Chereads / Misteri Pernikahan Sira Maisyah / Chapter 5 - 4. Takdir

Chapter 5 - 4. Takdir

azan subuh berkumandang membangunkan Sira dari tidurnya, sira bergegas bangun menuju kamar mandi untuk segera melaksanakan sholat subuh. hari ini juga Sira harus keluar dari mess.

"assalamualaikum warahmatullah", salam sira selesai sholat.

jam 6 pagi Sira sudah keluar dari kamar, menuju rumah pak dedy untuk pamit pulang, pesan pak dedy hati-hati di jalan. Sira menarik kopernya menuju gerbang keluar, sira kebingungan mau pergi kemana, arah tujuan pun sira tidak tahu, sira tidak ingin pulang kampung dia harus cari kerjaan lain untuk bisa membantu kedua orangtuanya. sira menyetop taxi, 28 menit perjalanan sira menghentikan taxi. Sira turun di persimpangan jalan menuju gang kecil untuk mencari kosan yang aman dan cocok untuknya.

"tringtring" suara hp Sira bunyi nada panggilan masuk. Sira meraba tas selempang nya melihat layar hp.

"ibu", lirih Sira

" iya bu, ada apa nelpon sira?" sambil berjalan kecil

"tidak apa-apa, ibu hanya rindu, kamu sehat kan?"

"Alhamdulillah sehat bu", ibu gimna?"

"sehat nak", kamu lagi dimana kenapa ribut?"

sira terbengong sedih. bagaimana tidak sekarang sira tidak di mess yang damai jauh dari keramaian.

"ia bu, Sira lagi belanja, nanti ibu telpon lagi ya".

"owh...belanja, yaudah hati-hati ya nak, assalamualikum".

"wa alikumsalam bu". jawab sira pelan air mata sira jatuh. Sira menghapus air matanya dan melanjutkan langkahnya. Sira melihat ada kosan yg bagus, Sira menanyakan kostan itu, kelihatannya Sira tertarik, sira melihat jam di hpnya menunjukan jam 9:46.

"ternyata mencari kost membutuhkan waktu yg lama juga". gumam sira dalam hatinya.

"kamu hubungi wanita kemarin, papa ada meeting di kantor pak Herwan" jelas pak salim

"baik pa" jawab dimas sembari main gems duduk di sofa ruang tamu. hari ini dimas tidak masuk kerja untuk membereskan masalahnya dan keinginan papanya.

Dimas meraih hp nya dari meja menghubungi nena.

"hallo sayang" sambut nena dari telpon

"yang, kawan kamu kemarin, emm namanya siap?".

"kenapa kamu tanya dia?"

"bukan yang, papa mau ngomong". jelas denis lembut.

"yang, dia udah keluar, dan gak ada lagi di mess ini", jelas nena cemburu.

hati dimas seketika senang mendengar sira sudah pergi dari mess itu, jadi kesempatan papanya untuk menikahi sira tidak ada lagi. dimas langsung mengajak nena keluar jalan" saat itu juga, karan nena juga off saat itu. mereka menikmati perjalanan, diamas yang kemarin murung sekarang senang kemabli seperti biasa. keluar dari mall mewah di parkiran depan mall nena kebelet pipis, nena kembali masuk mall sedangkan dimas menunggu di parkiran samping mobil. dimas melihat seorang wanita duduk di taman mall dua meter jauhnya, wanita itu kelihatan kepanasan mengipas dirinya dengan kertas bewarna coklat, wanita itu sepertinya mencari kerja. seketika dimas mengingat kalimat nena bahwa sira sudah di pecat, padahal masalah itu bukan kesalahannya. dimas merasa bersalah sekarang dia tidak tau bagaimana nasib wanita itu.

"bruk" pak salim bertabrakan dengan sira, pak salim sedang telponan tidak melihat jalan.

"m''''maaf pak". sira menunduk minta maaf.

"iya gak papa nak". pak Salim menatap nya kemudian sira melihat wajah pak salim juga.

"kamu, bapak" serentak mereka saling kenal.

"mau kemana?"

"owh, gak kemana-mana pak,".

