Di kejauhan terdengar adzan subuh bersahutan. Ifa terbangun dan mengeliatkan badannya. Saat itulah ia menyadari lengan Rizky memeluk tubuhnya dari belakang. Kaki Rizky juga memeluknya. Menjadikan dirinya sebagai guling. Ifa tersenyum sendiri. Ia berbalik dan menatap wajah suaminya.
"Semoga elo sudah nggak marah lagi sama gue ya, Ky." ucap Ifa sambil membelai hidung dan bibir suaminya. Kemudian perlahan dikecupnya bibir Rizky dan diguncangnya tubuh Rizky. "Yang, bangun. Sudah adzan tuh."
"Hmm.. sebentar lagi."
"Elo mau ayah menggedor kamar ini? Sebentar lagi ayah pasti akan mengajak elo ke masjid. Bangun dong."
Dengan malas-malasan Rizky membuka mata. Dilihatnya Ifa yang berbaring di sampingnya sambil tersenyum manis. Dipandangnya semua yang ada di wajah istrinya, kemudian dikecupnya bibir Ifa. Kecupan singkat karena ia khawatir ayahnya sebentar lagi menggedor kamar bila ia tak segera bersiap dan keluar untuk ke masjid.
"Ky, gue balik ya."
"Ke paviliun?" Ifa mengangguk. "Ngapain balik? Gue kan ada disini."
"Habis dari masjid elo balik ke paviliun ya. Gue tunggu elo disana."
"Ogah. Gue masih kesal sama elo," jawab Rizky pura-pura kesal.
"Oh masih kesal. Ya sudah, terserah aja sih. Pokoknya gue mau balik," ucap Ifa mulai kesal. "Jangan menyesal karena elo melewatkan sesuatu."
"Sesuatu? Apa tuh?" Bukannya menjawab, Ifa malah melenggang turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar. Sebelum menghilang di balik pintu, Ifa menoleh dan melemparkan senyum menggoda ke arah Rizky.
"Rizky mana, Fa?" tanya ayah Amir yang sudah siap hendak ke masjid.
"Lagi siap-siap, yah. Sebentar lagi juga keluar."
"Kamu mau kemana?"
"Pulang, yah. Mau shalat disana saja."
"Oh gitu. Ya sudah hati-hati kalau pulang nanti."
"Ya ampun ayah. Rumah Ifa kan cuma di seberang. Bakal kejadian apa sih dalam jarak sedekat ini." Amir hanya tersenyum mendengar jawab menantunya.
"Walau dekat, siapa tau ada musibah. Misalnya kesandung."
"Ya jangan didoain gitu dong, Yah." Tiba-tiba bunda Ulfa muncul dari dalam kamar sudah memakai mukena. "Kamu nggak ikut ke masjid, Fa?"
"Nggak bun. Ifa shalat di rumah aja."
"Yo wis, tunggu sebentar lagi. Kita keluarnya barengan," ucap bunda Ulfa. "Bunda khawatir ada maling yang bawa kabur menantu bunda yang cantik ini."
"Mana ada maling yang berani sama Ipah. Yang ada juga tuh maling kabur duluan, sebelum digibeng sama Ipah. Lagian siapa sih yang berani ganggu anak babeh Abdul. Bisa digebukin orang sekampung kalau berani ganggu anak pendekar." celetuk Rizky yang kini sudah siap ke masjid dengan mengenakan baju koko dan sarung. Wajahnya terlihat segar dan wangi harum menguar dari tubuhnya.
"Bun, dulu ngidam apaan pas hamil yayang Iky?" tanya Ifa sambil memeluk manja lengan bunda Ulfa.
"Emang kenapa, Fa?" Ifa membisikkan sesuatu di telinga mertuanya. Lalu mereka berdua cekikikan sehingga membuat Rizky penasaran.
"Ngapain bisik-bisik?" tanyanya penasaran.
"Dih, kepo."
"Sudah-sudah. Ngobrolnya dilanjut nanti saja. Sebentar lagi iqomah." Ayah Amir melerai.
⭐⭐⭐⭐
Mentari pagi ini bersinar cerah. Keluarga Ifa dan Rizky berkumpul bersama di halaman antara rumah babe dan paviliun. Pagi itu mereka sarapan bersama. Sejak kedua anak mereka menikah, sebulan sekali mereka berkumpul untuk sarapan bersama. Sebenarnya, baru hari Minggu yang lalu mereka berkumpul, tapi gara-gara Rizky dan Ifa bertengkar maka diadakalah pertemuan dadakan. Ini semua permintaan bunda Ulfa yang mengkhawatirkan pertengkaran mereka.
