semua aktifitas kemabli seperti biasa, Kakak Dimas juga sudah kembali ke rumahnya. Sira dan dimas juga kembali ke rumah. Sira masih membenci sikap dimas yang memaksa.
Di kantor Sira masih membayangkan kejadian dimas menciumnya. dalam satu hal Dimas tidak salah melakukan itu, tapi dimas tidak akan pernah mencintai sira, bagaimana Dimas hanya memuaskan hawa nafsu nya saja.
"Ting" Sura pesan masuk ke Hp sira membuyarkan lamunannya.
"Ra, nanti kita reuninan jam 7 malam di kafe**** jangan lupa bawa suami" pesan singkat dari sahabatnya.
"Hem, menikah tapi seperti tidak punya suami" keluh sira.
Sira siap-siap keluar menemui kawan-kawan lamanya. sira berniat mengajak dimas tapi tidak jadi Karan Nena sudah membawa dimas keluar.
semua kawan-kawan sira sudah kumpul dengan suami mereka dan ada juga yang sudah punya anak.
"suami mu gak ikut?" sahabat sira bertanya.
"dia sibuk jadi gak sempat ikut" jelas Nena
"nikah gak ngundang" salah satu Kawannya merengut
dimas melihat sira dari luar cafe bersama teman-teman.
Dimas meminta Nena pulang duluan, dimas membohongi Nena ingin jumpa klien. Nena pun mengangguk.
"yang, aku nelpon kamu kok gk di angkat" basa basi Dimas menarik kursi di samping sira. Sira kaget melihat dimas hadir padahal sira tidak memberitahunya soal reunian ini.
"owh ini suami kamu" mereka menjabat tangan.
Sira nggak abis pikir dimas bisa hadir dan dimas juga sedikit aneh belakangan ini.
sira menerka-nerka apa dimas sudah mencintainya. tidak mungkin dimas melakukan ini pasti untuk menutupi nama baiknya. Sira menatap dimas seakan ini mimpinya. "Ra mandangin suami gak bisa nanti ya" kawan Sira merayu nya.
sira tersenyum paksa.
dimas menggandeng sira menuju mobil membukakan pintu untuk sira.
mobil pun keluar dari parkiran.
"jangan lakukan apapun untuk kebaikan namamu, jangan buat aku menjadi kambing hitam mu lagi" air mata sira jatuh.
"begitu lah rasanya jika kau mengurusi urusan ku" jelas dimas fokus menghadap depan.
"saya tidak pernah melakukannya"
"ya.. kamu memang suka berpura-pura"
Sira mencoba ingat apa yang sudah ia campuri dalam urusan dimas.
"bahkan hubunganmu dengan nena pun aku tidak pernah ikut campur,
"jangan membuatku berharap lebih" sira turun dari mobil menuju kamarnya, dimas mematikan mesin dan menutup pintu. Sira membuka pintu kamarnya dimas langsung menarik tangan sira membawa kedalam kamar. dimas mencium bibir sira menarik erat pinggang sira ke pelukannya. sira berusaha memberontak tapi dia tidak bisa. tangan dimas melepas hijab sira, ciuman yang belum di lepas dimas. sira menjauh dari pelukan dimas tapi dimas menarik kembali ke pelukannya.
"kau tidak ingin membalas ciumanku" nafas dimas tidak bisa di kontrolnya. Dimas meremas bokong semok sira. sira merasa tenggelam dalam sentuhan dimas. Sira pun membalas ciuman dimas sira seakan tidak mau kalah dari ganasnya ciuman dimas. sira menutup mata, tangannya menempel di leher dimas. dimas mendorong sira jatuh ke ranjang, saat dimas mendekatinya sira tersadar akan kalimat dimas tidak akan pernah mencintai sira, sira juga mengingat nena kekasih dimas, sira kemudian menjauh dan mendorong Dimas jatuh ke lantai. Dimas merasa malu dan keluar dengan kecewa.
sira menghampiri dimas ke dapur, dimas merasa malu dan meminum banyak air.
"maaf kan aku" sira turun dengan rambut acak-acakan. Dimas tidak melihat sira, dimas mengabaikannya dan pergi.
"aku hanya lah kerabat kerjamu, setelah proyek itu selesai maka pernikahan ini juga akan selesai" ucap Sira menangis, dimas tidak menjawab sira, dimas meneruskan langkahnya Dimas juga malu terhadap dirinya sendiri, dia yang mengucap janji dan dia juga menodainya.
Pagi hari dimas turun dari kamar berangkat ke kantor dia begitu tampan dan cool, dimas melihat sira tengah sarapan di meja makan, dimas pun berlalu tanpa sarapan apapun, biasanya dimas sarapan roti dan susu walaupun sira sarapan di meja. sira menghentikan sarapannya dan berlari kecil menyusul dimas.
"pak" panggil sira di depan pintu rumah,
dimas tidak menoleh, mobil yang di hidupkan berjalan melaju kencang.