"mari ikut bapak". pak salim mengajak sira ke cafe tempat pak salim meeting dengan pak Herwan.

pak salim menyukai sira yang berbicara sopan, baik, dan soleh. pak salim menyukai kepribadian sira. tekat pak salim ingin menikahkan anaknya dengan sira semakin bertambah.

"kamu nanti malam datang ke rumah, bapak undang"

"ada acara apa pak" tanya sira bingung.

"udah datang aja nanti bapak shareloc, nomor hp kamu mana nak," pak salim mengambil hpnya dari kantong jas, sira semakin bingung dan sedikit risih.

"berapa nomornya, tidak usah takut dengan bapak, bapak baik soleh lagi", tertawa kecil.

sira pun tertawa.

" sekarang kamu mau kemana" pak salim kembali mengantongi hpnya, nomor sira tidak jadi ia minta.

"mau pulang pak".

"ikut bapak sekarang ke rumah" pak Salim berdiri. tanpa pemikiran buruk sira, sira mengikuti pak salim. Pak salim tidak mengendarai mobil sendiri, pak salim punya supir pribadi pak roi namanya.

pak salim sampai dirumah jam 7 malam. semua orang duduk di ruang tamu nena juga ada di sana, mereka terkejut apalagi nena, nena melihat sira datang dengan pak salim.

mama dimas tidak rekasi apa-apa, dia mengira wanita itu seorang pembantu baru.

sira menunduk dan tersenyum dia mengira ada acara di rumah pak salim, dan ternyata hanya keluarga mereka yang ada.

pak salim mengajak sira duduk, di ruang tamu itu ada mama, adik laki-laki dimas dan nena kekasih dimas.

"siapa pa", tanya buk Helvita

"sira ma".

sira tersenyum ke ibu helvita.

nena sudah menebak kalau sira akan tetap di nikahkan dengan dimas.

"dia yang harus di nikahi dimas" tegas pak salim, sira heran bukanya maslah ini sudah selesai, sampai akhirnya sira sudah sah di pecat dari perusahaan.

"om, tante dimas kekasih nena". jelas nena sedih.

"pa, nena, dimas saling mencintai pa". ucap bu helvita.

nena pulang menangis tanpa pamit.

dimas mengejarnya. nena terus pulang tanpa mendengar dimas. dimas kembali ke ruang tamu.

"wanita yang memalukan, tidak bisa meolak, atau memang suka kemewahan"? lontar dimas menyinggung.

"maaf pak, bu, saya pamit". ucap sira senyum.

"wanita lemah hanya bisa menunggu hasil dan minta maaf" singgung dimas kembali.

"anda tidak pantas menjelekkan saya, kamu tidak kenal siapa saya". jelas sira di hadapan dimas berdiri 5 jengkal.

"wanita murahan" tajam sekali terdengar di telinga sira ucapan dimas, walau dimas mengucapkan pelan, air mata sira jatuh, sejauh itu orang menganggap dirinya.

"Dimas" teriak pak salim marah, kecewa, tidak pernah terpikir dimas sebodoh itu dalam bicara, dimas juga heran terhadap dirinya mengapa sampai mengeluarkan kalimat yang bisa melukai orang, seakan yang mengucapakan kalimat itu baru saja bukan dia.

pak salim tiba-tiba dadanya sesak, mama dan adik dimas kaget.

"pa, pa kenapa pa"?

"dika telpon dokter cepat" perintah bu helvita.

dimas menghampiri pak Salim "pak, kenapa pa".

sira ikut menghampiri pak salim.

"dibawa ke kamar bu" saran sira.

dimas langsung menggotong pak salim ke kamar. sira mencari-cari dapur untuk mengambil air putih, sira kemudian memberikan ke bu helvita. setelah semua membaik sira pamit pulang, tapi bu helvita memintanya untuk bermalam di rumah karena malam pun sudah larut. sira menolak namun bu helvita meminta untuk tetap bermalam, "anggap aja ini sebagai kita sesama manusia, tidak baik wanita pulang malam-malam". jelas bu helvita tersenyum. sira meminta untuk tidur bersama mpok mai. pembantu rumah tangga keluarga dimas.