Chereads / IMPIAN EMAK UNTUK IFA / Chapter 42 - SALAH PAHAM

Chapter 42 - SALAH PAHAM

"Iya tapi seharusnya elo nggak jawab seperti itu. Seharusnya elo jawabnya elo nggak akan meninggalkan aku, bukan akan mempertimbangkan tawaran itu. Elo emang nggak peka ya!! Daripada nunggu nanti-nanti mendingan sekarang lo balikin gue ke emak dan babe. Sana elo pulang aja ke rumah ayah bunda!!" Ifa mulai meradang. Aduh, serba salah nih kalau model begini, batin Rizky.

⭐⭐⭐⭐

Rizky mulai bingung menghadapi Ifa yang hari ini super sensi. Mungkin karena PMS itulah yang membuat perasaan Ifa semakin sedih karena belum berhasil hamil. Rizky mendekati Ifa dan menariknya ke dalam pelukannya.

"Sayang, maafin aku ya. Aku tadi tuh cuma bercanda kok. Biar kamu nggak stress."

"Bercandanya nggak lucu!! Kalau elo memang sudah nggak mau punya istri kayak gue bilang aja, Ky. Gue tau gue nggak seperti cewek-cewek yang pernah jadi pacar lo. Gue nggak cantik, gue nggak feminin, gue nggak subur, gue nggak bisa kasih elo anak..."

"Ssshhh... hey jangan insecure gitu dong sayang. Bagaimanapun diri lo, buat gue elo adalah wanita paling sempurna yang Allah kasih untuk menjadi istri dan pendamping hidup gue. Justru segala kekurangan yang ada di diri lo itu yang membuat gue jatuh cinta. Bukan hal munafik gue mendambakan sosok istri yang sempurna, demikian juga elo pasti memimpikan sosok suami yg sempurna. Namun kadang kita tidak menyadari bahwa kita diciptakan untuk saling menyempurnakan." Rizky berusaha membujuk Ifa.

"Yang, sudah berapa lama kita menikah? Tiga tahun saja belum. Di luar sana banyak lho pasangan yang sudah menikah lebih lama dari kita dan belum dapat keturunan. Kamu tahu, Aisyah istri rasulullah hingga akhir hayatnya tidak memiliki keturunan. Atau mungkin kamu ingat bagaimana nabi Ibrahim dan Sarah baru memiliki anak di usia yang cukup tua. Please jangan terlalu dipikirkan. Kalaupun tidak bisa memiliki anak sendiri, kita bisa mengasuh anak yatim."

"Ya, tapi itu kan bukan darah daging kita. Lagipula yang paling bikin gue khawatir adalah elo berpaling ke wanita lain."

"Istighfar sayang. Ingat semua itu rahasia Allah. Hati-hati ucapan adalah doa. Jangan sering-sering mengucapkan hal-hal negatif. Nanti kalau beneran kejadian gimana?"

"Ah itu mah emang maunya elo, Ky"

Lama-lama Rizky kesal juga menghadapi Ifa. Tanpa banyak kata Rizky berdiri dan berjalan keluar kamar.

"Ky, mau kemana?" Rizky tak memperdulikan Ifa dan terus berjalan keluar kamar. Bukan hanya keluar kamar, Rizky bahkan meninggalkan paviliun dan berjalan ke rumah orang tuanya. Ifa terperanjat melihat suaminya yang pergi begitu saja. Ia buru-buru mengejar Rizky. Ya ampun, rupanya Rizky marah beneran. Setelah mengunci pintu paviliun, Ifa menyusul Rizky.

Di teras rumah Ifa bertemu dengan ayah Amir dan bunda Ulfa. Kelihatan wajah keduanya bingung. Belum berapa lama Rizky datang dengan wajah ditekuk dan sekarang Ifa menyusul dengan wajah cemas. Ada apa ini?

"Assalaamu'alaikum ayah bunda."

"Wa'alaikumussalaam," jawab keduanya bebarengan.

"Ada apa, Fa? Kalian bertengkar?"

"Hehehe.. biasa bun. Salah paham sedikit." jawab Ifa sambil tersenyum kikuk.

