Bagaimana kelanjutannya?
Ikuti terus keseruan di vila Cilla.
Happy Reading❤
"Pah, itu bukannya mobil babang Chico?" tanya Cilla saat mereka kembali ke vila. "Elo telpon dia?"
"Nggak. Gue malah lupa ngabarin ke dia tentang kejadian aneh disini." sahut Ifa sambil bergegas masuk ke dalam villa. Di dalam villa dilihatnya Rizky sedang mengobrol dengan teh Rina dan seorang lelaki separuh baya berpenampilan sederhana namun memiliki aura yang adem. Nah bagaimana itu coba?
"Yang, kamu nggak papa kan?" Rizky terlihat khawatir saat Ifa sampai. Ifa menggeleng, namun langsung minta dipeluk oleh Rizky. Rasanya sangat nyaman dan semua rasa yang membebani hatinya sejak kemarin terlepas. "Hey, are you okay?"
"I'm okay dear," jawab Ifa namun tidak melepaskan pelukannya hingga akhirnya didengarnya seseorang berdehem. Ternyata yang lain sudah sampai dan mereka semua memperhatikan keduanya berpelukan, termasuk lelaki yang tadi ngobrol dengan Rizky.
"Hmm... mentang-mentang suaminya datang, lupa dia sama kita." ledek Meta. "Ngapain lo kesini Ky? Bukannya ini weekday ya. Elo bolos? Diomelin om Ridwan lho, bolos melulu."
"Elo bolos, yang?" tanya Ifa setelah mereka semua duduk.
"Nggak, tadi aku sudah ijin sama om Ridwan."
"Elo nggak ajak bang Athar kemari?" tanya Cilla. "Harusnya elo ajak dia kesini."
"Lah gue kan nggak sekantor sama laki lo, Cil." sahut Rizky.
"Elo ngapain kesini?" Sekali lagi Meta bertanya.
"Semalam aku nggak bisa tidur. Tiba-tiba perasaanku nggak enak dan kepikiran kamu. Makanya habis shalat subuh tadi aku langsung kesini."
"Neng Cilla, ini ustadz Jamal yang tadi malam saya ceritain." jelas teh Rina. Serentak semua mata memandang pria separuh baya yang duduk di hadapan mereka.
"Assalamu'alaikum," sapa ustadz Jamal yang langsung dijawab oleh yang lain. "Saya dengar semalam ada kejadian di villa ini? Tadi teh Rina sudah ceritakan semuanya kepada saya."
"Pak ustadz bisa menolong kami? Terutama menolong sahabat saya, Alana. Dia takut hantu itu akan mengikuti sampai ke rumah." jelas Ifa. "Saya yakin teh Rina pasti sudah menceritakan apa yang terjadi."
"Untuk neng Alana, saya sarankan untuk membaca Al qur'an dan meniatkannya untuk meruqyah diri sendiri. Saya akan membantu untuk mengusir jin yang mengganggu. Namun untuk ke depannya neng Alana harus bisa menjaga dirinya sendiri. Mintalah pertolongan kepada Allah. Insyaa Allah tidak akan ada jin atau setan yang akan mengganggu bila neng Alana dan yang lainnya rajin membaca Al Qur'an terutama surat Al Baqarah, dzikir pagi dan petang serta selalu meminta perlindungan Allah."
"Tapi bagaimana dengan arwah Yuni yang semalam bicara melalui Alana dini hari tersebut?" tanya Meta penasaran.
"Dalam agama kita tidak ada yang namanya arwah penasaran. Setiap manusia yang meninggal maka rohnya atau yang biasa kita sebut arwah akan berada di alam barzakh hingga nanti dibangkitkan pada hari kiamat. Roh orang yang meninggal tidak akan kembali ke dunia."
"Kalau begitu siapa dong yang nempel ke tubuh Alana?" Kali ini Cilla yang penasaran. "Kok Alana bisa menceritakan hal-hal seperti itu. Bahkan bisa bahasa Sunda. Padahal Alana kan bukan orang Sunda. Lalu bagaimana dengan kebenaran apa yang dikatakan oleh Alana?"
"Cil, nanyanya satu-satu dong biar pak ustadz nggak bingung." ucap Alana. Ustadz Jamal tertawa mendengar pertanyaan Cilla.
"Menurut saya itu adalah jin Qorin."
"Kok keren namanya?" celetuk Cilla. "Jin qorin itu apa pak Ustadz?"
"Jin qorin adalah jin yang mendampingi manusia sejak lahir hingga meninggal. Semua manusia memiliki jin qorin. Saat seorang manusia meninggal, jin qorin yang mendampinginya akan tetap hidup. Karena mendampingi manusia tersebut sejak lahir, maka jin tersebut mengetahui apa saja yang terjadi pada manusia yang didampinginya."
