Chereads / The second man for Sigi / Chapter 1 - Sigi dan Eros

The second man for Sigi

lady_vermouth
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 10.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Sigi dan Eros

Sigi tidak pernah mencoba ingin tahu soal dunia lain, kehidupan seorang Eros Pranata selain menjadi suaminya dan teman-teman yang dulu di kenalnya. Teman Eros adalah temannya juga. Sebelum mengenal Eros, Sigi sudah mengenal mereka semua. Diko, Lukar, Satya, dan Bimo. Sigi mengenal mereka semua. Karena mereka juga adalah teman Pima.

Semua sangat akrab dengan Sigi. Dimana ada mereka, di situ ada Sigi. Hubungan pertemanan antara lelaki dan perempuan sungguh mustahil jika tidak ada cinta sekalipun di tengah-tengah mereka.

Ya ... Mereka mengenal Sigi juga karena rasa tertarik. Ada rasa ingin mengenal dan dekat saat berkenalan dengan gadis berumur 18 tahun itu. Gadis yang pendiam, dingin, dan cuek itu akan berubah ramah dan sumringah saat di ajak bicara. Intinya, dia kurang bisa memulai percakapan jika bukan orang lain yang memulainya. Gadis ini jarang memulai obrolan terlebih dahulu.

Gadis ini tidak pernah mengindahkan perhatian. Bagi Sigi, perhatian mereka hanyalah sekilas info yang perlu di lihat tanpa perlu di pahami. Dia hanya memberikan cinta pada Eros Pranata. Pria muda yang mapan. Itu yang terlihat oleh mata Sigi. Itu tidak salah.

Dia Sigi. Sigi Almeira. Gadis bermata cokelat dengan rambut lurus yang bukan berasal dari proses rebonding. Rambut itu asli sejak dia lahir. Tinggi badan Sigi sekitar 158, dengan tubuh ramping dan terlihat kurang berisi. Namun dia bukan kurus. Pipinya tidak tirus dan penuh dengan jejak diet ketat. Dia tidak perlu melakukan banyak program mengecilkan tubuh. Seberapa banyak dia makan (lebih banyak dari porsi seharusnya) dia tetap akan bertubuh seperti ini. Berat badannya hanya berkisar diantara 48-49 kg.

Eros pranata adalah kepala cabang sebuah perusahaan yang merupakan penghasil produk-produk rumah tangga dan pemeliharaan kesehatan diri. Sigi mengenalnya, karena Pima bekerja disana sebagai staff bagian penjualan yang meliputi barang keluar dari gudang dan di terima oleh sales untuk di distibusikan ke berbagai daerah.

Di usia Eros yang sudah 25tahun, dia belum menikah. Ini membuatnya bebas dekat dengan siapa saja, bahkan Sigi. Tidak ada batasan umur saat berteman. Mereka dekat karena sering bertemu saat Sigi muncul di kantor perusahaan Pima untuk bertransaksi penukaran uang logam.

Sigi sendiri adalah staff junior keuangan departement store yang dimiliki oleh pemilik Mall terbesar di kota ini. Karena Sigi juga bertanggung jawab soal penukaran uang kecil yang digunakan sebagai uang kembalian para kasir di departement store, dia juga melakukan kerja sama dengan beberapa bank.

Hanya mengandalkan penukaran pada bank kadang tidak mencukupi. Tim keuangannya perlu tambahan uang kecil terutama logam pecahan lima ratus rupiah. Pima berbaik hati membantu Sigi melakukan penawaran kerjasama. Sigi menerima semua uang logam yang diterima kantor Pima di tukar dengan uang tunai dengan nilai tukar 50.000 dan 100.000.

Perkenalan dan pertemuan yang intens membuat Sigi dan Eros semakin dekat. Itu membuahkan hasil, mereka akhirnya pacaran dan menikah.

Sah!

Menurut Sigi, sah di dalam pernikahan akan menjadi ikatan tulus yang absolut antara dua orang dengan dua pemahaman dan segalanya yang berbeda. Sah adalah mutlak bagi pasangan untuk tetap setia sampai akhir hayat hidup. Nyatanya, cerita ini berkata lain. Sah itu di anggap hanya sebagai simbol. Sampul. Eros tidak benar-benar mengerti arti kata sah.

Sedikit pengetahuan membuat kita tidak terlalu banyak berpikir. Sigi tidak ingin tahu banyak soal Eros lebih dalam lagi. Bukan tidak peduli. Lebih banyak tahu kadang menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Seperti pertama kali Sigi menemukan sosok lain dari seorang Eros Pranata yang dikenalnya sebagai suami yang perhatian.

Netra Sigi menyaksikan sendiri bukti kebenaran hubungan mereka. Eros mengecup dahi Nara yang terlihat ingin bermanja di dada lelaki itu. Disana. Di sebuah taman sebuah jalan menuju kantor Eros. Di sudut yang tidak terlalu terang. Mungkin itu dianggap hanya sebuah kecupan singkat yang berarti lain. Namun ... apapun arti kecupan itu, bukankah tidak tepat bagi Eros yang sudah memiliki istri?

Dia berselingkuh dengan junior saat kuliahnya dulu, Nara. Nara adalah seorang perempuan matang yang mengerti dengan benar cara perempuan bersikap dan bertingkah. Keanggunan dan ramah tamah seorang perempuan ada padanya. Namun keanggunan itu berubah jadi racun bagi kehidupan rumah tangga Eros dan Sigi. Perempuan cantik itu masuk sebagai duri.

Sigi yang sengaja datang ke kantor Eros untuk mengajaknya pulang sambil menemui Pima terkejut. Sigi tidak berteriak. Sigi tidak marah. Tubuhnya diam sejenak. Sigi terpaku sekilas melihat kejadian barusan. Dia mendatangi mereka yang terlihat kelabakan melihat tubuh Sigi yang mendekat.