"Ya sudah kamu susul suamimu. Selesaikan semua masalah kalian. Jangan sampai kalian tidur dengan membawa masalah." ucap bunda Ulfa. "Oh iya sayang, tadi siang tante Virda telpon bunda. Katanya dia mau pesan kue tart Devil Cake buat acara ulang tahun Malika, Sabtu besok. Kamu bisa buatin? Bunda belum meng-iyakan karena bunda tahu kamu lagi sibuk dengan skripsi kamu."

"Insyaa Allah bisa bun. Sabtu besok nggak ada jadwal kok. Biasanya sih Ifa cuma istirahat aja kalau Sabtu. Bun, aku masuk dulu ya."

Di depan pintu kamar, Ifa tidak langsung masuk. Ia hanya menatap pintu kamar yang tertutup rapat. Apakah sebaiknya ia langsung masuk atau ketok pintu dulu. Ah, tapi ini kan kamar suaminya. Nggak pa-pa juga kalau langsung masuk aja. Eh, tapi kalau dia beneran lagi marah gimana? Apa nggak tambah marah melihat kehadiran gue, tanya Ifa dalam hati. Karena sibuk dengan pikirannya sendiri, Ifa tak menyadari pintu kamar terbuka.

"Ngapain berdiri disitu? Kenapa nggak masuk?" tanya Rizky dingin.

"Eh, nggak pa-pa. Bingung aja."

"Bingung kenapa?"

"Elo marah?" Rizky diam saja dan kembali melangkah masuk ke kamar. Pintu sengaja tak ditutupnya. Ifa mengekori suaminya. Kali ini ia benar-benar merasa tidak enak kepada Rizky. "Ky.... maaf."

Rizky cuek saja tidak menyahuti permintaan maaf istrinya. Ia malah merebahkan dirinya di atas ranjang.

"Ky, please jangan marah dong. Gue minta maaf kalau memang gue ada salah. Elo jangan ngediemin gue kayak gini. Gue nggak nyaman, Ky."

Rizky menatap Ifa tajam tanpa mengatakan apapun. Ifa mendekati dan ikut berbaring di samping Rizky Ia rebahkan kepalanya di dada Rizky. Tangannya memeluk tubuh suaminya. Selama beberapa saat mereka dalam posisi seperti itu tanpa ada yang berbicara.

"Fa, elo benar-benar cinta sama gue?" Akhirnya Rizky memulai percakapan.

"Iya. Kenapa lo nanyanya begitu?"

"Kalau elo memang cinta sama gue kenapa elo selalu meragukan ketulusan gue?"

"Gue nggak bermaksud seperti itu. Tapi gue takut, Ky. Gue takut elo akan meninggalkan gue karena gue nggak bisa kasih elo keturunan."

"Terus terang aja gue capek harus meyakinkan elo tentang perasaan dan ketulusan gue menerima lo apa adanya. Gue capek membahas masalah anak. Bukan gue nggak mau punya anak, tapi gue nggak mau mendahului takdir Allah. Dan gue capek karena elo ngomongin masalah kawin lagi. Gue yang tadinya nggak mikirin hal itu, malah sekarang jadi kepikiran karena elo nyebut itu terus."

"Ky, gue nggak bermaksud seperti itu."

"Gue sudah bilang sama elo kalau ucapan itu adalah doa. Apa elo memang mau gue kawin lagi?"

"NGGAK! JANGAN!!"

"Makanya nggak usah dibahas lagi. Kalau elo nyebut-nyebut urusan kawin lagi, gue bakalan benar-benar kawin lagi." Ancam Rizky. Sebenarnya Rizky tidak bermaksud mengancam Ifa dengan ucapannya itu, namun ia justru nggak mau Ifa stress gara-gara hal tersebut.

"Maaf."

"Sekarang mendingan lo pulang. Malam ini gue mau tidur disini. Gue butuh waktu sendiri."

"Kok elo gitu sih? Ayo pulang. Kalau elo nggak mau pulang, gue ikut tidur disini. Gue takut tidur sendirian di paviliun."

