinya saat ini, batin Rizky.
"Ya ampun Ifa. Kenapa elo jadi sensi banget sih? Gue panggil teman-teman lo kesini biar bisa membuat elo tenang. Gue mau kasih kesempatan elo untuk bisa curhat dan menghabiskan waktu sama mereka tanpa ada gue disini. Makanya gue mau ke rumah bunda. Jangan berpikiran yang aneh-aneh dong, sayang." Rizky berusaha menenangkan istrinya sembari memeluknya.
"Uuuh... so sweet.... bang Athar... mana bang Athar." Cilla ribut sendiri melihat Ifa dipeluk Rizky.
"Ky, nggak usah lama-lama deh peluknya. Nggak kasian sama kita-kita nih?" Protes Meta.
"Nyet, elo jelasin deh sama teman lo nih kalau gue nggak ada keinginan kawin lagi. Satu bini aja gue repot."
"Oh, jadi menurut lo gue cuma bikin repot aja? Kalau emang cuma ngerepotin, mendingan balikin gue ke emak dan babe." Ifa mulai terisak. Alana yang sudah lebih tenang langsung menyuruh Rizky menjauh. Walaupun segan, Rizky melepaskan pelukannya.
"Hadeeuh.. gue salah terus ya."
"Yang sabar ya Ky. Terima aja nasib lo." Meta menepuk-nepuk bahu Rizky.
"Pah, coba deh elo tenang dulu. Mau lo gimana? Suami lo harus ada disini atau boleh ke rumah bundanya?" tanya Alana berusaha menenangkan Ifa.
Ifa membuka tangannya lebar ke arah Rizky, tanda minta dipeluk. Air mata masih berurai di pipinya. Kali ini Rizky langsung mendatangi Ifa dan memeluknya. Yang lain melihat dengan berbagai perasaan, antara haru dan cemburu. Uwu banget siiiih.
"Ifa istriku yang cantiknya sejagat raya, dengar gue baik-baik. Gue nggak ada niatan buat menduakan elo. Begitu juga ayah dan bunda nggak keberatan dengan kondisi lo. Jangan negatif thinking dan jangan putus asa."
"Sebenarnya ada masalah apa sih bang Chico? Kok tiba-tiba bini lo takut elo kawin lagi?" tanya Onit. "Eh tapi beneran elo nggak mau kawin lagi kan?"
"Astaga Onit.. gue kan dari tadi sudah ngomong kalau GUE NGGAK ADA NIAT KAWIN LAGI. Hadeeuh bisa mati muda deh gue ngadepin kalian. Al, elo yang paling waras di antara mereka, coba lo jelasin deh."
"Gue musti jelasin apa? Masalah utamanya aja gue nggak tau. Dari tadi bahasannya cuma masalah elo mau kawin lagi. Padahal elo nggak mau kawin lagi. Jadi siapa yang mau kawin lagi? Pastinya bukan gue."
Rizky garu-garuk kepala kesal menghadapi teman-teman istrinya yang malam ini sepertinya sedang error semua.
"Elo semua dengerin penjelasan gue baik-baik. Jangan ada yang potong omongan gue sampai selesai. Gue bakal jelasin duduk perkaranya. Ok?" Semua mengangguk.
"Eh, bentar-bentar. Gue ambil toples cemilan dulu." Meta langsung mengambil toples kue yang ada di meja makan. Setelah semuanya siap, Rizky menjelaskan semuanya. Mendengar penjelasan Rizky, yang lain ramai-ramai menangis sambil memeluk Ifa. Rizky yang tadinya memeluk Ifa, didorong menjauh oleh cewek-cewek koplak tersebut.
Ya tuhaaaan... apa salah dan dosa gue musti ngadepin cewek-cewek koplak ini. Bukannya bikin bini gue tenang, ini malah nangis bareng, batin Rizky.
Setelah semua selesai menangis. Rizky melanjutkan. "Jadi gue minta kalian datang itu supaya bantu gue menenangkan Ifa. Bukan malah bikin suasana tambah heboh."
"Ipah, tenang dong. Percayain aja semuanya ke Allah. Nggak ada yang nggak mungkin buat Dia," ucap Alana.
"Iya pah. Elo jangan putus asa. Kalian kan masih bisa menempuh cara lain untuk punya anak."
"Jangan khawatir, laki lo nggak mau kawin lagi kok. Dia cinta mati sama elo, iya kan babang Chico?" tanya Cilla yang langsung diiyakan oleh Rizky.
Setelah dibujuk dan ditenangkan oleh para sahabatnya akhirnya Ifa bisa tertawa lagi.
"Guys, malam ini kalian nginap ya?" ajak Ifa kepada teman-temannya. Rizky hanya bisa mengelus dadanya sendiri. Hadeeuh.. alamat ngungsi ke rumah bunda. "Yang, nggak papa ya mereka nemenin gue malam ini. Elo tidur di rumah bunda aja."
"Gue malam ini tidur sendiri?"
"Mau tidur sama gue juga percuma kan?" Ifa balik bertanya
"Iya... walau nggak bisa ngapa-ngapain, paling nggak gue kan bisa peluk elo. Kalau tidur sendiri, berarti gue cuma bisa peluk guling. Nasib... nasib...."
"Yang, sebelum elo ke rumah bunda tolong beliin martabak buat kita ya. Sekalian mampir ke mini market buat beliin pembalut," pinta Ifa dengan suara sok manis.
"'Oke, tapi dengan syarat malam ini mereka boleh menginap di paviliun, tapi elo harus ikut gue ke rumah bunda. Gue mau tidur sama elo malam ini."
"Tapi gue kan mau ngobrol sama mereka... kalau gue tidur di rumah bunda, sama aja boong. Pliiisss... malam ini aja."
"Yang, ini bukan permintaan, tapi perintah dari suami lo dan elo harus nurut sama suami lo." Mau tak mau Ifa akhirnya menyetujui permintaan Rizky. Padahal dia kangen pengen bareng teman-temannya.