"Fa, Ky.. duduk sini." Kata babeh Abdul sambil menunjuk kursi yang ada di gazebo. "Kita mau ngomong sama kalian."
Zayyan dan Alana bersiap berdiri karena merasa apa yang dibahas bukan urusan mereka. Namun baru saja mereka berdiri, babeh Abdul sudah menyuruh mereka duduk.
"Kalian jangan kemana-mana. Duduk disini, lihat adik dan sahabat kalian ini akan kami sidang." perintah babe Abdul sambil memasang wajah serius.
"Kenapa kita jadi ikutan disidang, beh?" tanya Zayyan bingung.
"Sudah nggak usah protes bang. Kita lihat aja kenapa mereka disidang." Alana kembali ke tempat duduknya. Ditatapnya Ifa dengan bingung. Yang ditatap hanya melengos sambil menikmati puding buatan emak. Sementara Rizky yang duduk disampingnya malah sibuk menyuapi istrinya.
"Ipah, Rizky... babeh mau tanya. Kenapa tadi malam kalian bertengkar sampai Rizky pulang ke rumahnya?"
"Nggak ada apa-apa, Beh. Biasalah pasangan muda. Pasti ada cekcoknya." jawab Ifa santai sambil meminta diambilkan buah oleh suaminya. "Yang, ambilin buah yang itu dong. Kayaknya enak banget deh liat emak makan tuh buah."
"Buah yang mana? Oh yang itu. Bentar ya." Yang lain hanya melongo melihat interaksi keduanya. Katanya berantem, tapi ini kayaknya baik-baik saja, pikir mereka.
"Beh, kayaknya mereka baik-baik saja. Mereka sejak dulu kan emang sering bertengkar." Akhirnya Zayyan tidak tahan untuk tidak membuka mulut.
"Tau nih babeh. Perasaan kita baik-baik saja, deh." celetuk Ifa yang kali ini sibuk menyuapi Rizky buah sawo.
"Kalau kalian baik-baik saja kenapa tadi malam Rizky pulang ke rumahnya? Biasanya yang ngambek kan yang cewek. Lah ini kok yang cowok yang ngambek."
"Pah, boleh bunda tau kenapa semalam kalian bertengkar?" Tanya bunda Ulfa lembut sambil mengusap punggung Ifa.
"Oh soal semalam. Biasa bun, salah paham aja." Kali ini Rizky yang menjawab.
"Nggak bun. Semalam Iky ngambek dan bilang kalau bisa aja suatu saat dia beneran kawin lagi." Adu Ifa kepada bunda Ulfa. Mata Rizky langsung melotot mendengar ucapan Ifa. Lah kok cuma sepotong laporannya.
"Beneran Ky, kamu mau kawin lagi?" tanya mak Bella. "Emang elo sudah nggak cinta sama si Ipah? Makanya Pah, buruan bunting biar laki lo nggak nyari perempuan lain."
"Idih emak, bukannya belain anak sendiri. Ini malah ngebelain mantunya. Emak mah nggak sayang sama Ipah." Ifa mulai merajuk. Melihat hal itu, bunda Ulfa langsung memeluk Ifa.
"Sabar sayang. Iky nggak bakalan berani kawin lagi. Bunda orang pertama yang akan menentang hal tersebut. Kalau perlu nanti bunda potong "itunya" biar dia nggak bisa kawin lagi." Semuanya terperanjat memdengar ucapan Ulfa. Apalagi Rizky yang secara reflek tangannya menutupi bagian vitalnya. Aduh, jangan sampe deh bunda beneran melakukan ancamannya, pikir Rizky ngeri.
"Jangan dong bun. Kalau "itunya" dipotong, gimana nasib Ifa?" rengek Ifa membayangkan suaminya kehilangan juniornya. "Cukup bunda jambak aja cewek yang mau dikawinin sama Iky, biar menolak jadi mantu bunda."
"Tenang saja sayang. Bukan cuma dijambak, siapa cewek yang berani deketin Iky akan bunda jorokin dari lantai dua." Ancam Ulfa.