"Terserah elo. Gue mau tidur. Jangan ganggu gue." Rizky melepaskan pelukan Ifa dan berbaring memunggungi istrinya.

Ifa yang selama ini tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh Rizky, hanya bisa terdiam melihat sikap suaminya. Elo sih Fa, ngapain juga bahas masalah anak dan kawin lagi. Marah kan jadinya. Ifa sibuk sendiri dengan pikirannya. Ia tak tahu harus bagaimana membujuk Rizky. Biasanya Rizky yang membujuk dia.

"Ky, maafin gue. Jangan munggungin gue kayak gini, dong. Gue tau gue salah. Gue janji nggak bakal bahas hal itu lagi." Ifa mencolek punggung Rizky. Namun Rizky tak bergeming. Aduh, gimana caranya biar dia mau maafin gue, tanya Ifa dalam hati. Masa gue harus nangis-nangis. Iih, malu-maluin banget.

"Ky, kata bunda masalah harus diselesaikan sebelum kita tidur. Jangan tidur membawa masalah. Nggak tau apa alasannya. Mungkin biar nggak mimpi buruk ya. Atau biar malaikat nggak ikutan marah. Kalau dipikir-pikir, malaikat marah kayak gimana ya? Elo marah kayak gini aja gue takut, apalagi kalau malaikat yang marah. Soalnya malaikat itu kan diciptakan Allah sebagai makhluk tanpa hawa nafsu. Marah termasuk hawa nafsu, kan? Jadi kalau malaikat sampai ikutan marah, pasti sudah keterlaluan banget ya. Ih ngeri banget. Itu baru malaikat, gimana kalau Allah yang marah. Hadeeuh gak kebayang dan nggak berani ngebayanginnya." Ifa sibuk bermonolog. Sementara itu Rizky yang memunggunginya sekuat tenaga menahan tawa saat mendengar istrinya bermonolog.

"Yang, mumpung kamu tidur aku mau minta maaf sekarang. Kata emak, nggak boleh menunda-nunda meminta maaf. Tapi aku malu kalau harus minta maaf secara langsung sama kamu. Aku janji nggak akan bahas urusan kawin lagi, tapi aku juga minta kamu nggak ninggalin aku walau aku nggak bisa punya anak."

Rizky hampir tidak bisa menahan tawanya saat mendengar Ifa mengganti panggilan elo gue menjadi aku kamu. Lucu banget sih istri gue, pikirnya. Untuk menahan tawanya, Rizky pura-pura menggeliat dengan mengeluarkan erangan yang cukup keras dan berbalik menghadap ke istrinya. Tentu saja Ifa terkejut dengan gerakan Rizky yang tiba-tiba. Dia ngelindur atau pura-pura tidur sih? Ifa menggoyangkan tangannya di depan wajah Rizky untuk memastikan hal tersebut. Tiba-tiba tangan Rizky memeluk tubuhnya namun matanya tetap tertutup.

"Ky... kamu ngelindur atau pura-pura sih?" Tanya Ifa perlahan sambil menyentuh ujung hidung Rizky. Yang ditanya tak bereaksi. Hanya mempererat pelukannya. Tanpa banyak protes Ifa bergelung dalam pelukan suaminya. Tak lama hanya terdengar dengkuran halus dari keduanya.

"Gimana bun?" tanya Amir pada Ulfa. Mereka saat ini ada di depan kamar Rizky. Bunda Ulfa membuka pintu kamar dan melongok ke dalamnya.

"Mereka sudah tidur." jawab bunda Ulfa setelah menutup kembali pintu kamar Rizky.

"Sepertinya mereka sudah baikan. Ada-ada saja pasangan muda itu."

"Mas, kira-kira apa ya yang menyebabkan mereka bertengkar?" Bunda Ulfa penasaran. "Nggak biasanya anakmu mukanya lecek kayak pakaian belum diseterika.

"Besok kamu tanya saja langsung pas sarapan. Sekarang kita tidur yuk. Aku minta jatah ya, dik." bisik Amir mesra di telinga Ulfa.

"Mas tuh, nggak mau kalah ya sama yang muda."

⭐⭐⭐