Sira kembali duduk di meja kerjanya setelah berminggu lamanya dia sibuk di lapangan. semua laporan di periksa satu persatu, begitu lah kinerja sira tidak pernah mengecewakan.
Sura ketukan pintu
"masuk" mengizinkannya masuk
"pagi Bu, bapak Dimas Abraham ingin jumpa dengan ibu" sekretaris sira menyampaikan dengan sopan.
"owh baik" Sira bingung untuk apa dimas memanggilnya.
Sira beranjak menuju ruangan dimas, saat masuk sira sudah melihat dafa di sana.
"pagi pak" ucap Sira duduk di kursi sebelah dafa berhadapan dengan dimas.
"eh.. Sira, kita jumpa lagi" dafa kaget melihat sira. Sira tersenyum ke dafa,
dimas hanya diam dengan tatapan tajam melihat mereka.
"baiklah, saya ingin informasi dari kalian atas perkembangan proyek ini" Dimas berdiri dan membuka struktur pembangunan di belakangnya.
"Dafa", Dimas menunjuk Dafa.
"perkembangan proyek saat ini masih aman dan saya pastikan akan siap dalam 3 bulan lagi" jelas Dafa,
"kamu" dimas menunjuk sira,
"saya melihat Sira ini sangat kompeten pak, saya juga kagum atas kerjanya seorang wanita hebat" jawab dafa melihat Sira kagum.
"saya hanya butuh informasi dari Sira" dimas mondar-mandir mengantongi kedua tangannya.
"maaf pak, saya terlalu mengagumi ibu Sira" ucap Dafa senyum.
Sira segera menyampaikan informasi nya.
"proyek di bagaian saya terlambat pengiriman semen pak, tapi itu akan segera saya handel" jelas sira.
informasi yang mereka sampaikan cukup membuat dimas puas, Dimas meminta mereka keluar, saat di pintu Dimas kembali memanggil Sira. Dimas mempersilahkan Sira duduk kembali.
"aku ingin tahu kendala pengiriman semen" Dimas berdiri dan berjalan menuju belakang Sira.
"apa kamu sibuk mengurus percintaan mu" Dimas menyenderkan tangan kirinya di meja.
deg.. jantung Sira berdegup melihat dimas terlalu dekat di sampingnya.
"jika bapak memang tidak suka melihat saya, mohon jangan fitnah saya" sira tunduk.
"owh banyak sekali memang orang pandai membalikkan kata" senyum dimas sinis.
Sira berdiri melawan perasaan yang kacau
"saya ingin kembali" wajah sira berhadapan dengan dimas Sira tidak benari menatap wajah dimas Sira hanya menundukkan kepalanya. dimas puas melihat wajah sira yang cantik mulus tanpa sedikit jerawat. Dimas tersenyum melihat Sira yang tidak berani melihat wajah dimas. Dimas juga melihat bibir cantik sira diwarnai dengan wara merah jambu.
"sayang.." panggil Nena masuk ke ruangan dimas, Nena melihat itu langsung mendorong sira.
"awoh,," pinggang sira sakit terbentur ke meja.
"sira,," dimas merasa kasihan.
"yang ngapain wanita ini ada di ruanganmu"
Nena memeluk tangan dimas dan menunjuk sira.
"Nena dia juga disini karyawanku jadi tidak masalah jika dia disini" dimas kecewa atas kelakuan nena, sira langsung pergi matanya berkaca-kaca menahan air matanya memegang pinggang sakit.
"keluar lah aku akan menemui mu" dimas melepas tangan nena.
"kau mengusir ku?" Nena mengikuti dimas dari belakang.
"aku sedang sibuk" Dimas duduk di kursinya
"kau marah karna aku sudah mendorong sira?", apa kau mencintainya?"
"mohon mengerti aku Nena, aku tidak akan pernah mencintai wanita itu" Dimas menyenderkan kepalanya ke kursi.
Nena tersenyum dengan pernyataan dimas, nena pun keluar.
di dalam kamar sira menelpon ibunya dia begitu rindu. sira menanyakan keadaan orang tuanya dan Alhamdulillah semua baik-baik saja, Sira juga sudah mengirim uang ke orang tuanya. uang pengiriman hari ini lebih banyak dari sebelumnya.
sira turun ke bawah untuk mengambil makanan dan menonton di ruang tamu.
pinggangnya masih sakit sehingga jalan harus pelan. dimas baru pulang dari luar, Sira sudah paham jika dimas pulang lama, darimana lagi kalau bukan ketemu dengan nena.
dimas terus naik ke kamarnya, beberapa menit dimas turun dan duduk di sofa sebelah sofa sira, sira merasa kikuk melihat dimas turun dan menonton bersamanya. dimas membaringkan badannya menghadap TV.
"99% wanita menyukai filem deakor"
ucap dimas, Sira hanya diam dan memakan Snack nya.
Dimas pun meraih Snack sira dari meja tanpa meminta izin.
sira semakin malu menonton drama Korea yang di tonton.
"aku mengantuk, aku mau tidur" Sira berdiri dari sofa dan berjalan tertatih-tatih menuju tangga. Dimas menggeser kepalanya melihat Sira jalan. dimas kembali menonton sampai larut malam dan tertidur di sofa.