Chereads / ELIKYA Number Zero : The Unknown Brave Hero / Chapter 14 - Arc 1 - Chapter 13 (Ekspektasi tidak sesuai dengan realita)

Chapter 14 - Arc 1 - Chapter 13 (Ekspektasi tidak sesuai dengan realita)

Suhu dingin menyerang kulit Tenza yang tidak terlapisi oleh baju ketika dia membuka knop pintu kelasnya. Kedua temannya, Alex dan Reina adalah pemandangan pertama yang dia temui ketika dai mendorong dan mmembuka pintunya. Harum bunga yang tidak ia kenali menyengat hidungnya, ketika dia beranjak masuk kedalam kelasnya.

Terlihat Reina yang mana tangannya bergerak sedang menulis sebuah tulisan demi tulisan untuk melengkapi cerita yang belum dia selesaikan, dengan menggunakan sebuah pulpen bertinta biru di atas buku dengan sampul hitam.

"Yoo!... Tenza." Alex memutarkan badannya mengarah ke pintu Aluminium di sebrang sana, lalu mengangkat tangannya, menyambut Tenza dengan sapaan yang akrab.

Sedangkan yang satunya lagi hanya menolehkan matanya untuk mencari tahu siapa yang datang.

Benar benar sapaan yang dingin. Tenza mengenalnya, dia adalah Reina. Sifatnya akan berubah menjadi lebih dingin ketika dia sedang menulis bukunya, itu memang sudah menjadi sifatnya sehingga Tenza tidak tersinggung dengannya.

Sekarang adalah tanggal 22 yang artinya ini adalah hari kedua dia belajar di sekolah ini. Tenza berhasil melewati berbagai macam kejadian yang pernah terjadi sebelumnya kemarin sepersis mungkin walaupun banyak yang tidak sesuai dengan ekspektasinya tetapi setidaknya itu tidak akan merubah masa depan.

Tenza memutar badannya, mendorong knop pintu, lalu menutup pintu kelas dengan perlahan. Setelah itu Dia berjalan, menuju dimana tempat duduknya berada, melewati beberapa sepasang kursi dan meja di sisi kiri dan kanan.

Tenza mencoba untuk mengangkat kursinya, lalu membalikan kursinya agar dapat berhadapan dengan Reina. Tenza melakukan hal demikian agar dia dapat melihat Reina yang sedang menyelesaikan bukunya yang belum selesai. Yang dia lakukan itu membuat Reina menjadi sedikit lebih terganggu, tetapi dia hanya membiarkan Tenza untuk melihatnya.

Saat ini di kelas Tenza yang dapat dirasakan hanyalah sebuah kelas yang sunyi. Yang dapat di dengar dari kelas ini hanyalah, suara dentingan jam dinding dan suara goresan pulpen milik Reina. Suasana yang benar benar tenang, tetapi tidak dengan pikiranTenza saat ini.

'Ahh~ekspektasi tidak selalu sesuai dengan realita ya~~." Itulah yang dikatakan oleh Tenza pertama kali setelah menjatuhkan tubuhnya ke tempat duduknya. Tenza menghela nafas dalam dalam dan melempar segala bentuk kekesalan dalam hatinya.

Tenza mengangkat tangannya lalu meletekannya di atas meja Reina, mencoba untuk menyilangkan kedua tangannya disana agar menjadi bantalan untuk kepalanya. Alex menggerakan bola matanya ke arah wajah Tenza, tampak wajahnya yang ditekuk karena kekesalannya.

"Tenza, tanganmu menggangguku. bisakah kau menyingkir dari sini." Protes dari Reina karena tangan Tenza mengganggu dirinya, suaranya rendah tapi tegas.

"Ahh...m.maaf" Tenza dengan cepat menyingkirkan kedua tangannya. Lalu kedua sikunya di letakan di ujung sisi meja dan kedua telapak tangannya diletakan di kedua pipinya, menompang kepalanya Dengan jari jarinya yang dijulurkan untuk menutup matanya.

"Ada apa Tenza? sepertinya kau punya masalah?" Tanya Alex, saat ini dia sedang duduk menghadap Reina sambil menyandarkan tubuh bagian kirinya dengan sandaran tempat duduk.

Tenza membuka matanya, melewati sela sela jari jarinya. memandang Alex yang sedang bertanya kepadanya. Beberapa jeda waktu tercipta, Tenza sedang mengatur kata kata sebelum berbicara,

"T.tidak aku tidak punya masalah, hanya saja aku sedikit bingung disini." Tenza mengangkat kepalanya lalu salah satu tangannya melambai lambai seperti mengatakan 'Tidak apa apa'.