"Hai istriku," sapa Eros melangkah maju mendekatkan diri terlebih dahulu. Sigi menganggap ini adalah sebagai tindakan lelaki ini melindungi perempuan dengan tubuh penuh berisi itu. Eros melindunginya!  "Kamu menemuiku?" tanya Eros sambil langsung memeluk tubuh istrinya. Ini menyamarkan pertemuannya dengan perempuan itu. Juga memberi peluang kepada perempuan itu untuk pergi.

Kejadian itu adalah yang pertama bagi Sigi tahu, bahwa Eros bukanlah suami yang setia. Kejadian selanjutnya adalah saat Sigi menemukan jejak-jejak percintaan mereka dalam ponsel milik suaminya. Sudah bisa di pastikan bahwa Eros berselingkuh. Lelaki ini benar benar sudah bertindak di luar wilayah sebagai seorang suami dari Sigi Almeira.

Namun gadis ini tidak segera mengungkap semuanya. Dia masih membutuhkan waktu yang tepat menanyakan perihal perbuatan suaminya. Sigi istri yang tenang dalam menanggapi perselingkuhan suaminya.

Hari ini saat Sigi off kerja, dimana itu merupakan rutinitas dari jadwal di pekerjaannya. Suaminya datang dari kantor. Eros nampak sangat bahagia saat dia sudah pulang dari kantor.

"Aku membawa brownies kesukaanmu." Tangannya membawa sekotak kue bronis dengan rasa dark chocolate. Rasa manis dengan sedikit kecapan rasa pahit di lidah. Sigi menyukai itu. Semakin pahit rasa cokelatnya, berarti mereka memakai coklat dengan kualitas baik.

Setelah menunjukkan satu kotak brownies itu, Eros meletakkan di atas meja. Memeluk tubuh istrinya dan mengecup keningnya. Mata Sigi menyipit. Bukan gelenyar menyenangkan, tetapi rasa muak yang menggelegak di seluruh tubuhnya. Kecupan ini mengingatkan dirinya saat menemukan Eros mengecup pelipis Nara.

"Kenapa tidak memelukku balik? Kamu sedang masa menstruasi? Jadi moodmu tidak baik?" tanya Eros masih dengan memeluk tubuh kecil itu.

"Bukan."

"Ada apa? Apakah ada kata-kata dari keluargaku yang menyakitimu?" Mereka memang masih tinggal satu rumah dengan mertua.

"Bukan mereka."

"Siapa?"

"Kamu." Mendengar ini tangan Eros langsung turun ke dua lengan Sigi dan menjauhkan tubuhnya.

"Apa yang kamu bicarakan, Sigi? Kamu bilang aku yang sudah menyakitimu? Benar?" tanya Eros dengan mata mengecil dan memiringkan kepala menelusuri ke arah wajah istrinya yang menatapnya datar.

"Ya. Kamu yang sudah menyakitiku," jawab Sigi dengan raut wajah menjadi sedingin es. Eros masih menyipitkan mata untuk berpikir.

"Apakah ini masih soal Nara?" Sigi hanya mendengkus mendengar pertanyaan suaminya. Tangannya melepaskan tangan Eroa pada dua lengannya. Lalu berjalan menuju kotak brownies yang ada di atas meja nakas.

Sigi pernah bertanya. Sekali. Jawaban Eros adalah ... Nara hanya teman biasa. Sigi tidak berusaha mencerca dan mengejar jawaban yang bisa mengungkap semua. Sigi tidak meneruskan pertanyaannya.

Eros memutar tubuhnya untuk mengikuti langkah Sigi. "Apa kamu masih mencurigaiku?" tanya Eros dengan wajah penuh perhatian. Sigi tidak terpengaruh.

"Tidak. Aku tidak mencurigaimu." Tangan Sigi menyentuh kotak berwarna dominan coklat itu. Membuka dan diam. Tubuhnya masih membelakangi Eros.

"Lalu ini soal apa? Kamu terlihat sangat marah padaku."

Sigi membalikkan tubuhnya dan menghadap Eros, "Ya. Aku sangat marah padamu. Aku tidak mencurigaimu berselingkuh dengan Nara, tapi aku menuduhmu." Mata Sigi memancarkan sorot benci yang kentara.

"Menuduh? Apa yang kamu katakan Sigi?"

"Diamlah. Aku sudah menemukan bukti hubunganmu. Berhenti saja memberi alasan. Percuma." Mendengar Sigi berkata seperti ini, Eros terkesiap tanpa sadar. Matanya melihat ke arah sebuah sudut, dimana dia telah lalai meletakkan sesuatu di sana. Aira melihat itu.

Tiba-tiba tubuh Eros berkeringat. Dalam hawa yang dingin ini, dia berkeringat tanpa sebab. Namun Sigi tahu penyebabnya. Dia tidak terkejut dengan perubahan mimik suaminya barusan. Eros pasti sudah berpikir soal kartu sd yang ia letakkan sembarangan. Ia lupa. Ia lalai. Itu menandakan ini waktunya semua terbongkar. Mereka sudah pada puncaknya untuk terjatuh bersama-sama.

Pada saat itu dering ponsel Eros menghancurkan keheningan yang membentang. Ada sebuah nama yang membuat mata Eros melebar. Bukan sebuah nama yang patut di curigai sebenarnya. Namun Sigi tahu pasti, itu nomor ponsel Nara. Eros diam tidak beranjak menuju ponselnya yang berada tepat di sebelah kotak brownies.

Yang di takutkan Eros menjadi nyata, Sigi dengan tenang mengambil ponsel itu dan mendekatkan ke dekat telinganya.