"Jadi menurut pak ustadz, yang menempel pada tubuh Alana semalam itu adalah jin qorin yang mendampingi Yuni?" tanya Ifa setelah dari tadi diam mendengarkan penjelasan Ustadz Jamal.
"Kemungkinan besar seperti itu. Untuk mengetahui benar tidaknya apa yang disampaikan oleh jin itu, mungkin bisa minta bantuan aparat desa untuk memeriksanya. Namun kita juga tidak bisa sepenuhnya mempercayai ucapan jin. Karena pada dasarnya jin dan setan telah bersumpah akan tmengganggu manusia hingga terjadi kiamat. Mereka ingin menyebarkan tipu daya dan keraguan pada keimanan manusia."
"Jadi maksudnya, apabila yang disampaikan ternyata benar janganlah beranggapan itu karena jasa jin tersebut. Tak akan ada sesuatu yang terjadi kalau bukan karena kehendak Allah. Begitu maksudnya, pak Ustadz?" sambung Rizky. Ustadz Jamal mengiyakan ucapan Rizky.
"Neng Alana, jangan sampai pikiran kosong. Bagaimana caranya? Perbanyak dzikir dan istighfar. Isi lisan dan hati kita dengan mengingat Allah dan memohon ampunanNya. Insyaa Allah dengan cara ini setan dan jin nggak akan bisa menguasai hati dan pikiran kita."
Semua manggut-manggut mendengar penjelasan ustadz Jamal. Entahlah mereka manggut-manggut karena mengerti atau mungkin mengantuk. 🤭 Mengingat semalam mereka kurang tidur.
⭐⭐⭐⭐
Ba'da dzuhur halaman belakang vila milik tuan bule dipenuhi oleh aparat kepolisian dan perangkat desa. Mereka penasaran dengan berita tentang Yuni yang disampaikan oleh teh Rina. Bahkan pak Lurah, yang kebetulan masih saudara Yuni, ikut menghadiri penggalian di bawah pohon yang disebutkan oleh Alana tadi malam. Bahkan Alana dengan yakin menunjuk sebuah pohon rindang yang berada tepat di pojok halaman.
"Al, elo kok bisa yakin itu tempatnya?" bisik Meta sambil menyaksikan penggalian tersebut. Alana hanya mengangkat bahunya.
Yang lain ikut memperhatikan penggalian tersebut, kecuali Cilla yang dilarang oleh Athar yang baru saja datang setelah menyelesaikan tugasnya menjadi pembicara seminar. Lebih tepatnya untuk hari ini Athar hanya mengikuti seminar selama setengah hari. Ia mencemaskan Cilla saat mendapat pesan dari Rizky.
Belum sampai setengah jam penggalian dilakukan tiba-tiba terdengar teriakan dari para penggali. Qodarullah, apa yang disampaikan oleh Alana ternyata benar. Mereka menemukan tulang belulang manusia. Bahkan di salah satu jari terdapat sebentuk cincin emas sederhana. Petugas kepolisian mengumpulkan tulang belulang tersebut sebagai barang bukti untuk melakukan penyelidikan lanjutan.
Setelah selesai penggalian, pak Lurah sempat mampir ke vila Cilla untuk menyampaikan rasa terima kasihnya. Karena sebenarnya selama 3 tahun terakhir ini keluarga Yuni mencari-cari keberadaannya.
"Lalu bagaimana dengan vila itu pak?" tanya Rizky penasaran.
"Setelah polisi menyelesaikan penyelidikan, vila tersebut akan diberikan kepada orang tua dan anak-anak Yuni. Karena tuan Frederick mengatasnamakan vila tersebut dengan nama Yuni. Kebetulan sebelum menikah dengan tuan Frederick, Yuni telah memiliki dua anak dari suami pertamanya." jelas pak lurah. "Terima kasih atas bantuan kalian. Kalau bukan karena kalian, mungkin sampai kapanpun rahasia itu takkan terungkap."
"Semua ini karena kehendak Allah, pak. Kebetulan saja kami, atau tepatnya teman kami Alana, yang menjadi perantara sehingga kasus ini bisa terbongkar." sahut Ifa. "Semoga setelah semuanya terbongkar, takkan lagi ada kejadian aneh di vila ini" Semua mengaminkan ucapan Ifa.
Sepeninggal pak Lurah, mereka semua berkumpul di taman belakang. Cilla tanpa malu-malu duduk di pangkuan Athar. Sementara Ifa duduk di samping Rizky yang sedari tadi terus menggenggam tangannya. Alana dan Meta terpaksa menahan baper mereka melihat keuwuan dua pasangan halal ini.