"Apa itu?" Tanya Alex dengan cepat.

"Kau tahu tentang jet lag?" Sekali lagi Tenza menompang kepalanya dengan kedua tangannya. Diam diam Tenza menggigit lidahnya.

"Ya aku tahu." Jawab Alex singkat sambil mengangguk.

"Aku rasa aku terlalu cepat beradaptasi dengan hal itu." Tenza sekali lagi diam diam menggigit lidahnya, matanya tampak berusaha untuk tidak menatap ke arah Alex yang sedang berbicara dengannya.

"Ehh...aku tidak mengerti masalahmu dimana tapi, bukankah itu bagus?" Alex menekuk alisnya, wajahnya tampak kebingungan dengan apa yang baru saja Tenza ucapkan. Samar samar sepertinya kepalanya ia miringkan sedikit.

"Ya memang benar hal itu adalah hal yang bagus, tapi kau tahu? Aku ini berasal dari Indonesia!" Suara Tenza meninggi, ketika mengucapkan kata kata terakhirnya. Matanya yang sayu tiba tiba terbelalak tiba tiba sat itu.

"Lalu?"

"Alex, Indonesia cukup jauh dari sini, seharusnya kau tahu bahwa semakin besar perbedaan zona waktu pada tempat yang dikunjungi maka semakin besar efek jet lagnya. Jika hal seperti itu saja kau tidak mengerti mungkin kau tidak pantas berada disini, sebaiknya kau pulang saja ke ingris lagi." Reina tiba tiba ikut berbicara, tangannya masih menulis, suaranya terdengar pelan mempertahankan fokusnya terhadap buku yang sedang ia tulis.

"Ya!..ya!...aku tahu itu, tapi tolong jangan katakan bagian yang terakhir itu sangat menyinggung diriku!"

Reina menjelaskan tentang masalah jet lag ini secara singkat kepada laki laki berambut kuning pirang itu dan menyinggung setelahnya dengan cara yang benar benar menusuk.

Tenza hanya dapat memaksa dirinya untuk tersenyum karena tidak tahu harus berekspresi seperti apa, bersyukur karena kebohongan kecilnya tidak terungkap. Sebenarnya masalahnya bukanlah jet lag, melainkan apa yang terjadi kemarin benar benar tidak sesuai dengan ekspektasinya.

Tenza telah sepakat kepada dirinya sendiri untuk tidak memberi tahu perihal waktu yang terulang kembali. Tidak ada alasan mutlak, dia hanya merasa jika dia memberi tahu tentang hal itu, orang orang akan menganggapnya sedang mengigau.

Kemarin ketika waktunya dia pulang dari sekolah setelah berbicara dengan Pak Leone di ruang guru, dia seharusnya menaiki kereta yang sebelumnya pernah ia taiki. tetapi entah kenapa dia terlambat menaiki kereta tersebut sehingga dia harus menunggu kereta lainnya sekitar 15 menit lagi. Lalu ketika dia menaiki kereta yang lain tersebut, Tenza harus membaca artikel 'Tragedi tahun 2100 Elikya' yang kedua kalinya dan berpura pura sedikit teriak karena keterjutannya ketika membaca artikel tersebut. Tetapi...

"Shhttt!...berisik!" kata perempuan yang duduk disamping Tenza.

"M..maaf."

Tenza dimarahi oleh perempuan dengan bayinya yang sedang tertidur lelap didekapan ibunya, Tenza tidak yakin berapa umurnya, tetapi dia menebak sekitar 5 sampai 7 bulan.

Itu merupakan kesalahannya karena telah berperilaku bodoh. Dia seharusnya tidak melakukan demikian karena dia mengetahui ada bayi yang sedang terlelap disampingnya. Tidak lama dari itu Smartphonenya yang berteknologi hologramnya berdering cukup keras sehingga membuat bayi yang didekapan perempuan tersebut menangis cukup keras dan membuat penumpang yang lainnya terganggu.

Tenza berusaha meraih smartphonenya dari saku celana, lalu mengangkat teleponnya, ternyata yang menghubungungiya adalah Ova. Tenza tidak tahu bahwa Perempuan berumur sekitar 20 tahunan tersebut memiliki nomornya. Dikarenakan suara tangisan bayi tersebut yang sangat keras, Tenza meminta Ova untuk menghubunginya lagi setelah dia telah turun dari kereta ini. Tidak lupa untuk meminta maaf kepada orang orang yang terganggu akibat dirinya.