"'Ya ampun dek, kamu galak banget sih. Mas jadi takut lihatnya," ucap Amir sambil menggelengkan kepala.
"'Tau nih bunda dan Ifa sama-sama lebay. Ya masa..." Belum selesai bicara, Rizky merasakan tatapan tajam sang bunda dan istrinya. Rasanya seperti disilet-silet. Pedih. Ngeri.😱
"Memangnya kamu mau kawin lagi Ky?" Kali ini babeh Abdul yang bertanya dengan serius. Rizky bingung kenapa tiba-tiba semua menyerang dengan pertanyaan yang sama. Ini semua gara-gara Ifa, Rizky melirik istrinya yang sedang menggelayut manja pada bunda Ulfa.
Setelah menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan sembari otaknya mempersiapkan jawaban yang tepat untuk mertuanya, akhirnya Rizky mengklarifikasi. "Babeh, emak, ayah, bunda.. Masalah sebenarnya bukan tentang Iky yang bakal kawin lagi atau nggak. Masalah utamanya adalah karena hingga saat ini kami belum memiliki momongan."
Semuanya saling pandang dan pada akhirnya semua menatap Ifa yang bersembunyi di balik badan Ulfa.
"Biar semua orang nggak salah paham Iky akan coba jelaskan. Seperti kalian tahu hingga saat ini kami belum memiliki momongan. Bukan karena kami kurang berusaha, tapi ada kondisi pada Ifa yang menyebabkan dia sulit hamil."
Semua yang ada mengangguk-angguk. Mereka memang mengetahui hal tersebut. Karena Ifa sudah menceritakan hal tersebut.
"Apa karena itu lo mau ngeduain adik gue?" tanya Zayyan tajam.
"Ya ampun bang. Gue nggak pernah punya rencana buat ngeduain Ifa. Lo tau kan kalau dari dulu gue cinta banget sama dia. Nggak pernah sekalipun terlintas dalam pikiran gue untuk menduakan dia. Bahkan kalau seandainya kami memang nggak bisa punya anak."
"Terus kenapa dia bisa ngomong elo mau kawin lagi? Apa emang elo pernah berandai-andai tentang hal itu?" Kembali Zayyan bertanya dengan nada mulai emosi. Alana yang duduk di sampingnya langsung menggenggam tangan Zayyan. Kekasihnya ini jarang bicara namun dia akan mudah emosi bila ada yang mengganggu adik semata wayangnya.
"Sabar dulu, Yang. Dengerin dulu penjelasan dari Rizky. Belum tentu juga apa yang Ipah bilang itu yang sebenarnya. Kamu tau kan kadang-kadang Ipah suka lebay."
"Al, elo kan sahabat gue. Kok malah dukung bang Chico?" Ifa langsung melotot ke arah Alana.
"Gue sahabat elo, Pah. Tapi gue tau kadang elo tuh drama queen banget. Beda-beda tipis sama Cilla."
Para orang tua tidak banyak berkomentar. Mereka hanya mendengarkan pembicaraan anak-anak mereka.
"Ifa sepertinya merasa insecure dengan kondisi dia, Bang. Apalagi saat ini Cilla sudah hamil duluan. Padahal Cilla menikah belakangan. Intinya adalah Ifa takut gue akan meninggalkan dia dan bakal kawin lagi. Bolak balik dia menuduh gue mau kawin lagi. Gue bilang sama kalau dia bolak balik nuduh gue mau kawin lagi, lama-lama gue bisa beneran kawin lagi. Ucapan itu kan doa." Semuanya membenarkan ucapan Rizky.
"Itu sebabnya gue pulang ke rumah ayah, Bang. Gue kesal dengar dia ngomong begitu melulu. Gue yang tadinya nggak kepikiran mau kawin lagi kan malah jadi kepikiran gara-gara adik lo ngomong begitu."
"Apa benar Pah?" Kali ini bang Zayyan bertanya kepada Ifa yang masih menyembunyikan wajahnya di punggung Ulfa.
"Iya bang... tapi kan bukan maksud Ifa nyuruh Iky kawin lagi. Ifa kan cuma khawatir Iky bakal kawin lagi. Eh, taunya Iky kesal mendengarkan hal itu terus." jawab Ifa pelan.
"Astaga Ipaah.. elo mah demen banget bikin orang spanning, ye!! Pantas aja laki lo ngambek." omel emak. "Elo mah kebiasaan banget deh ngambil kesimpulan sendiri."