"Nanti malam kamu ikut aku ke hotel. Besok pagi aku masih ada jadwal menjadi pembicara. Aku terlalu khawatir untuk ninggalin kamu disini." ucap Athar sambil mengecup kening Cilla yang sedang bergelung dalam pelukannya. Ya tuhan, kemesraan mereka bukan hanya membuat baper Meta dan Alana, tapi juga Author yang rasanya ingin berguling-guling melihat keuwuan mereka.
"Nggak mau ah. Kalau besok bang Athar ada jadwal, terus Cilla ngapain sendirian di hotel? Mendingan Cilla disini sama yang lain." tolak Cilla. "Kenapa bukan bang Athar aja yang menginap disini. Besok pagi bang Athar bisa balik ke hotel. Toh lokasinya juga nggak terlalu jauh dari sini."
"Tapi sayang, aku nggak bawa baju ganti buat malam ini." keluh Athar. Ya, memang koper dan bahkan laptop Athar serta berkas-berkas untuk seminar besok masih ada di hotel.
"Kamu nggak butuh baju kok malam ini." ucap Cilla genit sambil tersenyum menggoda. Kini tangannya sibuk memainkan kancing baju Athar.
"Astaga Cilla... tega banget sih. Nggak kasian apa sama kita yang masih jomblo ini?" omel Meta sambil menimpuk Cilla dengan kulit kacang. "Please deh Cil, kalau mau mesum-mesuman sama bang Athar jangan di depan gue dan Alana."
"Makanya buruan kawin, biar elo tau enaknya Met." balas Cilla tak mau kalah.
"I will, but not anytime soon." jawab Meta. Alana hanya senyum-senyum saja.
"Elo juga Ky, lepasin napa tuh tangan bini lo. Gandengan mulu kayak truk gandeng." Kali ini Meta mengomeli Rizky. "Bini lo nggak bakal hilang walau nggak elo pegangin tuh tangan."
"Woy Nyet, kenapa elo jadi sewot sih? Elo kan sudah biasa ngeliat kita mesra kayak gini." sahut Rizky tak mau kalah. "Ngiri lo ya? Makanya buruan kawin sama Guntur. Keburu diembat orang tuh pak Dokter."
"Sialan lo! Elo emang saudara laknat ya. Bukannya mendukung gue biar kerja dulu, eh malah ngedoain yang buruk." balas Meta. Pertengkaran antar sepupu yang selalu membuat heboh namun sebenarnya mereka saling menyayangi.
"Benar kata babang Chico. Dokter itu salah satu profesi menantu idaman lho. Jangan sampai nanti ada pasien yang ngelamar dokter Guntur buat dijadiin mantu." ucap Alana.
"Nah elo aja belum kawin juga sama bang Zayyan. Padahal elo sudah pacaran jauh lebih lama dari gue. Eh salah, lebih tepatnya elo dijodohin dari kecil sama orang tua kalian. Kenapa nggak kawin juga?"
"Elo lupa, kalau gue bulan depan mau nikah? Si Onit juga bakal ngikutin jejak gue. Bang Aldi kan sudah melamar Onit. Tinggal elo deh yang beneran jomblo." timpal Alana.
"Terus gue musti gimana? Bokap gue aja belum ngijinin. Masa gue kawin tanpa restu beliau. Ky, lo tau kan gimana bokap gue."
"Gampang kalau urusan bokap lo. Biar ayah yang nanti ngomong sama beliau. Tapi elonya beneran sudah mau nikah atau belum?"
"Guys, sudah dong jangan nge-bully Meta lagi. Urusan nikah bukan masalah sepele. Kalau mental belum siap nggak bisa dipaksain kan." Ifa membela Meta.
"Tumben elo nggak ngejatuhin gue. Biasanya buntut-buntutnya elo ikutan nge-bully."
"Untuk urusan yang satu itu gue mwndukung elo, Met. Karena gue pernah di posisi kayak elo, belum siap kawin tapi dipaksa kawin. Akhirnya repot sendiri."
"Itu kan karena kalian berdua bego dan kegedean gengsi. Sama-sama suka tapi nggak mau ngaku. Mendingan kayak gue dan bang Athar, nggak pake lama-lama langsung kawin. Tuh liat hasilnya... langsung bunting. Hihihi..." ucap Cilla sambil mengecup bibir Athar.
"Ya sudah nanti gue bahas lagi sama Guntur. Toh dia juga sudah pernah bahas soal nikah," Meta mulai menyerah. "Tapi lo bilang sama om Amir buat ngomong sama bokap gue ya Ky."
"Insyaa Allah.. semangat ya Nyet."
⭐⭐⭐⭐