Setelah menuruni kereta, Tenza sekali lagi menghubungi Ova dan berusaha menyesuaikan topiknya dengan yang sebelumnya, akan tetapi hal itu cukup sulit dilakukan oleh dirinya.

Berbeda seperti yang sebelumnya, Ova meminta Tenza untuk jangan pergi kemana mana sebelum seseorang mendatangi rumahnya. Tanpa ditanya Tenza mengetahui siapa orang yang akan datang tersebut, Dia adalah perempuan dengan seragam pembantunya yang berwarna biru muda langit, dia adalah Tanisa.

Karena hal itu Tenza tidak pergi menuju supermarket dan menunggu perempuan tersebut. Membuat dirinya menjadi pasrah dengan rencananya untuk mengikuti alur yang pernah terjadi sebelumnya.

***

Saat ini, semua murid telah datang ke sekolah, seperti kemarin, menciptakan yang namanya perkumpulan. Saat ini Perkumpulan laki laki, berada di bagian belakang kelas, menggunakan tempat duduk Reina sebagai tempat perbincangan, dengan Tenza tetap berada di kursinya yang masih di putar kearah belakang, mengarah tempat duduk Reina.

Alex duduk di kursinya sendiri, Nick memakai bangku Reina, sedangkan Niklas dia mengambil kursi milik Youra untuk di taruh di sebelah kiri Tenza yang menghadap kebelakang. Terlihat tidak rapih, tetapi asalkan Bell belum berbunyi dan Pak Leone yang belum menghadiri kelas. sepertinya akan baik baik saja asalkan mereka merapihkan kembali sebelum batas waktu terlewat.

Alex memamerkan buku terbarunya yang sangat tebal dan mereka bertiga, Alex, Nick dan niklas membicarakan segala hal yang ada pada buku tersebut, seperti sebelumnya. Membuat Tenza sekali lagi hanya bisa mendengarkan apa yang mereka perbincangkan saat ini karena dia tidak tahu harus berbicara apa.

Karena tidak dapat mengikuti perbincangan mereka, Tenza hanya bisa memikirkan tentang rekaman kejadian yang terekam dikepalanya dengan jelas. Di saat ini seharusnya menjadi penghujung rekaman yang terekam tersebut. Apa yang terjadi selanjutnya merupakan sebuah misteri.

Tenza mengangkat salah satu tangannya, menekankan kepalanya yang sedang tergeletak di atas tangan yang lainnya. Berharap ingatannya dapat terlihat jelas.

Hal yang dia tahu adalah bahwa waktu akan terulang ketika nanti malam sekitar pukul 11.00 . Hal itu dapat diyakini oleh Tenza, karena Tenza hanya dapat mengingat alur waktunya saja, tidak dengan alur tempat dan kejadiannya.

Pertanyaan muncul dalam benaknya, Mengapa semua ini dapat terjadi? Bagaimana ini terjadi? Lalu untuk apa ini terjadi? Segala pertanyaan itu selalu menempel dikepalanya semenjak mengetahui fenomena aneh ini. Tenza tidak dapat menjawabnya, dia hanya dapat terlamun penuh dengan pertanyaan pertanyaan tersebut.

"Apa kalian tahu bagaimana cara bisa memundurkan waktu?" Mulut Tenza berbicara dengan sendirinya, dia benar benar tidak sadar akan hal ini.

Ketiga temannya Alex, Nick dan Niklas tiba tiba menoleh kearahnya. Tenza tersentak diam ketika sadar dengan ucapannya.

"AHhh tidak....Aku pernah membaca buku yang menceritakan bahwa sang tokoh utama dapat memundurkan waktu agar dapat menyelamatkan teman temannya dari musibah. Tapi akhir akhir ini aku teringat kembali dengan kisah itu dan penasaran bagaimana dia dapat melakukannya." Tenza dengan cepat mengatur kebohongan yang sempurna, dia benar benar tidak ingin membocorkan fenomena pengulangan waktu ini.

Beberapa saat mereka bertiga terdiam, Alex dengan cepat menoleh kepada anak terpintar dikelasnya, Niklas. "Jika pertanyaannya adalah fiksi ilmiah, silahkan saja tanyakan kepada Niklas. Bukankah dia adalah yang paling pintar disini."

Mendengar hal itu, kepala Tenza terangkat dari bantalan tangannya, memutar kepalanya ke arah kiri dimana Niklas berada. berharap kepada Niklas untuk dapat menjelaskan kepadanya bagaimana cara fenomena mengulang kembali waktu terjadi.