"Oh jadi itu permasalahan kalian." Abdul dan Amir manggut-manggut kayak burung perkutut. Zayyan pun ikutan manggut-manggut Padahal tadi dia sudah sempat emosi. Alana yang duduk di sampingnya tersenyum. Dia sudah dapat menebak kenapa mereka disuruh ikut menyaksikan Ifa dan Rizky disidang.
"Tapi kalian sudah baikan lagi kan?" tanya Ulfa lembut kepada Ifa. "Kamu sebagai lelaki seharusnya peka terhadap istri. Kamu kan kenal Ifa bukan baru setahun dua tahun. Kamu seharusnya tau bagaimana membujuk Ifa atau bagaimana bicara dengannya tanpa membuat dia tersinggung atau salah tangkap."
"Bun, Ifa sebelun jadi istri dan Ifa saat ini beda. Sekarang dia lebih gampang sensi. Moodnya sering berubah. Eh... nggak juga deh. Dari dulu dia emang begitu. Hehehe..."
"Idih kata siapa aku moody." Ifa tak terima ucapan Rizky. "Elonya aja yang nggak mau lagi berusaha mengerti maksud gue."
"Sudah.. sudah... kenapa malah jadi berantem sih. Babeh nggak akan bilang siapa yang salah dalam masalah ini. Cuma babeh harap kalian berdua bisa mengkomunikasikan masalah kalian dengan baik. Jangan sampai ada prasangka ataupun tuduhan-tuduhan tak berdasar."
"Fa, Ky.. kami sebagai orang tua tidak mau terlalu ikut campur dalam masalah pernikahan kalian. Tapi untuk kali ini kami terpaksa ikut campur." Ucap Amir. "Jangan khawatir mengenai keturunan. Menikah tidak selalu mengenai keturunan. Kami dulu pun butuh waktu untuk mendapatkan Rizky. Apalagi jaman sekarang sudah canggih. Kalian lakukan ikhtiar dan percayakan saja hasilnya kepada Allah. Jangan pernah meragukan kuasa Allah untuk menjadikan yang tidak ada menjadi ada."
"Kamu juga Pah, jangan terus-terusan mencurigai suamimu akan kawin lagi kalau kalian nggak punya anak. Benar kata Rizky, lama-lama dia pengen kawin lagi karena kamu mengingatkan hal itu terus." Kali ini giliran Abdul yang kasih petuah. "Selesaikan semua dengan saling jujur dan komunikasi yang baik. Tapi yang utama adalah jangan pernah putus komunikasi kepada Allah."
Kini Ifa sudah menyender dalam pelukan Rizky. Tangan mereka saling menggenggam.
"Ceritakan kepada kami kalau kalian menemui kebuntuan dalam menghadapi masalah." Mak Bella nggak mau kalah ikut memberi petuah. "Apa yang kita bicarakan saat ini berlaku juga buat kalian Zayyan dan Alana. Kalian sebentar lagi akan menikah dan mungkin suatu saat kalian akan menghadapi masalah dalam pernikahan kalian."
"Alana mah nggak lebay kayak Ipah, mak," bela Zayyan. "Insyaa allah hubungan kita nggak akan seperti mereka."
"Alana emang nggak lebay, Bang. Tapi bang Zayyan yang terlalu pendiam. Itu nggak baik juga dalam pernikahan." ucap Ifa sok tau.
"Pokoknya pesan babeh buat kalian semua adalah pentingnya komunikasi dalam sebuah hubungan. Jangan saling menyalahkan. Minta bantuan pihak ketiga yang bisa netral bila kalian nggak bisa menyelesaikan masalah. Dan ya g utama, selalu minta bantuan sama Allah." pesan Abdul kepada pasangan-pasangan muda yang ada di hadapannya.
"Pernikahan bukan suatu hal mudah untuk dijalankan bila diantara kalian tidak ada yang mau mengalah. Harus ada kerja sama dan pengertian yang baik di antara kalian." Bunda Ulfa menambahkan. "Pernikahan tidak akan selalu mulus, pasti akan ada sandungannya. Tapi kalau kalian bisa saling mengerti dan saling menjaga, insyaa Allah pernikahan kalian akan bisa bertahan lama seperti pernikahan kami."
⭐⭐⭐⭐