"Cara mengembalikan waktu ya..."

Niklas terdiam, mengumpulkan kata kata agar dapat menjelaskan kepada Tenza dengan baik. Beberapa saat matanya tertutup, lalu jarinya terangkat menyentuh dagunya setelah itu matanya terbuka kembali. Sebelum itu dia menarik nafas panjang lalu mulutnya terbuka.

"Sebenarnya ada percobaan yang pernah di lakukan oleh seseorang..EMmm...aku lupa siapa namanya. Dia melakukan percobaan dengan melihat sebuah mobil yang bergerak melewatinya dengan kecepatan yang cukup tinggi, dengan partnernya yang mengendarai mobil tersebut dengan sebuah jam tangan yang diikenakannya. Dan dari sana orang itu mendapat kesimpulan, kesimpulan tersebut adalah bahwa mobil tersebut menjadi lebih pendek dan jam tangan yang dipakai oleh pengemudi jadi berjalan sedikit lebih lambat lambat."

"..." Tenza, Alex dan Nick mematung menyimak penjelasan dari Niklas. Disamping itu, niklas berhenti sejenak, ia sekali lagi mengambil nafas.

"Jam yang dikenakan oleh partnernya berjalan menjadi lebih lambat karena dia menaiki sebuah mobil yang bergerak dengan sangat cepat, kesimpulan yang didapat oleh orang itu adalah semakin cepat mobil berjalan hingga mendekati kecepatan cahaya, maka waktu yang bergerak menjadi lebih lambat. Dan jika menyamai dengan kecepatan cahaya maka waktu akan benar benar berhenti."

"Jadi jika lebih cepat dari cahaya maka kita bisa mengundurkan waktu? Itu keren sekali!" Timpal Alex ketika Niklas telah selesai menjelaskan.

"Terbalik, jika kita dapat bergerak menyamai atau bahkan melebihi kecepatan cahaya maka kita akan pergi ke masa depan." Niklas mengoreksi perkataan Alex.

"Lalu bagaimana cara memundurkan waktu?" Tanya Tenza, karena hal yang ditanyakannya belum dijawab oleh Niklas.

"Alam semestalah yang harus bergerak melebihi kecepatan cahaya kecuali Sang tokoh utama."

"Waahh benarkah!?" Alex tersentak terkesan. tampak badannya yang ia condongkan ke depan. Sedangkan Niklas hanya mengangguk dengan kebanggaan,

"WAAW ITU GILA!!!" Alex membesarkan suaranya, dia benar benar berlebihan dalam meladeni sesuatu.

"Lalu jika sang tokoh utama dapat memundurkan waktu dengan menggerakan alam semesta melebihi kecepatan cahaya, bukankah tokoh utama itu akan terpental dari bumi?" Pertanyaan yang logis muncul dari kepala Tenza dan dilontarkannya kepada Niklas.

"Tidak harus bergerak lurus, Aku rasa tokoh utamanya memiliki kekuatan untuk memutar alam semesta melebihi kecepatan cahaya dan dirinya sebagai pusat porosnya."

'Sebagai pusat porosnya?' Kata Tenza dalam pikirannya. 'Yang artinya bukankah akulah yang sebagai pusat porosnya?'

"Jika seperti itu bukankah semakin jauh objek dari tokoh utama maka waktu akan bergerak lebih jauh kebelakang menciptakan kontradiksi peradaban bukan?" Nick mengangkat suaranya, ia bertanya kepada Niklas. Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang tidak dapat dimengerti Tenza.

"Kemungkinan tokoh utama membelah alam semesta dahulu menjadi banyak bagian berbentuk cincin dan kemudian memutarnya dengan RPM* yang berbeda tetapi sebanding, sehingga waktu berjalan mundur dengan tanpa perbedaan waktu disetiap bagian."

Teori gila sekali lagi dilontarkan oleh Niklas.

"Teori gilamu itu benar benar masuk akal." Nick tertawa kecil karena kegilaan teori yang dibuat oleh temannya itu.

"Lalu bagaimana cara memutar dunia?!" Tanya Alex kegirangan.

"Tentu saja itu mustahil. lagi pula itu adalah karya fiksi ilmiah, tidak mungkin itu bisa menjadi kenyataan."

"Tenza, Apa nama buku yang pernah kau baca itu?" Alex menepuk punggung Tenza, terlihat wajah Alex yang kegirangan dan penuh akan perasaaan penasaran pada dirinya.

"Maaf Alex, aku lupa judulnya."

"Ahh...Aku mendapatkan satu teori lagi..." Jari jari Niklas masih menyentuh dagunya, kepalanya tertunduk ketika ia mendapatkan ide tentang teori yang sedang dibahas saat ini. Sedangkan ketiga temannya terkejut kecil, penasaran dengan teori lain yang ia temukan.

"Apa itu? ceritakan!" Alex yang pertama mengemukakan rasa penasarannya. Niklas masih menundukan kepalanya, alisnya sedikit mengkerut. Sepertinya dia masih mencari tahu bagaimana teorinya itu berjalan.

"Ahh...tidak...itu....mustahil?....masih ada kemunggkinan...." Suara dari kepalanya terdengar keluar terputus putus, terdengar pelan dan tidak jelas.

"Niklas?"

"Ahh..sebenarnnya ini masih sebatas teori yang belum terbukti kebenarannya." Niklas mengangkat pandangannya. Lalu melanjutkannya dengan "Ini akan terdengar seperti cerita fiksi daripada sebuah teory."

"Tidak apa apa....ceritakan saja!" Alex benar benar penasaran, dia sedikit berusaha untuk memaksanya untuk bercerita.

"Bagaimana, kalau sebenarnya waktu itu seperti Hula Hoop?"

""Hula Hoop?" Mereka bertiga mengatakannya secara bersama.

"Ahh...kalian tidak paham ya?...Tunggu sebentar." Niklas menjulurkan tangannya kedalam saku celananya, mengambil Smartphone yang modelnya sama dengan milik Tenza. Dia menekan tombol daya, terlihat tangannya sedang membuka sesuatu dan sedang mengetik sesuatu.

"Ini dia..." Niklas membalikan Smartphonenya, ia mengarahkan layar smartphonenya kepada teman temannya. Itu adalah sebuah Video, terdapat seseorang memegangi sebuah cincin lebar dari plastik, lalu orang itu memasukan tubuhnya kedalam cincin tersebut.

"Ahh aku tahu itu." Nick berkata pelan. "Aku juga...setidaknya dari internet." Dan Alex melanjutkan.

Hula Hoop adalah sebuah mainan yang sudah dimainkan sejak lama lama sekali. cara bermainnya tidaklah sulit, hanya harus memutarkan pinggang sehingga Hula Hoop akan ikut berputar. Permainan ini juga bisa jadi sarana olah raga, dan tidak semua orang bisa memainkannya.

"Jadi akan kulanjutkan...Jika waktu seperti Hula Hoop, Maksudku bergerak seperti Hula Hoop. Yang artinya waktu akan terus berjalan memutar seperti bentuk Hula Hoop." Niklas menarik smartphonenya, lalu memasukannya kembali kedalam sakunya.

"Jika bukan alam semesta yang harus bergerak sangat cepat, maka tokoh utamalah yang harus bergerak dengan sangat cepat. Tapi hal itu dengan syarat waktu memang berjalan kembali pada awalnya. Di masa depan, ada saatnya Big Bang akan kembali terjadi, ada saatnya kegelapan kosmik terjadi lagi, ada saatnya alam semesta dibentuk kembali, ada saatnya galaksi galaksi dan nebula terbentuk kembali, ada saatnya tatanan tata surya dibentuk kembali, dan ada saatnya pula bumi terbentuk kembali." Niklas berhenti sejenak kehabisan nafas.

"Dan Sang tokoh utama harus bergerak cepat menyamai atau melebihi kecepatan cahaya, melewati segala masa masa pembentukan alam semesta, melewati masa masa dimana dinosaurus belumlah punah, melewati sejarah awal peradaban manusia, dan berhenti dimana waktu yang iya inginkan."

"..." Semuanya termaksud Tenza hanya bisa membisu.

"Apa kalian mengerti?"

"Itu memang benar benar terdengar seperti cerita fiksi dari pada teori." Alex berucap.

"Bukankah sudah aku bilang?" Alex hanya mengangguk menjawab pertanyaan Niklas. Nick mengangkat tangannya, menjulurkan jari telunjuknya mengarah ke jam dinding yang berdetak di depan kelas.

"Bell mulai pelajaran akan berbunyi, lebih baik untuk membereskan kursinya dahulu."

"Kau benar."

'Percuma.' Itu adalah pikiran Tenza saat ini yang terdiam membayangi cerita fiksi yang baru saja di ceritakan. Ini bukan salah siapa siapa, Tenza terlalu membayangi jika sebenarnya ada seseorang yang membuat mesin waktu, dan Tenza yang menjadi kelinci percobaan pada mesin waktu tersebut.